Pasar Modal
Indeks Harga Saham Gabungan Anjlok Lima Hari Berturut-turut, Bagaimana Prospeknya?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merosot dalam lima hari perdagangan berturut-turut.
WARTA KOTA, PALMERAH--- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merosot dalam lima hari perdagangan berturut-turut.
Sejumlah analis menilai karena dipengaruhi faktor global dan tensi politik dalam negeri yang semakin panas.
Analis Henan Putihrai Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, mengatakan, jeblosnya IHSG di bawah level 6.000 pada pembukaan perdagangan Kamis (3/10/2019) karena kebablasan saja.
“Buktinya saja dalam beberapa menit IHSG kembali rebound ke level 6.000 dan hari ini ditutup di level 6.038,” kata Liza kepada Kontan.
Menurut Liza kalau, hingga besok tidak ada kejadian aneh-aneh, IHSG berpeluang besar menghijau.
Kendati demikian, bukan berarti dalam jangka waktu menengah IHSG tidak akan kembali tertekan.
Kalau melihat dari pergerakan IHSG beberapa waktu belakangan, posisinya tertekan karena diberatkan banyak sentimen negatif.
Liza memproyeksikan sejelek-jeleknya IHSG akan jatuh sampai ke level 5.850.
• Soal Registrasi IMEI, BRTI Memberi Jaminan Perlindungan Data Pribadi
Kalaupun jatuh lebih dalam lagi khawatir akan berdampak buruk pada saham-saham yang lainnya.
Liza menyatakan, sentimen yang paling memberatkan IHSG datangnya dari sentimen global.
Akan tetapi sentimen domestik juga berpengaruh besar terhadap keputusan investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Menurut Liza, saat ini tensi politik dalam negeri sedang menghantui perekonomian dalam negeri.
Dari dua sentimen tersebut, ada efek bola salju yang terjadi.
Liza mengatakan, dimulai dari perang dagang yang berdampak pada perlambatan ekonomi global yang kemudian memengaruhi bisnis perusahaan di Indonesia.
Ini pun yang menjadi penyebab banyak perusahaan yang kesulitan membayar utang.
Tentunya ada potensi berpengaruh ke sektor keuangan di mana Non Performing Loan (NPL) bank akan semakin melebar.
• Terungkap, Ini Penyebab Registrasi IMEI Belum Bisa Dijalankan
Sebenarnya kalau keadaan ini sudah terjadi, investor musti berhati-hati karena sektor keuangan adalah tulang punggung bagi IHSG.
“Kalau banking sudah kena, ya berat untuk market bisa kembali recover,” katanya.
Namun dengan adanya tren penurunan suku bunga, Liza mengharapkan bisa menggairahkan sektor rill.
President Artha Sekuritas, Frederick Rasali, mengatakan, ada kemungkinan resesi global akan terjadi.
Tandanya adalah dari perlambatan ekonomi global walaupun suku bunga terus menurun.
“Adapun diikuti dengan meningkatnya tingkat kegagalan perusahaan dalam membayar utang,” katanya.
Frederick mengatakan, belum mengubah target IHSG nya di 6.700 karena ada faktor pendorongnya bila ekonomi global lebih stabil menjelang akhir tahun dan saham big caps seperti perbankan dan coal mining rebound di akhir tahun.
Menurut Frederick, menjelang akhir tahun harapannya ada peningkatan penjualan di sektor konsumer karena akan masuk festive season.
Kemudian di sektor coal mining biasanya ada peningkatan jangka pendek karena permintaan menjelang musim dingin.
• Jumlah Penumpanng Terus Bertambah, PO Bus Siapkan Unit Bus Tambahan
Walaupun sentimen saat ini sedang tidak baik, menurut Liza setidaknya tiga bulan terakhir di 2019 masih ada sentimen positif yang dapat menopang IHSG.
Beberapa sentimen positif tersebut adalah kondisi politik yang sudah lebih baik dengan dilantiknya presiden, rampungnya kabinet kerja dan tim ekonomi yang jelas.
Liza menilai, kalau melihat dari chartnya IHSG masih dalam trennya naik.
Jadi masih ada peluang untuk IHSG naik 10 persen hingga akhir tahun nanti.
Liza mengatakan, langkah pertama kalau IHSG bisa mencapai 6.400 sudah bagus.
Namun kalau ada sentimen positif yang lebih baik lagi, skenario terbaiknya IHSG bisa mampu bergerak di level 6.500-6.600.
Namun, target pesimistisnya kalau skenario terburuk terjadi IHSG mungkin hanya akan bergerak stagnan di rentang 6.000 sampai 6.200 saja.
Strategi yang bisa dilakukan investor saat ini adalah dengan mulai buy on weakness di saham-saham defensive yang penurunannya relatif tidak terlalu signifikan.
Investor bisa memilih saham konsumer seperti PT Unilever Tbk (UNVR).
Kalau ada penurunan masih bisa dikoleksi saat ini.
Strategi trading bisa lakukan jangka pendek karena volatilitas pasar sedang tinggi.
Liza merekomendasikan saham UNVR karena ada kemungkinan besok ada reboud ke 47.000 tapi kalau investor bisa ambil sahamnya di level 43.700 sampai dengan 44.000 itu akan lebih oke entry levelnya.
• Bisnis Fintech P2P Lending Berkembang Pesat, Apakah Akan Bernasib seperti di China?
Berita ini sudah diunggah di Kontan dengan judul IHSG merosot lima hari berturut-turut, begini prospeknya sampai akhir tahun