Makin Tegang! Jumenengan PB XIV Diwarnai Pro-Kontra, Keraton Solo Kembali Diterpa Konflik Suksesi

Penobatan PB XIV Diwarnai Konflik: Prosesi Sakral Keraton Solo, Jawa Tengah Tersendat Tarik-Menarik Keluarga

Editor: Joanita Ary
Instagram @kraton_solo
KGPAA HAMANGKUNEGORO - Putra Mahkota Keraton Solo, KGPAA Hamangkungeoro atau KGPH Purbaya (kanan), saat menghadiri acara peringatan kenaikan tahta yang ke-3 tahun SIJ. KGPAA. Mangkoenagara X, pada 8 Februari 2025. Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII meninggal dunia, Minggu (2/11/2025). KGPH Purbaya disebut berpeluang besar menjadi penerus. 

WARTAKOTALIVECOM, Jakarta — Rencana jumenengan atau penobatan raja baru Paku Buwono (PB) XIV yang dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, 15 November 2025, kembali mengguncang suasana internal Keraton Surakarta Hadiningrat.

Alih-alih menjadi momentum sakral penerus tahta, proses suksesi justru memicu pro dan kontra yang kian terbuka di antara keluarga besar keraton.

Surat undangan resmi berkop Keraton Surakarta Hadiningrat telah beredar luas dan menandai kesiapan penyelenggara untuk menggelar upacara jumenengan.

Namun, sejumlah pihak dalam trah Kasunanan menyatakan bahwa proses penentuan PB XIV belum benar-benar final.

Mereka menilai masih ada ruang musyawarah yang seharusnya ditempuh agar suksesi sesuai dengan paugeran adat sekaligus selaras dengan ketentuan hukum nasional.

Ketegangan mulai terasa sejak wafatnya Paku Buwono XIII, yang membuka kembali perdebatan lama mengenai legitimasi penerus tahta.

Sebagian pihak mendukung penobatan yang sudah diumumkan secara resmi, sementara kelompok lainnya menolak karena menganggap belum ada kesepakatan bulat dari seluruh ahli waris.

Situasi kian rumit karena adanya klaim-klaim berbeda yang berkembang di internal keluarga, membuat garis suksesi semakin kabur di mata publik.

Momen yang seharusnya menjadi pewarisan budaya dan kelanjutan tradisi ratusan tahun Keraton Surakarta itu kini dibayangi intrik dan tarik-menarik kepentingan.

Upacara jumenengan yang biasanya melambangkan persatuan dan keagungan adat Jawa justru menghadapi tantangan yang menguji wibawa institusi budaya tersebut.

Meski demikian, pihak panitia tetap menyiapkan seluruh rangkaian acara sesuai protokol keraton.

Pengamanan ditingkatkan, sementara abdi dalem dan para tokoh adat berupaya menjaga ketertiban agar prosesi dapat berlangsung khidmat.

Namun, tanpa rekonsiliasi keluarga besar, penobatan PB XIV dikhawatirkan hanya akan memperpanjang rentetan konflik suksesi yang sudah berulang sejak masa PB XII dan PB XIII.

Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi yang menegaskan apakah seluruh pihak setuju dengan pelaksanaan jumenengan tersebut.

Publik pun menanti kejelasan arah suksesi Keraton Surakarta, yang bukan hanya menyangkut struktur kekuasaan internal, tetapi juga menentukan keberlanjutan warisan budaya Jawa yang dijaga melalui institusi ini selama berabad-abad.

 

 

Sumber: Tribun Solo
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved