Sejak 35 Tahun Lalu, Soeharto Sudah Peringatkan Generasi Muda Soal Serbuan Produk Asing
Pasar lokal yang dibanjiri produk luar negeri kian menggerus ekonomi bangsa. Kekhawatiran itu rupanya telah diprediksi Soeharto sejak 35 tahun silam
Kekhawatiran ekonomi bangsa hancur digambarkan Soeharto sangat sederhana.
Apabila generasi muda lebih memilih untuk membeli produk asing, sektor industri lokal diyakininya akan jatuh.
Lumpuhnya industri dalam negeri katanya akan berimbas pada bangkrut dan tutupnya pabrik yang berdampak pada pengurangan pekerja.
"Apa? produknya ndak ada yang mbeli. kalau ndak ada yang mbeli pabriknya tutup, lantas tidak bisa bekerja, tidak bisa makan. Lha itu," tegas Soeharto.
Sehingga menurutnya, seluruh pengajar, mulai dari tingkat sekolah hingga perguruan tinggi harus mempersiapkan generasi muda.
Karena ditegaskan Soeharto, mereka adalah benteng yang dapat menyelamatkan bangsa dan negara dalam menghadapi serangan produk asing.
"Jadi daripada semua pendidikan, lebih-lebih daripada perguruan tinggi harus mampu mempersiapken, bukan kita curang, tidak, tapi kita menyelamatken negara," jelas Soeharto.
"Kita harus meningkatken daya saing kita tinggi dan pasti kita dapet, kita yakin," tegasnya.
• BEDA Jokowi dan Soeharto Memilih Calon Menteri dalam Kabinetnya, Faktanya Soeharto Pakai Intelijen
• FAKTA 3 Peristiwa Tak Biasa Menimpa Soeharto Jelang Bu Tien Wafat, Pandangannya pun Tampak Kosong
Namun apabila semua telah terlambat, Soeharto menyampaikan kunci sukses dalam menyelamatkan bangsa.
Salah satunya adalah memupuk rasa nasionalisme generasi muda dengan mencintai produk dalam negeri.
"Tapi andai kata tidak senjatanya adalah mulai sekarang adalah nasionalisme, mencintai produk dalam negeri harus mulai sekarang," jelas Soeharto di akhir tayangan.
Postingan Mbak Tutut pun disambut ramai warga net.
Pro dan kontra dituliskan oleh mereka, terlebih para pengagumnya yang mengaku rindu akan sosok Soeharto.
Namun berbanding terbalik bagi para pembenci, mereka justru mengagungkan Presiden RI, Joko Widodo yang memimpin saat ini. (dwi)
Pertumbuhan Ekonomi Jauh Dari Target