Hari Pahlawan

Muhammadiyah dan MUI Soroti Jasa Soeharto dan Gus Dur Jelang Gelar Pahlawan

PP Muhammadiyah dan MUI menilai Soeharto dan Gus Dur berjasa besar bagi bangsa, meski berbeda latar belakang, sebelum usulan gelar Pahlawan Nasional.

Istimewa
GELAR PAHLAWAN NASIONAL - Gelar Pahlawan Nasional untuk Presiden Soeharto dan Gus Dur menurut pandangan MUI dan PP Muhammadiyah 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - PP Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai Soeharto dan Gus Dur memiliki jasa besar bagi bangsa Indonesia, menjelang wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional tahun ini.

Organisasi Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menekankan pentingnya kajian komprehensif terhadap ketokohan Soeharto dan Gus Dur.

Makroen Sanjaya, Pimpinan Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, menyebut kedua tokoh memiliki kontribusi signifikan bagi bangsa.

“Presiden Kedua RI Soeharto sejak 1946 telah berkontribusi dalam menghadapi kudeta kelompok kiri dan serangan umum 1 Maret di Yogyakarta, serta menyelesaikan konflik G30S/PKI,” ujar Makroen dalam program Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Minggu (9/11/2025).

Makroen juga menyoroti jasa Gus Dur, yang dianggap berjasa dalam pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan pluralitas.

Baca juga: Direktur Amnesty: Gelar Pahlawan untuk Soeharto Langgar TAP MPR 11/1998

Ia menekankan filosofi Jawa mikul duwur mendem jero, menghargai pemimpin tanpa hanya menyoroti kesalahan masa lalu.

“Generasi muda harus menghargai sejarah dan jasa pahlawan, serta membentuk sejarah baru dengan prestasi yang berkelanjutan,” tambahnya.

 "Tidak ada manusia yang sempurna. Tapi kalau kita sebagai bangsa hanya mencari-cari kesalahan, hanya mencari-cari kekurangan, mengudal-udal apa yang masa lalu, tentu kita tidak akan maju ke depan," ungkapnya.

Lebih lanjut, Makroen menilai generasi muda perlu menghargai jasa para pahlawan dan sejarah yang ada.

"Saya kira di era kini generasi muda juga harus tidak boleh melupakan sejarah. Dan kalau kita belajar sejarah juga membentuk sejarah yang baru."

"Bahwa yang namanya pengorbanan, pencapaian, prestasi itu harus terus digaungkan, dilanjutkan dengan bentuk yang berbeda," ungkapnya.

Pandangan MUI

Sementara itu, Wakil Sekjen MUI, Arif Fahrudin, menegaskan bahwa seorang pahlawan harus memiliki dua kriteria: berjasa dan rela berkorban.

Ia memaparkan kontribusi Soeharto di era revolusi kemerdekaan hingga menjadi presiden, sedangkan Gus Dur dikenal sebagai tokoh civil society dan penggerak NU yang mendorong pendidikan, pluralitas, dan pemberdayaan masyarakat.

“Tantangan saat ini adalah mentransmisikan capaian kebaikan para pahlawan ke generasi sekarang dan mengaktualisasikannya di era modern,” ujar Arif.

"Kata kuncinya dua itu. Satu dia berjasa, yang kedua rela berkorban ya, maka sesungguhnya pahlawan itu ya bisa kembali kepada masa prakemerdekaan yang berkontribusi pada negara atau pada waktu modern ini juga bisa banyak pahlawan," ungkapnya.

Arif juga menyoroti terkait kiprah Soeharto dan Gus Dur sebagai Presiden RI.

Meski dua sosok ini berbeda latar belakang, namun sama-sama memiliki kontribusi besar bagi bangsa.

"Dua tokoh ini menggambarkan dua situasi yang cukup berbeda tapi dalam satu frame yang sama. Pak Harto kontribusi beliau sebelum bahkan dimulai di era revolusi kemerdekaan ini, merebut kemerdekaan kemudian di masa transisi dan sampai kemudian beliau itu menjadi pimpinan di ABRI, Pangkostrad dan sebagainya sampai kemudian menjadi presiden."

"Kalau Gus Dur itu identik dengan jasa beliau, KH Abdurrahman Wahid itu kan tokoh civil society, tokoh penggerak Nahdlatul Ulama yang luar biasa kontribusinya untuk negara ini di aspek pendidikan agama, pesantren, kemudian pemberdayaan civil society, dan tadi pluralitas, menghargai pluralitas. Itulah ikon dari Gus Dur," jelasnya.

Arif mengingatkan generasi muda agar tidak melupakan jasa para pendiri dan pejuang bangsa.

“Tantangan saat ini adalah bagaimana mentransmisikan capaian kebaikan yang sudah diwariskan ke generasi sekarang, dan mengaktualisasikannya di era modern,” ungkap Arif.

10 Nama Akan Diumumkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional

Sebanyak 10 tokoh penerima gelar Pahlawan Nasional akan diumumkan hari ini bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional, Senin (10/11/2025).

Hal itu diungkapkan Menteri Sekretariat Negara Indonesia, Prasetyo Hadi di Kertanegara, Jakarta Selatan, Minggu malam.

"Besok (hari ini, red) Insya Allah akan diumumkan. Iya (diumumkan langsung oleh Pak Presiden), kurang lebih 10 nama," ungkapnya.

Prasetyo menyebut dari 10 penerima gelar Pahlawan Nasional, terdapat nama Presiden ke-2 RI, Soeharto.

"Iya, (Presiden Soeharto) masuk,” ujarnya.

Tetapi, Prasetyo tidak membeberkan 10 nama yang mendapat gelar Pahlawan Nasional.

Diketahui, semalam Presiden Prabowo Subianto menggelar rapat terbatas di kediamannya di Kertanegara.

Prasetyo membenarkan salah satu poin pembahasan terkait gelar Pahlawan Nasional.

"Iya, finalisasi aja," ujarnya.

"Bapak Presiden mendapatkan masukan dari Ketua MPR, kemudian dari Wakil Ketua DPR karena memang ini cara bekerja beliau kan."

"Beliau menugaskan beberapa untuk berkomunikasi dengan para tokoh mendapatkan masukan dari berbagai pihak sehingga diharapkan apa yang nanti diputuskan oleh Bapak Presiden, oleh pemerintah itu sudah melalui berbagai masukan," jelasnya.

Sebelumnya, terdapat 49 nama calon penerima gelar pahlawan nasional telah diserahkan kepada Presiden.

Dari 49 nama tersebut, terdapat 40 usulan baru dan 9 usulan lama yang belum ditetapkan presiden.

(Tribunnews.com/Gilang P) (KompasTV)

 

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved