Bulan Suci Ramadan

Surau Paseban Sudah 188 Tahun Berdiri, Peninggalan Ulama Besar Kota Padang Simpan 20 Naskah Kuno

Surau Paseban Sudah 188 Tahun Berdiri, Peninggalan Ulama Besar Kota Padang Simpan 20 Naskah Kuno

TRIBUNPADANG.COM/RIZKA DESRI YUSFITA
Ada sekitar 20 naskah kuno yang tersimpan Surau Paseban yang terletak di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat ( Sumbar). 

Namanya Surau Paseban. Hingga kini kokoh berdiri sejak 188 tahun silam. Pendirinya  Syekh Paseban.

Surau Paseban terletak di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat ( Sumbar).

Untuk sampai di Surau Paseban, memerlukan waktu 20 menit jika Anda mengendarai motor melalui Jalan Raya Bypass dari pusat kota.

Saat TribunPadang.com berkunjung, tampak sejumlah pekerja membangun teras di bagian depan surau dengan gaya modern.

Pekerja tersebut membangun teras tanpa merubah keaslian tangga dari Surau Paseban.

Pengurus Surau Paseban, Buya Zul Asri menuturkan, pendirian Surau Paseban digagas oleh Syekh Paseban yang merupakan ulama besar di Kota Padang.

Syekh Paseban lahir pada tahun 1817 M. "Surau Paseban dibuat oleh Angku Paseban melalui mufakat dengan ninik mamak setempat," kata Zul Asri usai menjadi imam salat 40 hari Surau Paseban.

Surau Nagari Lubuk Bauk, Kisah Cinta Buya Hamka hingga Novel ‘Tenggelamnya Kapal Van der Wijck’

Surau Tinggi Calau: Ratusan Naskah Kuno, Jadi Tempat Belajar Islam, dan Dijaga Sembilan Khalifah

Surau Tarok dengan Tiang Kayu Laban Melengkung dan 3 Makam di Sampingnya, Tak Boleh Disebut Musala

 

Surau Paseban terletak di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).
Surau Paseban terletak di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). (TRIBUNPADANG.COM/RIZKA DESRI YUSFITA)

Ia menjelaskan, kata 'Paseban' di Kota Padang memiliki arti tanah bekas penjara.

Surau Paseban dulunya pernah dijadikan penjara orang zaman Belanda.

Namun, Angku Paseban menilai dari segi ibadah, tasawufnya tempat berdiam atau memenjarakan diri.

"Memenjarakan diri dalam artian menghindari perbuatan yang tidak baik dan mampu melawan nafsu," jelas Zul Asri.

Surau Paseban berdiri di atas tanah seluas sekitar 500 meter persegi, dengan ukuran bangunan 9x8 meter.

Sekelilingnya terhampar sawah yang luas. Di halaman depan terdapat kolam ikan yang berbentuk persegi panjang.

Dulunya kolam ikan tersebut merupakan tempat berwudu bagi jemaah.

Ada dua kolam ikan di halaman depan Surau Paseban. Sementara, lima kolam lainnya tersebar di belakang surau.

Zul Asri menerangkan, ulama terdahulu kalau membuat surau berpedoman kepada keterjangkauan air untuk berwudu.

"Ada air tempat wudu atau surau harus dekat dengan perairan," cerita Zul Asri.

Surau yang dindingnya terbuat dari kayu tersebut, lantainya ditinggikan 1 meter dari tanah.

Sebelah sudut kanan terdapat bilik atau kamar kecil yang digunakan sebagai tempat tidur bagi perempuan yang melaksanakan salat 40 hari.

Sebelah kiri dapur untuk memasak. Serta ruang bagian tengah digunakan untuk tempat salat, baca Alquran, dan aktivitas lain.

Surau Paseban terletak di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar).
Surau Paseban terletak di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). (TRIBUNPADANG.COM/RIZKA DESRI YUSFITA)

Ada beberapa bagian surau yang tidak boleh diganti, di antaranya tangga dan 'tonggak tuo' yang berada di tengah surau.

"Tonggak tuo itu walaupun sudah rusak dan berlubang karena dimakan rayap, tidak boleh didompol dengan semen," ungkap Zul Asri.

Konon, kata Zul Asri, di bawah tonggak tersebut tersimpan Kitab Istanbul Quran.

Pernah juga dulunya surau tersebut akan dijadikan jalan. Namun, seseorang pernah bermimpi, kalau ingin juga dibuat jalan, maka 'tonggak tuo' harus diletakan di tengah jalan tersebut.

"Masih ada saksi. Dia masih hidup sekarang," ungkap Zul Asri.

Zul Asri juga bercerita, dulunya ilmu sihir masih banyak dipercaya. Bahkan surau pernah akan dilantak dengan air menggunakan ilmu sihir tersebut.

"Namun tidak berhasir. Air bersibak menjauhi surau. Di situlah kemuliaan surau ini," jelas Zul Asri.

Hingga saat ini, kegiatan yang masih dilakukan di surau ialah wirid sekali seminggu dan salat 40 hari.

"Dalam setahun ada 4 kali salat 40 hari. Menjelang puasa Ramadan, menjelang hari raya haji, sebulan setelah raya haji, dan bulan Rajab," terang Zul Asri.

Zul Asri juga mengungkapkan, Surau Paseban menyimpan sejumlah naskah kuno.

Ada sekitar 20 naskah kuno yang tersimpan di lemari dekat mihrab. Di antaranya Alquran Tafsir Al-Jalalain, Tauhid, Hadist, dan lain-lain.

"Enam naskah sudah di-press. Proses press-nya cukup lama. Naskah ini kalau diangkat akan pecah dan berserakan. Makanya harus hati-hati," terang Zul Asri sembari menunjukan naskah yang sudah di-press tersebut.

Saat naskah dibuka, maka akan tampak tulisan Syekh Paseban di pinggir-pinggir naskah.

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved