Makan Bergizi Gratis

Usai Kabar Keracunan MBG di Bandung, SPPG Palmerah Perlihatkan Proses Penyajian Makanan di Dapurnya

Dari banyaknya penerima tersebut, Yudha memastikan jika tidak pernah ada penerima yang mengalami keracunan

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Feryanto Hadi
Warta Kota/Nuriyatul Hikmah
MBG- Suasana dapur MBG di SPPG Palmerah, Jakarta Barat. Koordinator SPPG Wilayah Jakarta Barat, Yudha Permana, pihaknya memastikan keamanan bahan baku pembuatan menu MBG sesuai Angka Kecukupan Gizinya (AKG 

 

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Nuri Yatul Hikmah


WARTAKOTALIVE.COM, PALMERAH — Kabar keracunan makan bergizi gratis (MBG) yang membuat ratusan sizwa SD-SMK di wilayah Bandung, Jawa Barat, membuat banyak pihak, terutama orangtua resah dan khawatir.

Pasalnya, kabar terkait keracunan MBG itu bukan pertama kali terjadi.

Di Jakarta, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Palmerah Jakarta Barat, memperlihatkan dapurnya kepada awak media, Selasa (23/9/2025).

Dari yang terlihat, aktivitas pengolahan makanan di dapur tersebut terlihat steril dengan para pekerja yang mengenakan masker, penutup kepala serta sarung tangan.

Para awak media yang masuk pun diminta mengenakan proteksi yang serupa untuk menjaga sterilitas dapur.

Koordinator SPPG Wilayah Jakarta Barat, Yudha Permana, pihaknya memastikan keamanan bahan baku pembuatan menu MBG sesuai Angka Kecukupan Gizinya (AKG).

"Kemarin beberapa waktu sering ada persoalan terkait susu yang ada gulanya begitu ya. Itu sudah dipastikan bahwa setiap pelatihan yang diberikan dari BGN dipastikan untuk tidak menggunakan susu yang kadar gulanya tinggi," kata Yudha saat ditemui di lokasi, Selasa (23/9/2025).

Menurutnya, prkerja di SPPG Palmerah akan memastikan proses persiapan itu terpisah, antara protein nabati, hewani, dan sayur untuk mencegah kontaminasi silang.

"Jadi kami pastikan agar terpisah kondisinya, dipastikan tadi ketika sudah selesai dibersihkan, dipotong-potong, maka akan disimpan di dalam ruang penyimpanan. Yaitu ada freezer dan chiller. Freezer tadi di bawah 15 derajat, kalau chiller di rentangnya di bawah dari 5 derajat," katanya.

Setelah bahan baku tersebut disimpan, para penjamah makanan lantas melakukan pengolahan dengan memerhatikan standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.

Yudha mengklaim, pihaknya memastikan, semua bahan yang diolah selalu disesuaikan dengan temperatur kematangannya sehingga matang sempurna.

"Ketika proses pemasakan ini, kani pastikan bahwa setelah memasak itu ada proses pendinginan. Dipastikan bahan baku yang sudah dimasak itu dingin baru bisa diporsikan, agar ketika nanti ditutup tidak ada keringat gitu ya. Ketika ada keringat, dia mengeluarkan keringat nanti bisa menimbulkan bau," kata Yudha. 

"Nah, itu yang terkadang bisa menyebabkan kebasian atau basi di dalam makanan. Nah, itu produknya jadi tidak baik lagi," imbuh dia. 

Barulah setelah itu, pihak SPPG akan memasukkan makanan ke dalam ompreng masing-masing, dan dipaket dengan menumpukknya per-5 ompreng.

Lebih lanjut, Yudha menyampaikan bahwa SPPG Palmerah ini bisa melayani 12 sekolah di wilayah Jakarta Barat dengan tambahan 328 porsi untuk golongan 3B atau Busui, Bumil, dan Balita.

Adapun pendistribusian tersebut, menyebar kepada 3.716 penerima manfaat.

Dari banyaknya penerima tersebut, Yudha memastikan jika tidak pernah ada penerima yang mengalami keracunan.

"Jadi kami mulai dari 18 November 2024, sampai hari ini hampir kurang lebih 11 bulan, 10-11 bulan kami melaksanakan tugas ini, kami melayani siswa, kemudian 3B tadi tidak ada satupun yang terjadi persoalan seperti kejadian luar biasa," jelas dia.


Yudha menyampaikan, menu-menu MBG yang diberikan SPPG kepada penerima manfaat selalu didiskusikan setiap hari Kamis melalui rapat rutin bersama KASPPG, asisten lapangan, kemudian ada akuntan, ahli gizi, dan ada PJ dari masak.

"Nah ini dipastikan setiap minggunya, setiap hari Kamis, itu menunya untuk minggu depan, satu minggu itu selalu berbeda-beda. Jadi kita bisa bilang hampir kita punya empat puluhan menu, empat puluhan menu yang kita buat supaya anak itu tidak bosan," katanya.

"Dan kita sering juga mendengarkan request-request dari siswa. Apakah dia, contoh yang terakhir itu, mereka pingin burger, begitu ya. Kamu coba fasilitasi, begitu. Hal ini yang membuat anak-anak itu menjadi lebih nafsu makan, karena mereka juga merasa bahwa apa yang mereka inginkan itu bisa tersalurkan," pungkasnya. (m40)

 

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di WhatsApp.

Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved