Demo

TNI Patuhi MK Tak Laporkan Ferry Irwandi Meski Pernyataannya Diduga Fitnah, Disinformasi, Adu Domba

TNI Sebut Pernyataan Ferry Irwandi Diduga Fitnah, Disinformasi, Hingga Adu Domba Warga dengan Aparat

Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Budi Sam Law Malau
Dok Puspen TNI
FITNAH FERRY TNI - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Brigadir Jenderal (Mar) Freddy Ardianzah menyebut, kedatangan TNI ke Polda Metro Jaya beberapa hari lalu, masih dalam tahap konsultasi hukum, terkait sejumlah pernyataan CEO Malaka Project Ferry Irwandi yang berpotensi tindak pidana. Brigjen Freddy Ardianzah menuturkan berdasarkan pandangan pihaknya pernyataan Ferry Irwandi bukan hanya sekedar mencemarkan nama baik TNI, tetapi juga sudah mengarah fitnah, disinformasi dan bahkan adu domba masyarakat dengan aparat, namun TNI patuh pada putusan MK bahwa institusi tidak bisa melaporkan perorangan. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Brigadir Jenderal (Mar) Freddy Ardianzah menyebut, kedatangan TNI ke Polda Metro Jaya beberapa hari lalu, masih dalam tahap konsultasi hukum, terkait sejumlah pernyataan CEO Malaka Project Ferry Irwandi.

Brigjen Freddy Ardianzah menuturkan berdasarkan pandangan pihaknya pernyataan Ferry Irwandi bukan hanya sekedar mencemarkan nama baik TNI, tetapi juga sudah mengarah fitnah, disinformasi dan bahkan adu domba masyarakat dengan aparat.

"Intinya, ada dugaan pernyataannya di ruang publik, baik melalui media sosial maupun wawancara, yang berisi upaya-upaya provokatif, fitnah, kebencian, serta disinformasi yang dimanipulasi dengan framing untuk menciptakan persepsi dan citra negatif,” ujar Freddy saat dikonfirmasi, Rabu (10/9/2025).

Baca juga: Patroli Siber TNI Bukan Untuk Awasi Masyarakat Seperti Ferry Irwandi, Tapi Fokus Serangan Dari Luar

Menurut Freddy, pernyataan tersebut tidak hanya mendiskreditkan TNI, tetapi juga berpotensi menimbulkan keresahan di masyarakat, memecah persatuan, dan mengadu domba antara masyarakat dan aparat serta TNI-Polri.

Namun demikian, Freddy menegaskan, TNI akan mematuhi ketentuan hukum yang berlaku, termasuk Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 105/PUU-XXIII/2024 yang menyatakan instansi negara tidak dapat melaporkan perseorangan.

"Kami menegaskan bahwa langkah hukum ini bukan semata-mata demi kepentingan institusi TNI, melainkan demi menjaga martabat dan kehormatan seluruh prajurit TNI dimanapun berada dan bertugas, serta menjaga persatuan kesatuan bangsa dan stabilitas keamanan nasional," tuturnya.

Sebagai warga negara, kata Freddy, kita semua harus lebih mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi maupun kelompok.

"Kami mengajak seluruh masyarakat untuk tetap tenang, bijak, dan tidak terprovokasi oleh informasi maupun tindakan yang dapat memecah belah," katanya.

"Mari bersama-sama menjaga persaudaraan, saling menghormati, dan mengedepankan semangat persatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia," lanjut dia.

Sebelumnya, Wakil Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus membenarkan, Satuan Siber TNI telah berkonsultasi, Senin (8/9/2025). 

Adapun konsultasi tersebut terkait rencana pelaporan terhadap CEO Malaka Project, Ferry Irwandi.

“Beliau kan mau melaporkan terkait dengan... iya, (Ferry Irwandi),” ujar Fian saat ditemui di Gedung Promoter Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (9/9/2025).

Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya, dalam konsultasi tersebut, mengungkapkan institusi tidak dapat melakukan pelaporan terkait dugaan pencemaran nama baik. 

Baca juga: Gusti Aju Ungkap Ferry Irwandi Manipulasi Kalimat di Video Viral untuk Benturkan Rakyat dengan TNI

Hal itu merujuk pada putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan bahwa laporan pencemaran nama baik harus diajukan secara pribadi, bukan institusi.

“Kalau pencemaran nama baik, harus pribadi (yang melapor),” tegas Fian.

Ketika ditanya terkait apa tindak pidananya, Fian menyebut adanya dugaan pencemaran nama baik terhadap institusi.

“Institusi. Institusi ya,” tuturnya, secara singkat.

Kendati demikian, Fian tak merinci institusi mana yang dimaksud dalam konsultasi tersebut.

TNI sebelumnya menyatakan telah berkonsultasi dengan Polda Metro Jaya terkait dugaan tindak pidana yang dilakukan CEO Malaka Project, Ferry Irwandi

Dugaan pelanggaran hukum tersebut terungkap dari hasil patroli siber yang dilakukan TNI.

Sebelum berkonsultasi dengan kepolisian, Satuan Siber TNI mengaku telah mencoba menghubungi Ferry untuk mengonfirmasi dugaan tersebut. 

Kendati demikian, upaya tersebut tidak membuahkan hasil.

"Kami coba (hubungi, tapi) handphone-nya mati, enggak bisa, staf saya hubungi," ujar Komandan Satuan Siber TNI, Brigjen Juinta Omboh (J.O.) Sembiring di Mapolda Metro Jaya, Senin (8/9/2025).

Juinta menjelaskan, pihaknya sebelumnya memutuskan untuk berkonsultasi dengan kepolisian karena dugaan pelanggaran tersebut berkaitan dengan algoritma dan aktivitas digital lain yang juga menjadi bagian dari tanggung jawab Satuan Siber TNI.

Meski begitu, Juinta enggan membeberkan secara rinci bentuk dugaan tindak pidana yang dimaksud.

Ia juga tidak menjelaskan apakah TNI telah membuat laporan resmi ke pihak kepolisian atau belum.

“Sebagai warga negara yang taat dengan hukum, kami tentunya mengedepankan hukum, sehingga atas dugaan tindak pidana tersebut, kami akan melakukan langkah-langkah hukum yang diperlukan,” ujar dia.

Gusti Aju Bongkar Dosa Ferry Irwandi

Grafolog dan pengamat perilaku Gusti Aju Dewi membongkar fakta bahwa pegiat media sosial dan aktivis serta CEO Malaka Project Ferry Irwandi sudah melakukan manipulasi atas video viral adanya anggota TNI yang ditangkap anggota Brimob saat demo rusuh di Palembang, beberapa waktu lalu.

Manipulasi kata Gusti Aju, dilakukan Ferry Irwandi dengan menambah kalimat pada video asli, saat berbicara di acara Rakyat Bersuara di Inews TV, bertajuk Aksi Massa, Siapa Berada di Baliknya? Selasa (2/9/2025) lalu.

Padahal kata Gusti, Brimob Palembang sudah mengklarifikasi hal itu karena salah tangkap.

Namun kata Gusti, Ferry Irwandi justru memanipulasi video itu sehingga seperti memprovokasi massa untuk melawan TNI.

Hal itu diungkapkan Gusti dalam postingan gambar berisi pernyataannya dan narasi di akun Instagramnya @gustiajudewi.

Sebelumnya  video viral penangkapan anggota TNI oleh Brimob ditayangkan atau diputar dalam acara di Inews TV tersebut atas perminataan Ferry.

Dalam video tampak seorang anggota TNI ditangkap anggota Brimob karena dituduh ikut rusuh.

Kemudian anggota Brimob yang memegang sang anggota TNI menanyakan dari kesatuan mana.

"Kamu anggota mana kamu?" kata suara dalam video.

"Kavaleri" jawab anggota TNI.

"Kavaleri ikut rusuh Kavaleri di Palembang. Saya laporin Panglima TNI dikau," jawab sang anggota Brimob.

"Aku ndak ada melok (-bahasa Palembang artinya: aku tidak ikut)," bantah si anggota TNI.

Usai video selesai diputar dalam acara itu, Ferry Irwandi langsung menjelaskan ulang suara dialog di dalam video.

"Kapolri Kapolri ini ikut rusuh Kapolri saya laporin Panglima TNI. Terus dia bilang si orangnya, bukan cuma saya Pak, kata orang TNI ini. Anyway," kata Ferry yang langsung mengalihkan fokus ke pembicaraan soal terkait aksi demo rusuh lain.

Menurut Gusti, kesalahan Ferry sangat jelas.

Baca juga: Digoyang Isu tak Sedap saat Demo Rusuh, Brigjen Trunoyudo: TNI-Polri Solid Amankan Situasi

Yakni pernyataan Kavaleri digantinya menjadi Kapolri.

Untuk hal ini kata Gusti, Ferry mengaku salah dengar.

Namun kesalahan atau manipulasi kedua, menurutnya sangat fatal.

Di mana Ferry menambahkan seakan-akan ada pernyataan anggota TNI bahwa yang ikut demo rusuh bukan cuma dia saja, tapi banyak anggota TNI.

"Kesalahannya jelas, Ferry menambahkan kalimat yang tidak ada di video asli. Yaitu: 'Bukan cuma saya Pak, kata orang TNI ini'," papar Gusti.

Penambahan kalimat palsu ini, menurut Gusti Aju, bukan hal kecil.

"Itu menggiring opini publik seolah-olah TNI adalah dalang kerusuhan massa. Artinya, Ferry sengaja membenturkan rakyat dengan TNI" ujar Gusti Aju.

Yang lebih berbahaya, tambah Gusti, karena Ferry menolak klarifikasi, video bohong itu terus diputar berulang-ulang di medsos.

"Dan akhirnya bisa dianggap benar oleh rakyat," ujar Gusti.

Menurut Gusri, Ilmu Psikologi Komunikasi sudah membuktikan fenomena ini.

"Di mana dikenal sebagai The illusory truth effect (Hasher et al., 1977; Fazio et al., 2015)" tulis Gusti.

Illusory truth effect, jelas Gusti adalah efek psikologi ketika orang menjadi percaya sama kebohongan, cuma karena kebohongan itu diulang-ulang terus.

"Pertama kali dibuktikan tahun 1977 lewat riset di Villanova University and Temple University," tambah Gusti.

"Jadi, kalau Ferry benar-benar tidak punya maksud memecah belah bangsa, kenapa dia menolak klarifikasi?" tanya Gusti.

Menurut Gusti dia sudah meminta Ferry sebanyak 13 kali untuk klarifikasi.

"13 kali Saya Minta Klarifikasi, Ferry Irwandi Menolak. Kalau Bukan untuk Memecah Belah Bangsa, Kenapa Takut Klarifikasi?' tanya Gusti.

Menurut Gusti menolak klarifikasi sama dengan membiarkan kebohongan dipercaya rakyat dan tujuan tercapai:

"Provokasi, kebencian → konflik → kerusuhan → REVOLUSI untuk menggulingkan pemerintah. Jika benar demikian maka .. Apa yang terjadi bukan sekadar salah ucap melainkan FITNAH yang terencana dan sangat berbahaya bagi bangsa," papar Gusti.

"Repost jika kalian masuk dalam BARISAN WARAS. Saya berjuang untuk Sila ke-3 Pancasila : Persatuan Indonesia" ujarnya.

Gusti juga mengatakan disinformasi yang diciptakan Ferry ini sangat berbahaya.

Bahkan menurut Gusti atas permintaannya agar Ferry melakukan klarifikasi, Ferry justru mengancam dirinya.

"Disinformasi = Bahaya, Bikin Chaos Negara. Kalau Benar, tidak menambah kalimat dari video asli TNI-Polri dengan sengaja), tinggal Klarifikasi Aja kan? Kok Malah Ngancam saya?," kata Gusti.

Menurut Gusti, ia tidak sedang ribut personal dengan siapapun tapi menyoroti perilaku berbahaya.

"Saya tidak sedang ribut personal dengan siapapun. Yang saya soroti adalah perilaku berbahaya: menyebarkan disinformasi, fitnah, dan kebencian," katanya.

"Kalau dibiarkan, ini akan terus memecah rakyat melawan aparat, bahkan melawan negara. Itu bukan demokrasi, tapi tirani," ujar Gusti.

Gusti mengatakan kritik sehat harusnya pakai data dan klarifikasi. 

"Provokasi justru menebar permusuhan dan membahayakan bangsa. Mari sama-sama jaga ruang publik. Stop disinformasi, stop fitnah, stop kebencian," kata Gusti.(m31)

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp
 
 
 
 
 
 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved