Pasar Angke Kumuh dan Semawut, ini Aneka Tanggapan Warga Hingga Camat Tambora
Pasar Angke kumuh dan semrawut. Warganya punya aneka tanggapan. Camat Tambora menyebut pasar itu berada di lahan milik PT KAI.
WARTA KOTA, TAMBORA -- Melintasi Jalan Stasiun Angke yang mengarah langsung ke Kantor Kelurahan Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, dengan mudah mata akan memandang deretan kios milik para pedagang aneka buah sdan sayur mayur baik di sisi kiri dan kanan jalan.
Dengan mudah mata akan melihat tempat yang kotor, becek lagi tak beraturan. Umumnya orang menyebut suasana demikian denga istilah kumuh dan semrawut.
Para pedagang buah dan sayur-mayur tak hanya ikut menyumbang suasana yang kumuh dan semrawut. Juga terlihat sejumlah kios memakan sebagian ruas jalan di sepanjang Jalan Stasiun Angke itu.

Hasil pemantauan Warta Kota pada Minggu (19/11/2017) menunjukkan, deretan kios dan lapak yang jumlahnya mencapai ratusan itu tampak kumuh dan semrawut. Kekumuhan dan kesemrawutan akan sangat terasa ketika kaki berjalan melintasi Jalan Stasiun Angke menuju ke Kantor Kelurahan Jembata Lima.
Juga tercatat kios-kios pedagang buah dan sayur-mayur tampak berdiri berderet di atas trotoar. Deretan kios itu terlihat mempersulit warga yang melewatinya dengan berjalan kaki.
Kekumuhan tampaknya terjadi karena sampah berceceran dan mengeluarkan bau tak sedap sehingga memyebabkan Jalan Stasiun Angke tak nyaman dilintasi.
Dalam pantauan hari Minggu tampak pasar tersebut ramai dikunjungi warga yang hendak berbelanja buah dan sayur-mayur.
Warga setempat menyebut pasar tradisional itu dengan nama Pasar Angke atau Pasar Buah Angke. Beberapa warga bersedia memberikan komentar atas kondisi terkini pasar itu. Jorok,

"Jorok ya, kumuh, bau juga. Tapi banyak ya warga sekitar sini berbelanja di sini," tutur Astri (31), warga setempat yang sedang melintasi Jalan Stasiun Angke dekat pasar dengan sepeda motornya.
Beberapa oang, katanya, justru enggan masuk ke pasar yang berada dalam gedung tetapi memilih belanja di kios-kios yang berdiri di pinggir jalan.
"Jujur aja jalannya juga makin sempit di sini. Gerobak buah dan sayur nyeberangnya juga asal-asalan. Jadinya sering macet juga di sini, soalnya jalannya kan jadi sempit. Mustinya, pasar seperti ini ya ditempatkan di tempat yang layak," tambah Astri.
Pendapat serupa diutarakan Munir (31) saat berbelanja di pasar tersebut. Menurutnya jauh lebih baik jika kios-kios yang berdiri di sepanjang Jalan Stasiun Angke dibongkar dan dipindahkan gedung pasar sehingga suasana trotoar akan lebih tertata rapih.
"Jauh lebih baik menurut saya mendingan dibongkarin aja. Biar lebih rapih ya ruas Jalan Stasiun Angke. Tapi kalau kios-kios pedagang berjejer di sini ya akan terus kelihatan lebih kumuh di sini," terangnya.

Tetapi Hanif (39), warga lainnya berbeda pendapat. Menurutnya, Pasar Angke ini harus diberdayakan lebih baik lantaran posisinya yang menurutnya strategis.
"Namanya (pasar) tradisional kan lebih bagus seperti ini. Lebih dekat dari pemukiman warga. Bayar parkir juga enggak perlu. Karena kalau kios-kios pedagang dibongkar gimana warganya belanja? Kalau mau, jangan dibongkarlah. Dirapihkan sedikit saja menurut saya cukup," ujarnya.