Pasar Angke Kumuh dan Semawut, ini Aneka Tanggapan Warga Hingga Camat Tambora
Pasar Angke kumuh dan semrawut. Warganya punya aneka tanggapan. Camat Tambora menyebut pasar itu berada di lahan milik PT KAI.
Bagaimana pihak pemerintah setempat memandangn kondisi Pasar Angke ini?
Camat Tambora, Djaharuddin kepada Warta Kota, Minggu (19/11/2017) menjelaskan, sebelum dirinya menjabat camat di Tambora, situasi Pasar Angke sudah sangat kumuh. Bahkan ia menyebut pasar itu tak layak disebut
pasar.
"Enggak layak disebut pasar. Bikin jalan sempit. Warga yang mau melintas juga jadi kesulitan," ujar Djaharuddin mengungkap potongan "sejarah" pasar tadisional itu.
Karena itu, kata Camat Djaharuddin, dalam rapat tingkat kota pihaknya mengusulkan agar pasar tersebut segera dibenahi. Tapi ternyata, dalam rapat disebutkan bahwa lokasi itu tidak berada dalam kewenangan kecamatan dan Pemerintah Provinsi DKI, melainkan dalam kewenangan PT Kereta Api Indonesia (KAI).
"Ratusan kios pedagang di sepanjang jalan itu bukan berdiri di lahan kami. Kami sudah bersurat (tapi) dicuekkin juga sama PT KAI," papar Djaharuddin.

Djaharuddin juga menyebut beberapa kios pedagang kerap melanggar aturan. Pelanggaran yang paling sering dilakukan adalah membuang sampah di sebarang tempat.
Selaku camat di Tambora, Djaharuddin bahkan mengaku merasa tak nyaman, jengah juga tampak geram.
"Emangnya jalan menuju ke Kantor Kelurahan Jembatan Lima enak dipandang? Leluasa enggak saat melintas di situ? Kalau saya sih engggak. Kadang pedagang saya perhatikan asal-asalan buang sampah. Kiosnya pun dimajukan sampai ke pinggiran jalan," tuturnya bersaksi seraya mengungkapkan kekesalannya.
Karena lahan pasar itu disebutkan sebagai lahan milik PT KAI, Camat Djaharuddin pun meminta para pedagang untuk menghadapkan bagian depan kiosnya ke arah rel KA saja.
"Jangan menghadap ke jalan-lah. PT KAI harusnya dapat mendukung (terciptanya) kebersihan. Pasar ini kan berdirinya di lahan PT KAI," tegasnya lagi.