Idul Adha
TERUNGKAP Modus Penipuan Berkedok Hewan Kurban dan Akikah Murah Ternyata Ini Asal Dagingnya
Banyak usaha untuk menjual hewan kurban dan akikah yang sudah dimasak sebagai gulai atau sate yang siap santap.
SEJUMLAH kalangan banyak yang terkecoh dengan maraknya iklan liar di tiang listrik atau pepohonan.
Banyak usaha untuk menjual hewan kurban dan akikah yang sudah dimasak sebagai gulai atau sate yang siap santap.
Yang menarik, harganya sangat miring, hanya sepertiga harga hewan kurban dan hewan akikah yang semuanya adalah hewan jantan dengan harga termurah berkisar Rp 2,5 juta.
Namun, bisnis berbau unsur penipuan ini harganya hanya berkisar Rp sejuta dan paling mahal Rp 1,5 juta padahal sudah dimasak termasuk bumbu dan santan.
Terkait dengan fenomena itu, harganya memang sangat murah.

Soalnya untuk setiap akikah atau kurban kambing atau domba, harganya sangat miring.
"Harganya itu bisa hanya sejuta rupiah," kata seorang pebisnis hewan kurban dan hewan untuk berbagai keperluan di Jakarta kepada Warta Kota, Sabtu (10/8/2019).
Menurut pedagang hewan yang sudah malang melintang selama bertahun-tahun ini, hewan yang sangat murah sebenarnya hanya penipuan saja.
"Bukan hanya tidak seekor hewan, tapi harga segitu hanya cukup untuk sepertiganya bahkan kurang karena sudah dimasak," kata pedagang yang enggan disebutkan namanya ini.
Menurut pedagang yang bisa disebut dengan nama John ini, kalangan penipuan dengan modus hewan untuk akikah dan hewan kurban memang menjamur.
"Tidak sedikit orang yang terkecoh, saya juga heran, kok harganya murah, saya telusuri saja," katanya.
Menurut John, dia bisa menawar dan kemudian mencari tahu bagaimana harga hewan itu bisa demikian murah.
Rata-rata penawaran itu hanya mencantumkan harga hewan yang sudah masak dengan harga Rp 1.050.000 sampai Rp 1.100.000.
"Bisa saja, kambing kecil atau kambing yang masih belia, harganya segitu, tapi ini bukan," kata John.
Menurut John, setelah diikuti, dia jadi tahu, pedagang hewan yang tidak takut menipu konsumen itu sebenarnya hanya mengakali konsumen sebagai bisnis penipuan.
"Jadi, awalnya saya penasaran, soalnya bisa murah seperti itu apalagi, sudah masak, harusnya lebih mahal harganya dari hewan yang saya jual," katanya.
John menjelaskan memang ada hewan kurban termurah yang bisa saja dibeli dengan harga Rp 2.250.000 hingga Rp 2.500.000, itu yang termurah.
"Tapi itu baru hewannya, belum biaya potong dan membersihkan Rp 150.000 per ekor, boro-boro mau sudah masak," katanya.
Sementara itu, kalangan warga menjelaskan, mereka memang merasa heran dengan maraknya pamflet untuk menawarkan hewan kurban atau akikah dengan harga miring.
"Saya berbaik sangka saja, tapi tidak percaya karena kok murah benar," kata seorang warga di kawasan Tebet, Dirman.
Menurut Dirman, dia memang menduga, hal itu sebenarnya terkait ibadah, ada pihak yang memang mau menjual murah dengan tujuan agar harganya terjangkau.
"Kalau soal apakah itu hanya modus kejahatan, saya tidak tahu, tapi memang saya pernah beli untuk akikah dan sudah matang sebagai sate lupa berapa tusuk, sambal, dan gulai kambing," katanya.
Menurut Dirman, dia berbaik sangka saja karena tidak sampai pikirannya ada penipuan dengan modus akikah dan kurban.
"Apa tidak takut itu semua haram," kata Dirman menunjukkan keheranannya.
• 13 Ciri Hewan Kurban Sehat dan Tidak Cacat, Jangan Sampai Salah Pilih Ya
Terkait hal tersebut, John menjelaskan, modus penipuan seperti itu memang sukses membuat banyak warga yang memilih hewan kurban dan akikah yang sudah matang dengan harga murah padahal sebenarnya mereka tidak sadar kalau ditipu.
"Saya pernah tanya ke pedagang daging kambing dan daging domba di pasar, berapa harganya dan biasanya, pembeli hewan untuk akikah dan kurban itu membeli dengan nilai Rp 700.000-an saja, cukup banyak dapatnya," katanya.
Masalahnya, kata John, saat ditanya asal daging itu kepada pedagang di pasar, mereka menyebut sebagai daging yang memang disembelih di rumah potong hewan.
"Hanya kalau mau kurban dan akikah, jelas syaratnya, selain umurnya juga jenisnya, hewan itu harus hewan jantan, kalau yang dijual di pasar, daging hewan betina cukup banyak," katanya.
John menjelaskan, sebaiknya warga tidak tergiur dengan harga yang murah.
Selain itu, warga hendaknya lebih berhati-hati karena tujuan mereka adalah ibadah untuk kurban dan akikah.
• Megawati Soekarnoputri Menghimbau Seluruh Kader Memiliki Kekuatan Jiwa Bernama Tri Karsa PDIP
• Sudin KPKP Jakarta Utara Menemukan 52 Hewan Kurban Sakit di Antaranya 3 Hewan Derita Cacat Fisik
Sementara itu, pihak Dinas Pertanian dan Perikanan (Distanikan) Kota Bekasi menghimbau agar petugas dan panitia Idul Adha seluruh masjid yang mengadakan pemotongan hewan kurban saat Hari Raya Idul Adha untuk membuat lubang.
Adapun lubang itu difungsikan untum menampung limbah darah dari seluruh hewan kurban yang dipotong.
Menurut Dokter Hewan Berwenang Kota Bekasi, drh Sariyanti, darah tidak baik jika dibuang ke saluran air seperti got ataupun sungai.
"Mewajibkan petugas di setiap masjid yang melakukan pemotongan hewan kurban agar membuat lubang untuk limbah darah, karena darah media terbaik penyebaran kuman," ujar drh Sariyanti kepada Warta Kota, Jumat (9/8/2019).
Selain itu, kedalaman lubang pembuang limbah juga harus diperhatikan, sebab walaupun darah itu kering, namun bisa menimbulkan bau yang tidak sedap.
Ia juga mengimbau nantinya daging yang dibagikan tidak dicampur dengan jeroan agar bisa bertahan lama.
"Pasti kita imbau agar tidak mencampur jeroan dengan daging. Harus dipisah, karena jeroan itukan kotor ya, kalau dicampur nanti dagingnya cepat rusak," kata drh Sariyanti.
Adapun Hari Raya Idul Adha jatuh pada hari Minggu 11 Agustus 2019 mendatang.
• Pengendara Mobil di DKI Jakarta Hindari Sistem Ganjil Genap yang Resmi Diperluas
• Megawati Soekarnoputri Ungkap Alasan Kongres PDIP Dipercepat karena Ancaman Disintegrasi
• Terungkap Belum Banyak Besek Bambu Dijual di Sejumlah Pasar Tradisonal Meski Idul Adha Makin Dekat
Sebelum ini, Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Bekasi memrediksi jumlah warga yang berkurban pada Hari Raya Idul Adha Minggu (11/8/2019) mendatang, meningkat.
Hal itu sesuai tren peningkatan yang kerap terjadi tiap tahunnya.
Berdasarkan data Dinas Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Bekasi pada tahun 2014 lalu, jumlah hewan kurban yang dipotong mencapai 21.065 ekor, kemudian naik di tahun 2015 menjadi 21.804 ekor, lalu di tahun 2016 angka itu naik cukup tinggu mencapai 25.618 ekor.
Kemudian, tahun 2017 lalu, naik menjadi 26.432 ekor hewan kurban, lalu angka warga yang berkurban bertambah drastis pada tahun 2018 dimana ada 35.000 hewan kurban.
"Angka itu berdasarkan jumlah hewan kurban yang disembelih, dari 2014 sampai 2018 terus mengalami kenaikan," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distanikan) Kota Bekasi, Momon Sulaeman, Rabu (7/8/2019).
Akan tetapi, kata Momon, peningkatan tren warga berkurban itu tak dibarengi dengan jumlah dokter hewan yang ada di Kota Bekasi.
"Kita masih kekurangan dokter hewan kurban, tahun ini saja hanya ada lima yang bantu lakukan pemeriksaan," jelas dia.
Untuk itu, kata Momon, pihaknya melakukan empat upaya mengatasi kekurangan dokter hewan untuk lakukan pemeriksaan.
"Upaya itu yakni melakukan usulan tenaga dokter hewan ke Wali Kota Bekasi, melatih tenaga kelurahan menjadi tenaga kesehatan hewan, bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) dalam melakukan pelayanan kesehatan dan merekrut tenaga dokter hewan mandiri.
"Tiap tahun kita usahakan dokter hewan bertambah, tahun ini saja jadi ada lima sebelumnya hanya dua saja," ucap dia.
Kedepan, tenaga medis dokter hewan akan ditambah hingga minimal 15 tenaga medis dokter hewan.
"Terus kita upayakan penambahan tenaga medis dokter hewan kurban. Jadi semua pemeriksaan yang dilakukan bisa maksimal," ungkap dia.

• Legislator Bekasi Minta Pertamina Memberikan Kompensasi ke Nelayan dan Petambak di Muara Gembong
Saat ini tim medis Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Bekasi telah menerjunkan petugas untuk melakukan pengecekan terhadap hewan kurban disejumlah lapak pedagang.
Hewan kurban yang hendak dijual bakal diperiksa kesehatannya terlebih dahulu dikhawatirkan terdapat penyakit sehingga berbahaya bagi masyarakat yang mengonsumsinya.
"Pemeriksaan juga tak hanya pada kesehatannya, tapi juga klasifikasi sesuai syarat syariaat islam untuk bisa disembelih," imbuhnya.
Ia menambahkan ada empat jenis penyakit yang kerap menyerang hewan kurban, yakni semi katarak atau pink eye, kudis atau scabies pada kambing, cacing hati pada sapi atau fasciolosis serta pilek atau rhinitis akibat terserang virus.
"Keempat penyakit itu paling sering menyerang hewan kurban dan peyebabnya sangat bervariasi, tapi yang dominan lingkungan yang jorok."
"Jangan sampai rumput yag dimakan tercemar fasesnya sendiri," katanya.
• Terungkap Belum Banyak Besek Bambu Dijual di Sejumlah Pasar Tradisonal Meski Idul Adha Makin Dekat
• Penjual Besek Pilih Tambah Tusuk Sate dan Arang Saat Idul Adha Dibandingkan Besek Bambu
• Anies Baswedan Berkoordinasi dengan Kapolda agar Pelanggaran Oknum Suporter di Tebet Diproses Hukum
PD Pasar Jaya berencana akan mendistribusikan besek bambu sebagai penganti plastik untuk wadah daging hewan kurban yang akan dijual di sejumlah pasar tradisonal PD Pasar Jaya.
Rencananya besek bambu itu akan dijual mulai besok Rabu (7/8) disejumlah Pasar Tradisonal. PD Pasar Jaya akan mendistribusikan sebanyak 20 ribu besek bambu yang dapat ditemui di 37 gerai milik Pasar Jaya dan 75 pasar lain.
Meski besek bambu baru dapat ditemui besok, hingga saat ini disejumlah Pasar Tradisonal belum terlihat adanya penjualan besek bambu yang digunakan sebagai alternatif penganti kantong plastik yang biasa digunakan.
Salah satunya yaitu di Pasar Palmerah, dimana hingga saat ini belum ada besek bambu yang dijual, hanya terlihat beberapa pedagang yang menjual tusukan sate, panggangan sate, hingga arang kayu yang sudah disiapkan untuk dijual.
Salah seorang pedagang di Pasar Palmerag Sundari (45) mengatakan hingga saat ini belum ada yang menjual besek bambu itu. Meski dirinya berjualan tusukan sate dan arang, ia mengaku tak berminat menjual besek bambu.
"Yang buat ganti plastik itu ya. Kalo disini belum ada yang jual. Kebanyakan ya kayak tususkan sate baru ada, nah itu udah mulai banyak. Kalo besek dari dulu juga belum ada," kata Sundari, Selasa (6/8/2019).
Menurut Sundari, tidak adanya penjual besek bambu karena memang dinilai tidak laku dan peminatnya hanya sedikit. Justru ketika idul adha, banyak yang mencari tusukan sate dan arang, karena moment idul adha biasanya dilakukan membakar sate.
"Orang mah kebanyakan nyari tusukan sate dibandingkan besek. Jadi karena dulu jarang yang beli, ya ngak ada yang jual," katanya.
Stok Habis
Meski besek bambu dari PD Pasar Jaya belum di jual di sejumlah pasar tradisional, namun ada beberapa pedagang besek bambu justru sudah kehabisan stok sejak 3 hari yang lalu, menyusul informasi pengantian kantong plastik dengan besek bambu.
Hal itu diungkapkan Rudi (30) salah seorang penjual besek bambu di Pasar Tanjung Duren, Jakarta Barat. Ia mengaku saat ini besek bambu yang ia jual hanya tersisa 6 buah.
"Stoknya udah habis mas. Ini saja tinggal 6 buah doang. Abis karena banyak pemesanan sejak 3 hari lalu," kata Rudi.
Rudi mengatakan besek bambu yang ia jual merupakan stok lama tahun lalu, ia pun tak menduga semuanya ludes terjual. Bahkan saat itu stok yang ia miliki berjumlah 600 buah dan habis dalam sepekan.
"Emang itu stok lama, kita juga ngak tahu ya kalo bakal habis. Mau ambil lagi dari pengrajin di Bandung sana juga udah ngak ada. Ya jadinya ngak jual lagi," jelasnya.
Ia mengaku satu besek bambu kecil ukuran 5x5 cm dijual seharga Rp 5.000. Sedangkan untuk ukuran sedang yakni 7x7 cm seharga Rp 7.500. Harga tersebut memang lebih mahal dibanding yang rencananya akan dijual PD Pasar Jaya yakni Rp 2.000 per buah.
"Kalo biasanya itu kan emang jarang ya yang beli. Kita juga ngak kepikiran bakal habis. Jadi ngak nambah stok," ucapnya.
• Suku Dinas KPKP Tak Menganggarkan Penggunaan Besek Bambu Untuk Idul Adha
• Setelah Pemprov DKI, Giliran Pemkot Bekasi Serukan Gunakan Besek
Tak hanya DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga menghimbau penggunaan besek sebagai pengganti plastik untuk mendistribusikan daging hewan kurban ke masyarakat.
Pemprov Jabar juga akan mengedarkan surat himbauan penggunaan besek tersebut.
Besek adalah tempat ada wadah yang terbuat dari anyaman bambu.
Menanggapi hal tersebut, Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Jawa Barat menyatakan siap turut mengedarkan surat hinbauan itu ke seluruh masjid yang ada di Jawa Barat.
"Kita apresiasi himbauan penggunaan besek itu oleh Gubenur Jawa Barat Ridwan Kamil. Kita akan sampaikan ke pimpinan tingkat Kota/Kabupaten soal penggunaan besek itu," ujar Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia, Jawa Barat, KH Dede Saiful Anwar saat dihubungi Wartakota, Jumat (2/8/2019).
Ia menilai penggunaan besek itu sangat bermanfaat, selain itu menekan angka produksi sampah juga meningkatkan perekonomian masyarakat kecil.
"Ya dihitung saja, kalau tiap masjid bagikan 300 daging kurban pakai plastik dikalikan sekitar 126 ribu masjid di Jabar, ada puluhan juta sampah plastik," ujar dia.
Penggunaan besek juga, kata KH Dede Saiful Anwar, dapat memajukan perekonomian rakyat. Pasalnya, besek bambu diproduksi secara personal, tak seperti plastik yang diproduksi massal di pabrik.
"Plastik hasil dari pabrik, kalau besek bambu ini dari pengrajin, banyak yang dilibatkan. Belum lagi meningkatkan ekonomi petani bambu," ungkap dia.
Dalam waktu dekat ini, DMI Jawa Barat bakal menyebarkan surat edaran berisikan himbauan penggunaan besek bambu kepada panitia hewan kurban di masjid-masjid yang ada di Jawa Barat.
"Nanti pada hari Ahad besok, kita ada Rapat Pimpinan (Rapim). Nanti di Rapim itu hadir seluruh ketua cabang dari Kota/Kabupaten hingga tinggkat Kecamatan, desa/kelurahan, akan kita tanyakan pandangan dan sampaikan himbauan penggunaan besek itu," ucap dia.
Ia yakin para pengurus tingkat Kota/Kabupaten hingga Desa/Kelurahan akan menyambut baik hal ini.
"Kita sampah plastik ini sulit terurai dan menjadi persoalan juga. Segera kita sebar surat edaran berisikan himbauan penggunaan besek tersebut," katanya.
Sementara KH Ahamd Sayadi, Ketua DKM Masjid Zuhriyatul Muhajirin menyambut positif himbauan penggunaan besek bambu untuk hewan kurban tersebut.
Ia akan membicarakan dengan pengurus lainnya untuk penerapan besek bambu tersebut.
"Itu bagus dalam rangka mengurangi sampah plastik dan majukan ekonomi rakyat. Kita akan bicarakan dulu ke pengurus lain untuk penerapannya," paparnya.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Bekasi menyerukan agar panitia hewan kurban mengganti bungkus plastik dengan menggunakan besek untuk membagikan ke masyarakat.
Hal itu dilakukan untuk menghindari penggunaan kantong plastik sebagai bungkusan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha tahun ini.
"Iya tentunya kita serukan dan himbau agar bungkus plastik diganti dengan besek dan daun pisang. Itu untuk meminimalisasi produksi sampah plastik yang sulit terurai," kata Wakil Walikota Bekasi, Tri Adhianto, Jumat (2/8/2019).
Seruan itu juga berlaku untuk instansi pemerintah agar tak menggunakan kantong plastik sebagai tempat pembungkus daging kurban.
"Itu berlaku untuk semua, termasuk instansi pemerintahan yang menggelar pemotongan hewan kurban, diimbau memakai besek atau daun pisang. Semua panita kurban di masjid-masjid juga kita imbau," ujar Tri.
Tri menuturkan, penggunaan besek atau daun pisang dianggap sangat efektif dan efisien.
Selain dapat mengurangi sampah plastik, juga bisa digunakan untuk keperluan lain.
"Besek bisa dipakai lagi untuk keperluan lain, sementara daun pisang bisa jadi sampah organik," ujar dia.
Untuk Tri menyebut pihaknya tengah mempersiapkan seruan tak hanya lisan atau himbauan akan tetapi berencana akan membuat surat.
"Kita sudah sampaikan secara lisan ke MUI Kota Bekasi dan Dewan Masjid Kota Bekasi. Agar membantu melakukan himbauan ini,"paparnya.
Untuk diketahui, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi mencatat produksi sampah warga setempat setiap hari mencapai 1.500 ton dengan rincian 40 persen organik, dan 60 persen anorganik.
Untuk sampah anorganik ini sulit atau lama terurai seperti sampah plastik sehingga penggunaan kantong plastik harus ditekan.