Anies Baswedan Pernah Ngaku Tak Takut Opini di Medsos, Tapi 2 Kasus Ini Tunjukkan Anies Takut

Anies Baswedan pernah mengaku tak takut dengan opini yang ditulis dan ramai di Medsos.

Warta Kota/Anggi Lianda Putri
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Ragunan Jakarta Selatan, Selasa (24/7/2018) 

GUBERNUR DKI Jakarta, Anies Baswedan, pernah mengaku dirinya tak takut dengan opini yang ditulis dan ramai di media sosial (Medsos). 

Tapi ucapan Anies Baswedan tak benar-benar menunjukkan bahwa dirinya tak takut dengan media sosial (Medsos).

Di beberapa kasus, Anies Baswedan justru menunjukkan ketakutannya dengan Medsos. 

Tapi sebelumnya mari kita simak perkataan Anies Baswedan yang mengaku dirinya tak takut dengan Medsos. 

Anies Baswedan menyampaikan itu ketika diwawancara dalam acara Jaya Suprana Show yang diunggah di akun youtube Jaya Suprana Show dengan judul 'Anies Rasyid Baswedan - Satu Wilayah Seluruh Sektor ( Part 5/5 )'.

Anies Baswedan saat diwawancara oleh Jaya Suprana
Anies Baswedan saat diwawancara oleh Jaya Suprana (youtube Jaya Suprana Show)

Berikutnya di bawah adalah kata-kata Anies sesuai yang ada di video wawancaranya dengan Jaya Suprana : 

Dan saya merasa di jakarta ini potensi untuk distrack (gangguan) tinggi. Kenapa? Karena kota ini di dunia salah satu yang paling ramai media sosialnya.

Sehingga kalau kita tak fokus pada apa yang direncanakan, maka nanti akan fokus pada apa yang diramaikan.

Padahal apa yang diramaikan 2 tahun lalu saja kita sudah nggak ingat. Makanya saya tak takut apa yang akan ditulis di sosial media, saya lebih takut oleh apa yang akan ditulis oleh para sejarawan di masa depan.

Makanya mandatnya ini mau saya jalankan. Lalu saya turunkan mandat ini berupa Peraturan Gubernur nomor 1058 berisi 60 program strategis DKI Jakarta. Ini harus dijalankan, supaya anggaran kita dikerjakan ke arah sana.

Kita seringkali melihat program besar, karya-karya besar, dan ketika ditanya datangnya dari mana, (ternyata dari) denda KLB. Barang besar KLB, lah APBDnya dimana. APBD sebesar in kok CSR. Masa tempat-tempat bagus dibangunnya pakai CSR. APBDnya mana?

Berada di pemerintahan, artinya ada perencanaan. Nah, mandat tadi diterjemahkan dalam bentuk 60 program strategis, diterjemahkan jadi perencanaan, baru nanti dieksekusi.

Karena itu seorang gubernur dikasih waktu 5 tahun, supaya dia  punya perencanaan bisa jalan. Kalau tidak, dia pakai dana CSR, apa bedanya dengan swasta.

Nah, saya ingin di jakarta membangun secara tersistemkan. Ada sistemnya, ada perencanaan, ada proses yang benar, nanti diujung bisa dipertanggungjawabkan. InsyaAllah dengan benar pula. Itu yang sekarang sedang  kami lakukan.

Nah program-program ini semua perlu waktu untuk bisa terlihat. Kami punya 5 tahun masa kerja, dan dibuatlah susunan itu. Ini yang harus kita sadari sebagai orang yang  mengelola mandat. Bahwa untuk melihat hasil harus perlu proses. Kadang-kadang kita perlu cepet hasilnya. Kalau mau yang instan-instan itu, yang instan pula itu.Makanya kita harus fokus, jangan sampai distrack.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved