Pembelian 11 Jet Sukhoi Tak Kunjung Terwujud Sejak 2015, Kementerian Perdagangan Ungkap Kendalanya

Karyanto menegaskan, pemerintah mengutamakan produk yang memiliki nilai tambah, dengan target penyelesaian pada tahun ini.

Wikipedia.org
SUKHOI Su-35 

KEMENTERIAN Perdagangan (Kemendag) menyatakan, kesepakatan imbal beli 11 unit jet tempur Sukhoi (SU-35) dari Rusia, belum diputuskan karena terkendala penentuan jenis produk komoditas.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendag Karyanto Suprih mengatakan, imbal dagang sebenarnya tidak ada masalah buat perdagangan, karena merupakan hal bagus.

"Tapi, itu kan terkait politik dunia. Kalau soal politik bersumber di Kementerian Luar Negeri, bagaimana diarahkan," ujarnya di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (13/9/2019).

Jika Dalam Dua Tahun Penyidikan Tidak Selesai, Jokowi Setuju KPK Bisa Hentikan Kasus Alias SP3

Ia menjelaskan, proses di Kemendag sekarang masih dibahas dalam grup kerja untuk memutuskan komoditas apa yang mau dibeli Rusia.

"Tidak bisa kita kasih komoditas yang kira-kira laku dijual. Kita ingin stand positioning dong, kita ingin komoditas itu yang cukup potensial," katanya.

Karyanto menegaskan, pemerintah mengutamakan produk yang memiliki nilai tambah, dengan target penyelesaian pada tahun ini.

Firli Bahuri Ungkap Pernah Bertemu Megawati Saat Jabat Deputi Penindakan KPK, Ini yang Mereka Bahas

Ada pun produk semisal rempah-rempah tidak jadi pilihan, karena dinilai lebih baik berupa barang jadi, jangan cuma yang berbahan mentah.

"Kita masih diskusi, mereka butuh apa, kita mau jual apa. Secepatnya (selesai) lebih baik, semoga tahun ini, kita terus bicara dengan Dubes Rusia," paparnya.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menjelaskan proses pembelian 11 pesawat tempur Sukhoi yang tak kunjung rampung.

Wanita Pimpinan Terpilih Ini Sebut KPK Tidak Menghormati Lembaga Lain, Lalu Salah Input Jumlah Harta

Ryamizard Ryacudu menyebut, pembelian pesawat tempur Sukhoi masih tertahan di Kementerian Perdagangan (Kemendag), karena mekanisme imbal dagang antara Indonesia dan Rusia belum selesai.

Diketahui, Indonesia membayar pembelian pesawat tempur Sukhoi dengan uang dan imbal dagang.

 Tak Ingin Ada Lagi Perbedaan Awal Ramadan dan Syawal, Pemerintah Dorong Penyatuan Kalender Hijriah

"Kalau antara saya dengan pabrik udah selesai. Kan sudah tanda tangan. Kontrak. Yang belum selesai adalah Kementerian Perdagangan," ujar Ryamizard Ryacudu di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (12/6/2019).

"Karena ini kan pakai uang dengan pakai imbal dagang. 50 persen pakai uang, 50 persen pakai imbal dagang," sambungnya.

"Artinya kita menjual karet, kelapa sawit, itu. Ini yang belum selesai. Kalau saya sih enggak ada masalah. Udah selesai," jelasnya.

 Lieus Sungkharisma Ungkap Susahnya Berkomunikasi dengan Eggi Sudjana Meski Bersebelahan Sel

"Tanda tangan kok. Udah salaman. Tinggal nunggu yang kedua aja tuh imbal dagang. Tinggal nunggu pesawatnya aja," sambungnya.

Lebih lanjut, Ryamizard Ryacudu belum mendapatkan informasi lebih lanjut bagaimana perkembangan proses di Kementerian Perdagangan.

"Enggak tahu saya, enggak nanya. Kalau pertanyaannya dengan pabrik dan saya mah baik-baik aja. Udah selesai kok, tanda tangan," terangnya.

 Lieus Sungkharisma: Bagi yang Susah Diet, Masuk ke Rumah Tahanan Minta Pasal Makar, Dijamin Kurus

Sementara, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan, proses negosiasi imbal dagang alias barter dengan Rusia masih berjalan.

Rencananya, imbal dagang dilakukan untuk membeli pesawat tempur Sukhoi Su-35 yang ditukar dengan sejumlah komoditas di dalam negeri.

"Intinya menunggu Kemenhan kapan dilaksanakan, kita pihak Rusia dengan imbal beli," kata Oke Nurwan, Rabu (12/6/2019).

 Menata Hati Setelah Ditinggalkan Istri Tercinta, Ini yang Bakal Dilakukan SBY Saat Lebaran

Indonesia membeli 11 pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia seharga 1,14 milar dolar AS.

Indonesia menawarkan sejumlah komoditas kepada Rusia senilai 570 juta dollr AS. Saat ini, keduanya masih menyusun aturan main kelompok kerja itu.

Sebelumnya Wartakotalive memberitakan, dalam waktu dekat, penandatanganan kontrak pembelian 11 unit Sukhoi SU-35 akan dilakukan.

 Bomber Pospam Kartasura Gemar Lihat Video Pemenggalan Kepala dan Perang di Suriah

Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengungkapkan, pihak Sukhoi akan datang ke Indonesia, dan pada November mendatang penandatanganan kontrak dilakukan.

"November (tanda tangan), (nanti) orangnya ke sini," ujarnya kepada wartawan, seusai menghadiri rapat soal pembelian Sukhoi SU-35, di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Rabu (20/9/2017).

Menurutnya, Indonesia butuh satu skuadron atau 16 unit pesawat.

 Bomber Pospam Kartasura Sehari-hari Bekerja Jualan Gorengan, Beraksi Pakai Bom Pinggang

Namun, dengan kondisi yang ada, Indonesia hanya bisa membeli 11 unit pesawat, yang satu unitnya dibanderol seharga sekitar 90 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Rencananya, setengah dari harga itu harus dibayar dengan komoditas.

Setelah penandatanganan kontrak pada November mendatang, pihak Sukhoi langsung mengerjakan produksi 11 unit pesawat generasi 4++ itu.

 Bomber Pospam Kartasura Amatiran, Jejak Aksi Terorismenya Nihil

Produksi tersebut butuh sekitar dua tahun, dan setelahnya baru pesawat-pesawat itu akan menggantikan pesawat F-5 Tiger di Skuadron 14 TNI Angkatan Udara (AU).

"Dibuat dulu dia, paling tidak dua tahun," katanya.

Menkopolhukam Wiranto, dalam kesempatan terpisah menyebut bahwa pesawat-pesawat tersebut dibeli lengkap dengan alutsista dan sistem avioniknya yang canggih.

 ‎Besok Jokowi Gelar Open House di Istana Negara, Warga yang Ingin Bersalaman Dikumpulkan di Monas

Dalam pembelian pesawat tempur itu, pihak Indonesia juga mendapat kesempatan mempelajari cara memproduksi pesawat Sukhoi.

Terkait pembayaran, setengah dari total harga 11 unit pesawat Sukhoi SU-35, akan dibayar dengan komoditas lokal.

Wiranto mengatakan ada 17 jenis barang yang diminati Rusia, dan disanggupi oleh Indonesia.

 Malam Ini Jokowi Putuskan Besok Mau Salat Id di Mana, Masjid Kampung Masuk Daftar Pilihan

Salah satu barang yang diminati dan disanggupi oleh Indonesia adalah perlengkapan militer buatan anak negeri.

"Ada 17 'item' (barang) yang disetujui. Yang menarik, salah satu item itu, pembelian perlengkapan militer dari Indonesia. Kita sekarang ada produksi perlengkapan mmiliter untuk NATO, kita ada rompi anti peluru, ada sepatu," paparnya.

Di awal 2019, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan pihaknya berencana membeli pesawat tanpa awak alias drone militer, untuk memperkuat alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia.

 Bomber Pospam Kartasura Tak Mau Lanjutkan Studi karena Ada Mata Kuliah Pancasila

Hal itu dilakukan sebagai respons atas terhambatnya proses pembelian pesawat tempur Sukhoi.

Ryamizard Ryacudu mengatakan, Indonesia akan membeli drone militer dari Cina dan Portugal.

“Ada 10 negara yang menawarkan, dan sudah kita pilih dari Cina, dari Portugal juga,” ungkapnya seusai memimpin Rapat Pimpinan Kemenhan di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (16/1/2019).

 Ini Penyebab Waktu Perayaan Idul Fitri di Setiap Negara Berbeda-beda

Menhan mengatakan, anggaran pembelian drone militer itu sudah masuk APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) 2019, meskipun dia tak merinci berapa jumlahnya.

Menhan mengakui pembelian 11 unit pesawat tempur Sukhoi (SU-35) dengan sistem imbal beli komoditas pertanian, masih terhambat pembayaran dari Kementerian Keuangan.

“Pembelian Sukhoi itu kan menunggu persetujuan tiga kementerian. Sampai ke saya sudah final, saya sudah tanda tangan, sudah salaman tapi yang bayar bukan saya,” jelasnya.

 Annisa Pohan Sebut Ibu Mertuanya Pasti Tersenyum Dengar Pidato Jokowi

Ia memastikan bahwa setelah pembayaran dilunasi, maka 11 unit Sukhoi itu akan tiba di Indonesia.

“Sukhoi itu pasti akan datang, itu kan sistemnya 50 persen. Kita jual hasil pertanian seperti kelapa sawit dan sebagainya, lalu sisanya kita bayar, itu kewenangan Kemenkeu, tanya mereka saja,” paparnya.

Pembelian Sukhoi dengan sistem imbal beli itu tercantum dalam UU No 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.

Total nilai pembelian 11 unit Sukhoi dari Rusia itu senilai 1,14 miliar dolar AS, di mana setengahnya dibayar dengan hasil pertanian. (Yanuar Riezqi Yovanda)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved