Kisah Kampung Ambon
Warga Eks KNIL Sering Ribut Tanpa Diketahui Penyebabnya
Terkadang keributan yang dilakukan oleh eks KNIL tak jelas alasannya.
WARTA KOTA, CENGKARENG - keluarga Tupessy juga punya kisah di semasa tinggal AMS Gebaouw. Saat itu kepala Keluarganya adalah Marten Tupessy. Lebih akrab disapa Ateng Tupessy.
Dalam sebuah keributan Ateng pernah menunjukkan kecerdikannya. Ketika itu keributan terjadi antara warga AMS Gebouw dan kelompok becak Maylard. Pemiliknya adalah orang kaya di Tanahtinggi, Jakarta Pusat. Tapi Raymond sudah tak ingat tahun peristiwa itu terjadi. Tapi dia memperkirakan itu terjadi tahun 1962.
Hal ini berawal dari sebuah undangan ke Belanda untuk keluarga eks KNIL. Saat itu banyak keluarga dapat undangan, tapi hanya keluarga Bernadus di AMS Gebouw yang memilih berangkat. Bagi keluarga eks KNIL, tahun 1962 adalah tahun terakhir Kerajaan Belanda mengundang mereka datang ke Belanda untuk tinggal atau mengurus pensiun.
Ketika itu keluarga Bernadus mengadakan pesta perpisahan. Sebab mereka akan pergi selama enam bulan. Walau akhirnya keluarga ini menetap di Belanda karena Kerajaan Belanda tak pernah memulangkan mereka lagi. Pesta itu dilakukan di bagian Jalan Kwini paling depan. Di sebuah rumah disitu.
Pesta itu berlangsung semarak. Minuman keras ada berbotol-botol. Setiap orang datang dan minum disitu. Mereka juga berteriak-teriak dan bernyanyi. Semua warga penampungan eks KNIL datang kesitu. Saat ramai itulah tukang becak ‘Maylard’ mendekat. Lalu entah kenapa terjadi keributan dengan pemuda-pemuda AMS Gebouw. Tukang becak dihajar sampai babak belur. Becaknya dihancurkan.
Selanjutnya serangan cepat datang. Tukang becak Maylard itu rupanya mengadu ke tukang becak lain. Mereka kemudian berkumpul di Lapangan IKADA (sekarang Monas) lalu bergerak menyerang AMS Gebouw.
Menurut Raymond jumlah mereka sangat banyak. Gerombolan tukang becak ini datang pukul 02.00 dini hari. Tahu AMS Gebouw bakal diserang, Ateng Tupessy meminta tolong ke Timores Kamp untuk menghadang gerombolan tukang becak.
Sebab gerombolan itu hendak masuk dari Jalan Kwini Raya. Bagian paling depan di jalan ini adalah Timores Kamp. Sedangkan AMS Gebouw berada paling belakang. Terhalang satu perempatan. Maka begitu massa tukang becak hendak masuk, warga Timores Kamp keluar dengan parang-parang panjang. Bahkan ada yang panjangnya satu meter. Mereka menyeret parang ke jalan sambil berteriak.
Sementara tindakan Ateng Tupessy lebih cerdik lagi. Sebelumnya dia sudah lebih dulu menyuruh anak-anak AMS Gebouw mencari bambu. Lalu bambu-bambu itu dicat hitam. Sehingga jadi seperti senapan. Bambu-bambu itu kemudian disusun di atas genteng Timores Kamp, Kabaresi dan AMS Gebouw. Lalu pemuda AMS Gebouw disuruh duduk di belakang bambu sambil berpura-pura membidik. Sehingga jadi menyerupai senapan ‘bren’.
Ateng Tupessy kemudian maju paling depan dengan parang. Dia berteriak berkali-kali akan menyuruh anak-anak muda di genteng menembak apabila gerombolan tukang becak berani melangkah sedikit saja ke Jalan Kwini Raya. Hasilnya tak satupun berani melangkah. Mereka mundur teratur.
Ateng Tupessy adalah ayah dari Edo Tupessy dan Irene Tupessy. Dua bersaudara ini kemudian harus berurusan dengan polisi pada 2012 lalu. Permasalahannya piutang Narkoba sebesar Rp 200 Juta dengan bandar lain di Kampung Ambon. Mereka kemudian merencanakan sebuah penyerangan di Rumah Duka RSPAD Gatot Soebroto. Dua pemuda Maluku dari kelompok lawan tewas. Edo dan Irene sempat melarikan diri tapi kemudian tertangkap. Keduanya dipenjara. Irene kini sudah bebas, sedangkan Edo masih harus mendekam di penjara. Dia harus menjalani lima tahun penjara.


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					![[FULL] Ulah Israel Buat Gencatan Senjata Gaza Rapuh, Pakar Desak AS: Trump Harus Menekan Netanyahu](https://img.youtube.com/vi/BwX4ebwTZ84/mqdefault.jpg) 
				
			 
											 
											 
											 
											