Berita Nasional

Bukan Soeharto, Ternyata Ini Kiblat Prabowo Subianto Selama Jadi Presiden RI

Bukan Soeharto, ternyata ada sosok Presiden yang menjadi idola Presiden RI Prabowo Subianto hingga menjadi kiblat kepemimpinannya. 

Editor: Desy Selviany
Kolase Prabowo
IDOLA PRABOWO-Presiden RI Prabowo Subianto mengaku mengidolakan mantan Presiden Korea Selatan Park Chung Hee 

WARTAKOTALIVE.COM - Bukan Soeharto, ternyata ada sosok Presiden yang menjadi idola Presiden RI Prabowo Subianto hingga menjadi kiblat kepemimpinannya. 

Tokoh yang menjadi idola Prabowo Subianto itu bukan dari Indonesia melainkan dari Korea Selatan. 

Dia adalah mantan Presiden Korea Selatan Park Chung Hee yang dianggap pernah membuat Korea Selatan menjadi negara industri. 

Hal itu disampaikan Prabowo saat meresmikan Pabrik Lotte Chemical Indonesia di Cilegon, Banten pada Kamis (6/11/2025).

Di hadapan bos-bos asal Korea Selatan, Prabowo menjelaskan alasannya mengidolakan Park Chung Hee

Di antaranya ialah karena keberhasilan Park Chung Hee mengeluarkan Korea Selatan dari derita kemiskinan.

Meskipun kata Prabowo, selama memimpin Park Chung Hee memang cukup memiliki rekam jejak kontroversial karena gaya militernya dalam memimpin. 

Namun mantan Presiden Korea Selatan itu Anti Korupsi sehingga dikenang cukup baik oleh rakyatnya. 

Lalu siapakah Park Chung Hee?

Park Chung Hee adalah mantan jenderal Angkatan Darat Republik Korea dan diktator Republik Korea pada periode 1961-1979. 

Selama menjadi Presiden, Chung Hee memang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia pada periode tambahan kepresidenannya.

Namun reformasi ekonomi yang dia lakukan akhirnya menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi yang cepat dan belum pernah terjadi sebelumnya, sebuah fenomena yang kini dikenal sebagai Keajaiban di Sungai Han. 

Hal ini menjadikan Korea Selatan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat pada tahun 1960-an dan 1970-an meskipun dengan mengorbankan hak-hak buruh.

Era ini juga menyaksikan terbentuknya chaebol: perusahaan keluarga yang didukung oleh negara, mirip dengan zaibatsu di Jepang. Contoh chaebol yang signifikan adalah Hyundai, LG dan Samsung.

Namun selama kepemimpinannya Park Chung Hee selalu diintai kematian karena pembunuhan. 

Istrinya pada tanggal 15 Agustus 1974 tewas karena ditembak seorang agen Korea Utara Mun Se-gwang mencoba menembak Park saat berpidato. 

Park lolos dari percobaan pembunuhan tersebut, namun istrinya Yuk Yeong-su tewas. 

Park tetap meneruskan pidatonya tanpa memperdulikan kondisi istrinya yang kritis. 

Baca juga: Ini Rencana Prabowo Subianto Usai Pensiun Sebagai Presiden RI​​

Hingga akhirnya Chung Hee terbunuh pada 26 Oktober 1979 oleh Kim Jae-kyu, direktur KCIA dan teman lamanya.

Meski dikenal sebagai tirani dan diktator, namun Park Chung Hee dikenal sebagai Presiden yang sederhana lantaran Park sendiri hidup relatif sederhana dibandingkan banyak diktator lain di Asia kala itu.

Meski begitu Park Chung Hee dikelilingi oleh orang-orang korup karena kediktatorannya. 

Rezimnya sangat terkait dengan korupsi sistemik dan kronisme. 

Pemerintahannya menciptakan hubungan erat antara negara dan konglomerat besar (chaebol) seperti Samsung, Hyundai, dan LG. 

Dukungan negara berupa pinjaman, proteksi, dan proyek diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang loyal. Hubungan ini sering disertai praktik suap dan kolusi.

Kekuatan politik absolut membuat pengawasan hampir tidak ada. 

Dana politik Park dan partainya sering berasal dari “kontribusi wajib” para pengusaha yang mendapat keuntungan dari kebijakan negara.

Setelah kematiannya, banyak laporan dan penyelidikan menemukan praktik-praktik korupsi di tingkat pejabat tinggi, meskipun Park sendiri tidak pernah didakwa karena meninggal sebelum pemerintahan demokratis terbentuk.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved