Hilirisasi Nasional
Ilham Habibie Sebut Hilirisasi Tidak Cukup, Perlu Reindustrialisasi
Gagasan reindustrialisasi ini bukan berarti mengulang pola industrialisasi masa lalu yang cenderung dipersepsi negatif
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA- Hilirisasi sebagai upaya meningkatkan nilai tambah, dengan mengolah bahan mentah menjadi setengah jadi atau bahan jadi, tidak mencukupi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Diperlukan reindustrialisasi untuk mengembalikan industri di jalur yang tepat.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Ilham Akbar Habibiedalam Sarasehan & Forum Group Discussion PII “Menuju Reindustrialisasi dan Industri Berkelanjutan Indonesia” di Gedung IDE, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat akhir pekan lalu.
Ilham Habibie menyoroti kebijakan hilirisasi yang menurutnya bukan merupakan kebijakan yang lengkap dan tidak menjawab permasalahan industri masa kini. Konsep reindustrialisasi yang dikemukakannya bukan mengembalikan aktivitas-aktivitas industri pada masa lalu, tetapi bagaimana industri di Indonesia berkembang yang dapat memenuhi kebutuhan negeri dan membuka banyak lapangan-lapangan pekerjaan baru.
“Gagasan reindustrialisasi ini bukan berarti mengulang pola industrialisasi masa lalu yang cenderung dipersepsi negatif, karena mencemari lingkungan hidup, eksploitasi manusia, dan sering memunculkan perselisihan lahan produktif pertanian yang dialihfungsikan menjadi pabrik, misalnya. Tapi, reindustrialisasi ke depan mesti lebih selaras dengan abad ke-21, misalnya industri serkuler, harus berkelanjutan, regeneratif dan human centric,” kata Ilham Habibie.
Baca juga: BPJS Kesehatan Kukuhkan Duta Muda BPJS Nasional sebagai Penggerak Literasi dan Edukasi Program JKN
Reindustrialisasi yang dikemukakan Ilham Habibie adalah membuat suatu bahan baku agar mempunyai nilai tambah untuk dijual kembali, yang sesuai dengan minat beli masyarakat. Menurutnya, konsep reindustrialisasi diperlukan di Indonesia untuk mengembalikan berjalannya sektor-sektor industri yang sesuai dengan peraturan dan meningkatkan ekonomi di masyarakat, seperti terbukanya lapangan pekerjaan. Sementara hilirisasi dalam praktiknya tidak difokuskan pada sektor yang sudah kuat industrinya di Indonesia. Kebijakan industrinya tidak tepat karena tidak mendukung tenaga kerja besar.
“Konsep reindustrialisasi ini adalah memastikan perkembangan industri di Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, menyerap tenaga kerja dalam negeri, dan membuat kebijakan pada sektor industri agar terciptanya peningkatan ekonomi yang baik,” kata Ilham Habibie dalam sambutannya.
Baca juga: Detik-Detik Warga Rekam Abu Semeru Jatuh Kian Rapat dan Menyerbu Pemukiman Candipuro
Menurut Ilham Habibie, saat ini Indonesia sedang mengalami “Deindustrialisasi dini” yang mencerminkan melemahnya sektor industri dalam negeri. Deindustrialisasi dipertegas oleh Ilham Habibie sebagai penurunan kontribusi kontribusi sektor industri terhadap PDB (Produk Domestik Bruto). Indonesia pernah menyentuh angka kontribusi di sektor industri lebih dari 20persen. Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini, penurunan angka kontribusi dari sektor industri menurun jauh dari angka 20persen. Data pada triwulan II 2025 kontribusi sektor industri kembali turun di angka 17persen terhadap PDB.
“Karena kita dulu di tahun 90-an mempunyai industri yang lebih besar dari masa sekarang. Sebelumnya kita menyentuh angka 20persen, tetapi sekarang kita ada di bawah 20persen yang berarti kita mengalami degradasi terhadap penurunan industri. Dan inilah yang disebut deindustrialisasi.” tutur Ilham Habibie.
Penurunan angka kontribusi itu disebut oleh Ilham Habibie terlalu “dini”. Menurutnya, seharusnya gejala ini terjadi setelah Indonesia mencapai titik tertingginya sebagai negara yang mengedepankan industrialisasi. Ia mencontohkan negara Jerman, Jepang, dan Amerika yang berawal sebagai negara agraris dalam membantu pertumbuhan ekonomi negaranya. Lalu, setelah berkembang, negara tersebut melakukan deindustrialisasi karena pertumbuhan ekonomi negaranya telah dipindahkan melalui sektor lain seperti jasa.
Baca juga: Musik dari Indonesia Timur Diapresiasi di Panggung Hiburan, Ini Kata Siprianus Bhuka dan Ecko Show
“Negara-negara tersebut melakukan deiundustrialisasi bukan karena menurunnya sektor industri terhadap pasar. Namun, negara Jerman, Jepang, dan Amerika memfokuskan pertumbuhan ekonominya melalui sektor jasa. Di Indonesia, sektor jasa kita masih terlalu kecil yang tidak memberikan kontribusi sebesar industri,” kata Ilham Habibie.
Sarasehan dihadiri para insinyur dari berbagai bidang keahlian di PII dan juga Wakil Rektor Universitas Indonesia Mahmud Sudibandriyo, Wakil Ketua Umum PII Agus Taufik Mulyono, Sekjen PII Teguh Haryono, Direktur Eksekutif PII Santhi H. Serad dan Gilarsi W. Setijono. Asisten Ketua Umum Bidang Reindustrialisasi
