Pengelaman yang jarang atau bahkan tak akan ditemukan di bangku perguruan tinggi nasional.
Penelitian yang dilakukan Aishah terfokus pada bidang mikrofluida multifase.
Secara garis besar, ini adalah teknologi untuk mentransfer dan memproses fluida atau cairan dengan volume yang sangat kecil.
Baca juga: Pramono Umumkan Beasiswa KJMU Telah Dicairkan, Tidak Hanya untuk S1 tapi Sampai S3
Terobosan pemanfaatan mikrofluida dalam skala mikro ini dapat dipakai untuk mengoptimalisasi berbagai eksperimen terkait, baik di laboratorium sampai diagnosis di bidang kesehatan.
Ia mencontohkan pengaplikasian pada drug screening untuk mengetahui respon sel terhadap obat-obatan.
Aishah menerangkan, selama ini memakai berbagai tabung reaksi dengan volume besar, dengan mikrofluida skala mikro ini cukup lewat droplet yang volumenya hanya sekian nanoliter atau sekian mikroliter.
Baca juga: UNTAR Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru hingga Juni, Siswa Tak Lolos SNPB Bisa Dapat Beasiswa Penuh
Tentunya, penelitian yang dibawa Aishah punya potensi besar dalam menghadirkan efisiensi pada kinerja berbagai eksperimen laboratorium dan dunia kesehatan yang berkaitan dengan mikrofluida.
Dalam laporan BBC tahun 2015, Aishah menyampaikan, penelitiannya ini sangat relevan bila diterapkan di Indonesia.
"Misalnya untuk membuat alat diagnostik penyakit secara murah dan dapat dilakukan di pelosok yang kurang terjangkau oleh alat laboratorium yang kompleks," katanya.
Baca juga: BINUS University Sediakan 20.000 Beasiswa, Tawarkan Program Belajar 2,5 Tahun Dijamin Langsung Kerja
Aishah Prastowo sudah meneliti mikrofluida sejak bangku S2.
Berbagai hasil penelitiannya telah dipublikasikan di jurnal-jurnal Q1 dan juga dikutip puluhan kali.
Kepala Sekolah
Menjadi guru sekaligus kepala sekolah yang saat ini dilakoni Aishah jelas belum ada di benaknya sebagai lulusan Oxford.
Berkarir sebagai peneliti masih menjadi impian utama setelah rampung studi pada 2019.
Tidak lama setelah wisuda, Aishah melangsungkan pernikahan dan sempat menjadi tim peneliti dosen.