Berita Video
VIDEO: Nenek Asal Bogor Keliling Jual Ginjalnya Demi Pengobatan Suami yang Derita Komplikasi
Wanita paruh baya itu mengalungi karton bertulisan permohonan bantuan dan penawaran bagi siapa saja yang ingin membeli ginjalnya.
Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Ahmad Sabran
MUMUN Sumiyati (58) memasarkan ginjalnya di area dekat Stasiun Bekasi, Selasa (2/4/2019) siang.
Wanita paruh baya itu mengalungi karton bertulisan permohonan bantuan dan penawaran bagi siapa saja yang ingin membeli ginjalnya.
Warga Jalan Raya Rawa Indah 2, RT 04 RW 02, Pondok Terong, Bojong Gede, Kabupaten Bogor itu, mengaku terpaksa menjual ginjalnya demi biaya pengobatan suaminya yang menderita penyakit komplikasi.
• Diciduk Polisi karena Isap Sabu, Sandy Tumiwa: Saya Lagi Galau
Dari rumah kontrakannya, ia datang menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL)
"Enggak ada cara lain, saya butuh banyak uang buat suami berobat," katanya, di sela waktu istirahatnya, dekat pintu perlintasan kereta api Stasiun Bekasi, Jalan Raya Perjuangan, Margamulya, Bekasi Utara.
Sumiyati mengaku sudah dua hari memasarkan ginjal di daerah Bekasi.

Sebelumnya, ia telah memasarkan ginjalnya ke Jakarta, Bogor, dan Depok, namun tak kunjung ada yang membeli. Hanya ada sejumlah dermawan yang memberikannya uang.
Ia mengaku mulai memasarkan ginjalnya sejak 2017 lalu, saat penyakit yang diderita suaminya semakin parah, seperti jantung, gula darah, hipertensi, dan penyempitan tulang pinggang.
"Jadi saya bingung mau kerja apa, kondisi saya juga sudah lemah, enggak kuat jalan lama, sakit pengapuran di kaki," ungkapya.
• 34 Kapal yang Terbakar di Muara Baru Tidak Diasuransikan, Kerugian untuk Sementara Rp 23,4 Miliar
Selama itu, untuk pengobatannya sang suami, ia mengandalkan uang dari belas kasihan warga saat sedang memasarkan ginjal.
"Saya ada BPJS tapi kan enggak semua bisa di-cover. Belum lagi saya harus bayar kontrakan dan makan sehari-hari," tuturnya.
"Dulu suami saya sopir serabutan. Sekarang semenjak sakit ya suami saya enggak kerja.
Apalagi umurnya udah hampir 64 tahun," sambungnya.
• Susi Pudjiastuti: Tirulah Saya! Sekolah Tidak Tinggi tapi Banyak Membaca
Setiap hari, Sumiyati mengaku membutuhkan uang sekitar Rp 200 ribu untuk berobat suaminya.
"Setiap satu minggu sekali, saya beli obat untuk suami dan biaya kontrol di rumah sakit di daerah Cikini Jakarta," jelasnya.
Biaya obat, kata dia sekitar Rp 200 ribu, belum buat makan sehari-hari dan bayar kontrakan Rp 700 ribu setiap bulan.
