Kak Seto Minta Wali Kota Airin Ikut Bertanggung Jawab Dalam Kasus Tewasnya Aurel di Paskibraka

Psikolog anak itu datang ke Mapolres Tangerang Selatan ditemani oleh Komisioner Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra.

Warta Kota/Andika Panduwinata
Pemerhati anak, Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto mendatangi Mapolres Tangerang Selatan. 

"Siapapun pelaku kekerasan wajib ditindak tegas sesuai peraturan perundangan yang berlaku, agar ada efek jera dan agar tak ada korban lagi," katanya.

Mengingat proses pelatihan Paskibra Kota Tangerang Selatan yang diduga kuat telah terjadi kekerasan fisik, kata Retno maka Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk melakukan evaluasi total terhadap pelatihan Paskibra Kota Tangsel.

"Terutama para pelatihnya yang diduga melakukan tindakan kekerasan fisik dan kemungkinan juga kekerasan psikis," kata Retno.

Untuk kekerasan fisik dan psikis ini kata Retno, kepada orangtua AQA mengaku pernah ditampar seniornya saat menjalani pelatihan Paskibra Kota Tangsel;

 Usai Diduga Simpatisan HTI, TNI Pastikan Akan Awasi Enzo Selama 4 Tahun Pendidikan AKMIL

"AQA juga mengaku pernah diperintahkan makan jeruk dengan kulit-kulitnya saat mengikuti pelatihan paskibra di Kota Tangsel.

"Hal ini tentu berpotensi membahayakan kesehatan pencernaan seorang anak," kata Retno.

Selain itu AQA juga pernah mengaku diperintahkan melakukan push up dengan mengepalkan tangan saat dihukum, karena timnya melakukan kesalahan saat berlatih.

"Sehingga menimbulkan luka pada tangannya," kata Retno.

Menurut Retno, AQA juga mengaku diminta mengisi buku diary setiap hari, dengan ditulis tangan, dan dijadikan PR yang harus dikumpulkan setiap pagi.

"Ini juga harus ditulis berlembar-lembar pula," kata Retno.

"AQA juga mengaku ada 4 temannya yang tidak mengumpulkan buku diary, kemudian berimbas pada perobekan buku diary satu tim AQA.

 Ramai Disebut Simpatisan HTI, Ini Keputusan TNI Soal Nasib Enzo di Akademi Militer (Akmil)

"Lalu mereka diperintahkan untuk menulis kembali dari awal dengan tulisan tangan.

"Hal ini sempat dikeluhkan AQA karena dia sangat kelelahan menulis diary yang disobek oleh senior nya tersebut," kata Retno.

Lalu kata Retno, AQA sempat mengaku diperintah berlari keliling lapangan dengan membawa tas ransel berat yang berisi 3 kg pasir, 3 liter air mineral dan 600 ml teh manis.

"Kekerasan dalam bentuk apapun dan dengan tujuan apapun tidak dibenarkan. Kekerasan tidak diperkenankan juga meski dengan alasan untuk mendidik dan mendisiplinkan," ujar Retno.

Selain itu, kekerasan fisik kata Retno juga tidak ada hubungannya dengan ketahanan fisik.

"Jadi sulit dipahami akal sehat ketika pasukan pengibar bendera dilatih dengan pendekatan kekerasan dan bahkan dilatih ketahanan fisik dengan berlari membawa beban berat di punggungnya, apalagi anggota Paskibra tersebut semuanya masih usia anak," kata Retno.

Meskipun orangtua AQA tidak melaporkan kasus meninggalnya ananda AQA ke kepolisian, kata Retno namun polisi sudah berinisiatif mendatangi keluarga AQA.

 Ternyata Jumharyono Berhubungan Intim Sebelum Bunuh Istrinya

"Bahkan tidak hanya Polres Kota Tangsel, namun pihak Polda Metro Jaya pun mendatangi pihak keluarga guna meminta keterangan dan bahkan pada kesempatan tersebut, pihak keluarga juga menyerahkan alat bukti berupa buku diary dan ponsel ananda AQA untuk proses pemeriksaan pihak kepolisian" kata Retno.

KPAI kata Retno mendukung proses hukum ditegakan, namun yang tak kalah penting adalah sikap dan tindakan Pemerintah Kota Tangsel terhadap kasus ini.

Pemerintah Kota Tangsel kata Retno semestinya tidak tinggal diam, namun segera membentuk tim investigasi bentukan Walikota Tangsel dalam melakukan investigasi terkait proses pelaksanaan pelatihan Paskibra Kota Tangsel.

"Apakah sesuai rundown acara, apakah SOP dipatuhi, apakah ada pengawasan pihak yang memiliki kewenangan dan tanggungjawab dan lainnya.

 Ajudan Iriana Jokowi, Sandhyca Putrie yang Masih Lajang Masuk Tentara Lewat Jalur Sarjana

"Setelah kematian ananda AQA apakah ada evaluasi kegiatan pelatihan Paskibra kota Tangsel, dan lain sebagainya," papar Retno.

Untuk membahas hal itu, kata Retno, KPAI akan melayangkan surat resmi kepada Walikota Tangsel untuk memfasilitasi rapat koordinasi guna membahas dan mencari solusi kasus kematian ananda AQA agar tidak terulang.

"Sekaligus mengevaluasi pelaksanaan pelatihan Paskibra Kota Tangsel. KPAI mengajukan usulan rapat koordinasi tersebut pada Selasa, 13 Agustus 2019 di Kantor Walikota Tangsel," kata Retno.

Rapat koordinasi tamnah Retno akan didorong untuk mengundang OPD terkait di Pemkot Tangsel, seperti Dinas Olahraga dan Pemuda beserta tim pelatih Paskibra Kota Tangsel, Dinas Pemberdayaaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), P2TP2A, dan Inspektorat Kota Tangsel.

 Oknum Prajurit TNI AD Pratu DAT Terbukti Jual Ratusan Amunisi ke KKB Papua Terancam Hukuman Mati

"KPAI juga akan meminta Pemkot Tangsel mengundang perwakilan Kemenpora RI, Dinas Pendidikan Provinsi Banten, dan SMA Al Azhar Tangsel.

"KPAI juga meminta orangtua ananda AQA dihadirkan dalam rapat koordinasi tersebut sehingga rakor terwakili oleh semua unsur. Apalagi orangtua AQA juga ingin bertemu Walikota Tangsel, Airin," kata Retno. 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved