Kuliner Padang
Christine Hakim dan Kripik Balado Padang "Warisan Rasa dari Ranah Minang"
Christine Hakim, Perempuan Minang yang Meramu Rasa dan Ketulusan dalam Kripik Balado Ikonik
Penulis: Joanita Ary | Editor: Joanita Ary
Usaha yang dimulai dari rumah kini berkembang menjadi ikon oleh-oleh Padang.
Christine menabung sedikit demi sedikit, membeli ruko, memperluas dapur, dan membuka lapangan kerja bagi warga.
Ia juga menerima makanan buatan masyarakat, membelinya tunai, dan memasarkannya di tokonya, sebuah bentuk pemberdayaan nyata yang dijalankan tanpa banyak bicara.
Tak hanya kreatif di dapur, Christine juga lihai dalam hal kemasan.
Dari plastik kresek hitam, ia beralih ke plastik putih berlogo, lalu ke dus elegan dengan tali pengikat.
Mesinnya didatangkan dari Medan.
Bentuk sederhana tapi revolusioner bagi oleh-oleh kota Padang. Hasilnya, tak jarang dus-dus itu terlihat di bandara, dibawa pulang oleh pejabat, perantau, hingga pelancong asing.
Di usia yang terus bertambah matang, Christine tetap memegang filosofi hidup yang sederhana.
“Saya tidak pernah berhutang. Kalau dapat 10, saya tabung 7. Sisanya buat modal dan belanja. Hidup jadi tanpa beban,” katanya dengan senyum tenang.
Keberkahan hidup juga ia rasakan lewat empat anaknya yang tumbuh seiring berkembangnya usaha.
Menjelang akhir, Christine Hakim menitip pesan kepada generasi muda yang baru memulai usaha
“Mulailah dari bawah. Kerjakan apa yang kamu kuasai dan sukai. Jangan gengsi. Jangan takut menangkap peluang. Rajin menabung, jangan tergiur berutang. Semua bisa dicapai dengan ketekunan.”
Dari keteledanan di dapur hingga kebijaksanaan dalam hidup, Christine Hakim menunjukkan bahwa kesuksesan tidak semata soal kemasan atau keuntungan, tetapi tentang kejujuran, ketekunan, dan keberanian bermimpi, meski dimulai dari langkah yang kecil.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/christine-hakim-kripik-balado.jpg)