Sumpah Pemuda
Anies Baswedan: Sulit Bangun Persatuan dalam Ketimpangan dan Ketidakadilan
GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan tantangan yang dihadapi Bangsa Indonesia saat ini adalah merawat persatuan.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri |
GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan tantangan yang dihadapi Bangsa Indonesia saat ini adalah merawat persatuan.
Situasi ini sangat berbeda dibanding sebelum merdeka. Saat itu, Indonesia menghadapi tantangan untuk membentuk persatuan dan kesatuan bangsa.
“Salah satu cara terpenting dalam menjaga persatuan adalah dengan menghadirkan perasaan keadilan."
• HM Prasetyo: Kalau Mau Jadi Jaksa Agung Harus Punya Kumis
"Sulit membangun persatuan dalam kondisi ketimpangan, dan sulit membangun persatuan dalam ketidakadilan,” ujar Anies Baswedan.
Hal itu ia katakan seusai upacara peringatan Sumpah Pemuda di Silang Monumen Nasional (Monas), Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Senin (28/10/2019).
Menurut dia, Bangsa Indonesia masih bersatu sampai saat ini karena adanya bahasa persatuan, yakni Bahasa Indonesia.
• Anies Baswedan Bilang Kebijakan Berkeadilan Bisa Tanggulangi Ketimpangan Sosial
Bahasa yang dirumuskan oleh para pendahulu bangsa ini, mampu menyelesaikan persoalan yang terjadi Indonesia.
“Sampai hari ini dengan adanya satu bahasa persatuan, maka begitu banyak hal di Indonesia diselesaikan dengan jauh lebih mudah."
"Rapat-rapat di dalam MPR, DPR dan sidang, semua cukup memakai satu bahasa saja (Bahasa Indonesia,” tuturnya.
• Ancaman Terorisme di Indonesia Justru Lebih Serius Setelah Bos ISIS Abu Bakar al-Baghdadi Tewas
Tidak hanya dalam forum resmi, kata Anies Baswedan, bahasa persatuan juga digunakan untuk menyelesaikan konflik antar-kelompok suatu daerah meski berbeda suku.
Saat semua pihak diundang untuk berunding untuk bermusyawarah, di ruang perundingan itu tidak diperlukan penerjemah, karena semua memakai Bahasa Indonesia.
“Ini tidak ditemukan di tempat lain yang tidak memiliki keberagaman suku bangsa seperti Indonesia."
• Nadiem Makarim: Kawan-kawan Pemuda, Gerbang Kita Telah Terbuka
"Di tempat lain tidak memiliki kesamaan karena bahasa bersama.”
“Ini suatu aset luar biasa yang harus kita ingat sebagai aset penting."
"Karena itu saya mengharap dalam peringatan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober ini, mari kita kembangkan Bahasa Indonesia,” paparnya.
• Mendikbud Nadiem Makarim: Satu-satunya Kegagalan Adalah Kalau Kita Diam di Tempat
Dengan mengembangkan Bahasa Indonesia, maka kosa katanya bisa lebih beragam.
Hal ini berkaca pada bahasa daerah yang memiliki kekayaan diksi luar biasa, dan bisa diserap menjadi kekayaan Bahasa Indonesia.
“Dengan cara seperti itu, maka persatuan kita akan terus bisa dirawat melalui bahasa, jadi bahasanya harus berkembang,” jelasnya.
• FAKTA-FAKTA Pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi: Doktor Pemilik Kekayaan Rp 46 Triliun
Sebelumnya, Anies Baswedan menilai ketimpangan kesejahteraan di dalam kota tiap negara terus mengalami pelebaran.
Tidak terkecuali, Indonesia yang masuk dalam Kelompok 20 Ekonomi Utama Dunia alias G20.
“Ketimpangan antar-negara sudah mengecil, tapi ketimpangan dalam negaranya yang melebar."
• Nasib Pilu Santri Sebut Prabowo Menteri, Sepeda Pemberian Jokowi Digadai, Sekolah Tak Lanjut
"Dan itu dialami seluruh negara di dunia,” kata Anies Baswedan seusai upacara peringatan Sumpah Pemuda di Silang Monas, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Senin (28/10/2019).
Menurut dia, fenomena ini menunjukkan pembangunan wilayah sudah begitu pesat, sehingga bisa setara dengan wilayah lain.
Akan tetapi, ada beberapa bagian lain yang belum merasakan pembangunannya.
• KRONOLOGI Putri Pariwisata Diciduk Polisi Saat Kencan dengan Pelanggannya, Kondom Jadi Barang Bukti
“Coba perhatikan, Indonesia masuk G20, kan berarti kita masuk top 20."
"India top 20, begitu sampai di dalam negerinya ada ketimpangan luar biasa,” ujar Anies Baswedan.
Anies Baswedan mengatakan, bila Indonesia ingin bersatu, ketimpangan harus dibereskan.
• Warga Pangandaran Berharap Susi Pudjiastuti Bertarung Jadi Bupati
Dari sisi pemerintah, ketimpangan bisa ditanggulangi melalui suatu kebijakan.
Kata dia, kebijakan harus semuanya memperhitungkan faktor keadilan.
Karena bila tidak, bakal terjadi pelabaran yang cukup besar pasca-beberapa tahun roda pemerintahan berjalan.
• Jokowi Ternyata Ajak Maruf Amin Bentuk Kabinet Indonesia Maju, Sebut Pekerjaan yang Sangat Berat
“Pelebaran ketimpangan tidak otomatis saat kebijakan itu dibuat langsung berdampak."
"Tapi dibutuhkan waktu beberapa tahu baru terasa dampaknya,” ungkapnya.
Anies Baswedan mencontohkan bila pemerintah membangun kawasan industrialisasi di suatu wilayah.
• VIDEO Ribuan Warga Pangandaran Sambut Kedatangan Susi Pudjiastuti, Berharap Dijadikan Menteri Lagi
Pada saat itu, roda perekonomian di sana belum terlalu terdampak bagi warga sekitar.
Namun sekitar 5-6 tahun kemudian, warga akan merasakan perkembangannya.
“Maka itulah ketika menentukan lokasi industrialisasi, harus dipikirkan bagaimana dalam meratakan pusat-pusat pertumbuhan,” paparnya.
• KKB Bunuh Tiga Tukang Ojek Jelang Kunjungan Jokowi ke Papua, Begini Kronologinya
Dia mengatakan, sebetulnya persoalan kesetaraan keadilan tampak sederhana.
Sebagai contoh, geliat properti dan pajak di Jakarta terus tumbuh.
Namun bila pemerintah tidak memikirkan keadilan bagi warganya dari sisi pendapatannya, tanpa disadari masyarakat yang sudah mendiami cukup lama di Jakarta bisa tergerus.
• Kritik Wakil Menteri Pilihan Jokowi, Gerindra: Anak Hary Tanoe Ngerti Apa?
Fenomena seperti ini, ujar Anies Baswedan, juga banyak dialami oleh pensiunan aparatur sipil negara (ASN) di lingkup pemerintah daerah maupun pusat.
Di daerah permukimannya pada tahun 1970-1980-an, dulunya adalah kawasan biasa saja.
Namun adanya perkembangan zaman mendorong wilayah setempat menjadi modern dan cenderung mahal.
• Kabinet Indonesia Maju Tak Banyak Tampung Relawan, Maruf Amin Berharap Wamen Punya Wakil Juga
“Kalau kami tidak memikirkan keadilan, ya sudah efeknya secara pelan-pelan kami mengusir mereka dari Jakarta."
"Karena tidak bisa bayar pajak (Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan/PBB-P2) mereka akan menjual (rumah),” paparnya.
Isu kesenjangan sosial juga diangkat Presiden Jokowi saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 28-29 Juni 2019 di Jepang.
• Menko Berwenang Batalkan Kebijakan Menteri Lain, Gerindra: Jokowi Raja?
“Pertama berkaitan dengan inovasi di bidang digital economy."
"Dan juga yang kedua berkaitan dengan upaya mengatasi kesenjangan,” kata Presiden Jokowi di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (27/6/2019).
Presiden juga mengingatkan para kepala negara/kepala pemerintahan G20 terkait situasi dunia yang saat ini banyak dipenuhi ketidakpastian dan dibayangi isu perang dagang.
• Benih Cinta Ketua Umum Projo kepada Prabowo Mulai Bersemi Setelah Ditunjuk Jadi Wakil Menteri
“Saya juga ingin mengingatkan kepada kolega-kolega kita yang hadir, baik perdana menteri, presiden, maupun raja di G20."
"Terkait situasi dunia yang saat ini dipenuhi ketidakpastian dan dibayangi dengan isu perang dagang."
"Saya berharap agar negara-negara G20, pemimpin-pemimpinnya bisa menunjukkan kearifan dan kepemimpinan kolektif, sehingga situasi yang ada menjadi lebih baik bagi kita semua,” tuturnya. (*)