Kematian Dosen Untag

Asmara AKBP Basuki dan Dosen Untag Terbongkar Serumah 5 Tahun Tanpa Nikah

Pengakuan AKBP Basuki mengungkap bahwa ia telah tinggal serumah dengan dosen Untag DLL sejak 2020 hingga namanya tercantum dalam satu Kartu Keluarga

dok Polda Jateng
DITAHAN - Bidpropam menahan AKBP Basuki di ruang tahanan khusus di rumah tahanan Polda Jateng, Kota Semarang, Rabu (19/11/2025) petang. Proses penahanan dilakukan selepas AKBP Basuki terbukti melanggar kode etik berupa tinggal seatap bersama perempuan tanpa ikatan perkawinan yang sah. (Polda Jateng) 

Bahkan saat korban ditemukan meninggal, perwira itu berada di kamar yang sama.

Artanto menegaskan Basuki merupakan saksi kunci dalam penyelidikan etik dan dugaan tindak pidana.

Sidang kode etik terhadap Basuki akan dilakukan sebelum masa penahannya berakhir.

“Jika terbukti, sanksi terberatnya adalah PTDH atau pemberhentian tidak hormat,” kata Artanto.

Baca juga: AKBP Basuki, Polisi Dalmas Polda Jateng Dampingi Dosen Untag Sebelum Tewas

Penyelidikan Dugaan Tindak Pidana

Selain proses etik, Polda Jateng juga menyelidiki kemungkinan unsur pidana dalam kematian DLL.

Penyidik kini menelaah berbagai bukti termasuk ponsel dan laptop milik korban serta keterangan saksi-saksi, termasuk petugas kostel.

“Kami menunggu hasil autopsi korban dan akan dilakukan gelar perkara untuk menentukan apakah ada unsur tindak pidana,” ujar Artanto.

Nomor Misterius Kirim Foto Korban

Keluarga dosen muda Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang berinisial DLL (35) angkat bicara soal kasus kematian korban.

Mereka menyebut kematian DLL ada sejumlah kejanggalan di antaranya ada nomor asing yang menghubungi nomor seorang kerabat.

Nomor itu mengirimkan foto korban dalam yang ditemukan tewas tanpa busana di sebuah kamar kos-hotel (kostel) Jalan Telaga Bodas Raya Nomor 11 Karangrejo, Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (17/11/2025) lalu.

Namun, foto itu lantas dihapus oleh si pengirim.

"Iya bude kami mendapatkan kiriman foto dari nomor asing tapi kemudian dihapus oleh si pengirim. Dalam foto itu simpang siur (diduga ada bercak darah) sehingga menambah kecurigaan," ujar Kakak Korban, Perdana Cahya Devian Melasco, biasa dipanggil Vian, di Kota Semarang, Kamis (21/11/2025).

Belakangan, keluarga baru mengetahui bahwa pengirim nomor asing tersebut diduga dari nomor pribadi AKBP Basuki.

Keluarga yang menaruh curiga atas kematian korban yang mendadak dan terkesan ditutup-tutupi tersebut lantas memutuskan untuk melakukan autopsi atau bedah mayat.

"Kami akhirnya memutuskan autopsi karena merasa ada yang janggal di situ," imbuh Devian.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved