Tips Kesehatan

Anemia yang Kerap Tidak Disadari

Dari penyebab anemia, terbanyak disebabkan kurangnya zat besi. Hal ini karena kurangnya konsumsi makanan kaya sumber zat besi, dan memilih bahan makan

Penulis: |
Kompas.com
Ilustrasi woro-woro anemia. 

“Kalau ibunya bahagia, keluarga juga jadi ikutan bahagia. Kalau ibunya bete karena cepat lelah, lemah, keluarga juga bisa ikutan bete,” kata ibu tiga anak ini.

Menurutnya, ada beberapa pola makan yang ternyata bisa menghambat penyerapan zat besi.

Misalnya makan daging tapi minumnya teh manis. Padahal teh manis akan menyerap zat besi.

Sebaiknya kalau makan daging jangan dibarengi dengan minum teh.

Agar zat besi yang terkandung dalam daging bisa masuk seluruhnya ke dalam tubuh.

Dokter Spesialis Gizi Klinik Yustina Anie Indriastuti mengatakan, kurangnya asupan zat besi bisa disebabkan kurangnya makanan yang mengandung zat besi yang masuk ke tubuh, perdarahan akibat cacingan, trauma atau luka, malaria (pecahnya sel darah merah), infeksi kronis (penderita TBC, HIV, kanker), serta penyakit thalasemia yakni sel darah merah cepat pecah.

Dari penyebab anemia, terbanyak disebabkan kurangnya zat besi.

Hal ini karena kurangnya konsumsi makanan kaya sumber zat besi, dan memilih bahan makanan yang berasal dari nabati.

“Sumber makanan yang kaya sumber zat besi berasal dari hewani. Walaupun zat besi pada makanan nabati ada, tapi lebih sulit diserap oleh tubuh,” ujar dokter Yusnita dikesempatan yang sama.

Contoh sumber makanan hewani yang kaya zat besi diantaranya ati, daging sapi, daging kambing, unggas, dan ikan.

Sementara bahan makanan nabati yang mengandung zat besi tapi penyerapanya rendah yakni sayuran berwarna hijau tua seperti bayam, daun singkong, dan kangkung.

Sayangnya, 35 persen pekerja Indonesia mengalami anemia sehingga menurunkan kinerja 20 persen atau 6,5 jam per minggu.

“Anemia dapat menyebabkan seseorang menjadi cepat lelah dan turun konsentrasinya karena kekurangan oksigen pada jaringan tubuh termasuk otak, sehingga mengurangi kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari,” kata dokter Yustina.

Dibandingkan pria, wanita dianggap memiliki risiko paling tinggi terkena anemia.

Dimulai sejak masa di dalam janin akibat ibunya juga kekurangan zat besi, anak-anak dalam masa pertumbuhan, anak usia sekolah, remaja putri.

Sumber: Warta Kota
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved