Pihak Kesbangpol DKI Jakarta Nilai Pemindahan Pencari Suaka di Kebon Sirih Itu Tak Gampang
Diharapkan proses koordinasi dengan pihak Kemenlu ini bisa secepatnya membuahkan hasil agar hari ini juga para pencari suaka bisa dipindahkan.
Pemprov DKI Jakarta melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) sedang melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
Koordinasi tersebut untuk membahas relokasi para pencari suaka yang berada di trotoar Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Kakesbangpol DKI Jakarta, Taufan Bakri mengatakan, pertemuan kedua belah pihak ini belum membuahkan kesepakatan yang pasti.
Sebab, awalnya direncanakan para pencari suaka ini bakal dipindahkan ke Jakarta Islamic Center, Koja Jakarta Utara.
• Kesbangpol Bakal Mencarikan Tempat Buat Para Pencari Suaka Jalan Kebon Sirih
Taufan mengaku, proses relokasi para pencari suaka harus melalui beberapa prosedur yang cukup sulit.
"Enggak segampang itu, ternyata kita harus menunggu dari Kemenlu baru bisa kita angkut," ujar Taufan saat dikonfirmasi, Rabu (10/7/2019).
Ia berharap, proses koordinasi dengan pihak Kemenlu ini bisa secepatnya membuahkan hasil agar hari ini juga para pencari suaka bisa dipindahkan.
"Mudah-mudahan hari ini ya (Langsung bisa direlokasi)," kata Taufan.
Sementara itu, salah satu pencari suaka, Hamid mengatakan, ia dan teman-temannya bersedia untuk dipindahkan ke Jakarta Islamic Center.
"Kami di sini sudah siap semuanya dipindahkan ke gedung punya pemerintah Jakarta (Gedung Jakarta Islamic Center).
Semuanya menyatakan, setuju untuk tinggal sementara di sana," kata Hamid.
• Ruangan di Jakarta Islamic Centre Disulap Jadi Tempat Penampungan Pencari Suaka
Sementara itu, sedikitnya dua ruangan di Jakarta Islamic Centre (JIC), Koja, Jakarta Utara disulap untuk dijadikan tempat penampungan sementara para pencari suaka yang berada di trotoar Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Kedua ruangan itu berada di lantai dua Blok B, Gedung Sosial Budaya JIC.
Kedua gedung itu sebenarnya dipakai untuk kegiatan pertunjukan kebudayaan dan pelatihan pendidikan keagamaan nonformal.
Kedua ruangan itu terlihat sudah dibuka dan siap digunakan.
Adapun, kedua ruangan memiliki ukuran lebar yang sama yakni 10 meter.
Khusus panjang ruangan berbeda-beda yakni 34 meter dan 13 meter.
Kepala Sekretariat Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam JIC, Ahmad Juhandi mengatakan pihaknya membagi dua ruangan itu untuk dijadikan tempat tidur para pencari suaka laki-laki, perempuan, dan anak-anak.
“Kita kasih ruangan besar yang terpisah antara lelaki dan yang perempuan, dan anak-anak,” ucap Ahmad, Rabu (10/7/2019).
• Terdapat Sebanyak 682 Pendatang Baru Menetap di Wilayah Keluarahan Kramat Jakarta Pusat
• Terungkap Hasil Riset Manfaat Kulit Telur untuk Kesehatan di Antaranya Menumbuhkan Tulang dan Gigi
• Suami Tewas Saat Melakukan Pemanasan Bersama Istri Sebelum Berhubungan yang Diinspirasi Film Kungfu
Kedua ruangan tersebut juga sudah dipasangi alas tidur berupa terpal dan matras.
Tertulis bahwa terpal berasal dari Kementerian Sosial dan matras disediakan oleh Dinas Sosial DKI Jakarta yang dalam hal ini diberikan oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Utara.
“Ruangan itu dikasih alas dan dikasih matras. Ada 50 (matras) dari Sudinsos Jakarta Utara. Matras itu untuk ibu-ibu dan anak-anak, yang laki-laki tuh pake karpet aja,” kata Ahmad.
Selain itu, kamar mandi yang berada di Blok B Gedung Sosial Budaya JIC juga disiapkan untuk para pencari suaka.
Posisi kamar mandi laki-laki dan perempuan berada terpisah di dekat tempat penampungan.
Kapasitas kamar mandi sangat terbatas untuk digunakan pencari suaka yang jumlahnya lebih dari 200 orang.
Namun demikian, pihaknya juga mempersiapkan kamar mandi di masjid untuk keperluan mereka.
“Tapi, kalau terpaksa bisa langsung ke masjid. Kalau di masjid banyak itu ruangan mandi, toilet, segala macam. Itu banyak di masjid, yang sifatnya emergency bisa langsung ke sana,” ucap Ahmad.
Berdasarkan data sementara yang diperoleh dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), Ahmad mengatakan ada sebanyak 229 orang pencari suaka.
Ratusan orang para pencari suaka tesebut terdiri dari 52 orang asal Sudan, 148 orang asal Afghanistan, 27 orang asal Somalia, dan dua orang asal Pakistan.
Sekadar informasi, Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetio Edi Marsudi dan Pemprov DKI Jakarta menampung para pencari suaka yang berada di Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat untuk pindah sementara ke Gedung Islamic Center, Jakarta Utara.

Sementara itu, hampir satu tahun, para pencari suaka dari beberapa negara tinggal di trotoar di sekitar Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kalideres, Jakarta Barat.
Mereka membangun tenda sebagai tempat tinggal mereka.
Namun, setelah satu tahun tidak ada kepastian dari UNHCR mengenai nasib mereka, kini, mereka beralih tinggal di trotoar di Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Pantauan Wartakotalive.com kini justru lokasi tempat mereka tinggal di sekitar Jalan Peta Selatan, Kalideres, Jakarta Barat atau didekat kantor Rudenim Kalideres nampak sepi keberadaan imigran.
Hanya terlihat beberapa imigran tinggal dengan mendirikan tenda di trotoar jalan tersebut.
Mereka pun mengakui, jika rekannya telah pergi beberapa waktu lalu.
Akibatnya menimbulkan pemandangan kumuh dan tak sedap di pandangan mata.
• Jawaban Ustadz Abdul Somad untuk Banyaknya Pertanyaan Masuk Jadi Pegawai Lewat Jalur Menyogok
• Ustadz Adi Hidayat Ungkap Kisah Nyata Orang Terhindar dari Bunuh Diri Setelah Tertidur di Masjid
Mereka yang tersisa pun hanya berharap belas kasihan kepada warga sekitar untuk memberikan bantuan.
Salah seorang pedagang sekitar, Ilham (35) mengatakan tidka mengetahui pasti ke mana para imigran di sekitar Rudenim pindah, pasalnya sejak Senin, sudah mulai berkurang keberadaan mereka.
"Saya juga ngak tahu mereka kemana, cuma tadi saya baca berita pada ke Jakarta Pusat kalo nggak salah. Pokoknya Senin itu udah sepi ngak tahu dah, biasanya kan ramai," kata Ilham, Rabu (3/7/2018).
Dikatakan Ilham, para imigran ini dalam kesehariannya hanya duduk dan tinggal di sekitar trotoar, tapi ada diantara mereka juga mengontrak.
Mereka yang kebanyakan di depan hanya berharap ada bantuan-bantuan yang biasanya data dari orang-orang sekitar
"Ya mereka kalo di trotoar nunggu bantuan apa aja, soalnya ada aja yang ngasih ini itu lah. Ada juga yang tinggal di kontrakan tapi infonya itu juga saya juga ngak tahu," katanya.
• Pengungsi Afghanistan Ogah Dipulangkan Sebelum Perang di Negara Mereka Selesai
Sementara itu, Bambang (36) salah seorang warga sekitar mengatakan para imigran mencari suaka ini sudah mulai pindah ke Kebon Sirih, Jakarta Pusat sejak Minggu lalu. Mereka pergi dengan menyewa sebuah bus.
"Minggu kalo ngak salah mereka pada pindah."
"Ya, mungkin karena nggak ada kejelasan juga di sini makannya dia pindah sendiri kan sudah ada satu tahun disini," ucapnya.
Terpisah salah seorang petugas Rudenim Kalideres mengatakan jika para imigran yang berada di luar merupakan imigran gelap yang tak memiliki dokumen.
Sedangkan imigran yang ada di Rudenim merupakan imigran yang dtangkap oleh imigrasi namun masih memiliki dokumen, mereka imigran yang gelap dan tak memiliki dokumen ini meminta suaka ke beberapa negara yang memang menerima mereka.
"Jadi mereka ini sebenarnya tidak memiliki dokumen dan sengaja menghilangkan dokumen mereka untuk mencari suaka di negara yang menerima mereka salah satunya di Australia," katanya.
Untuk itu, mereka kembali lagi ke UNHCR untuk meminta kepastian karena sejak awal mereka pernah menetap di sana sebelum akhirnya setahun lalu datang dan menetap di sekitar Rudenim Kalideres.