2. Kongregasi Khusus: Kongregasi ini terdiri dari:
- Kardinal Camerlengo dari Gereja Roma Suci dan tiga Kardinal, satu dari setiap Ordo (Uskup, Imam, dan Diakon), yang dipilih melalui undian dari antara para Kardinal pemilih;
- Ketiga Kardinal pembantu ini bertugas selama tiga hari, setelah itu mereka akan diganti melalui pemilihan acak baru. Proses ini berlanjut bahkan selama pemilihan;
- Kongregasi Khusus menangani urusan sehari-hari yang biasa, sementara masalah yang lebih serius harus dirujuk ke Kongregasi Umum.
Apa saja keputusan paling mendesak yang dibuat oleh Kongregasi Umum?
Kongregasi Umum (yang diadakan sebelum dimulainya proses pemilihan) harus segera membahas keputusan-keputusan penting berikut (tidak termasuk prosedur yang terkait dengan kematian Paus):
- Menyiapkan akomodasi di Domus Sanctae Marthae untuk para Kardinal dan mendirikan Kapel Sistina untuk prosedur pemilihan;
- Menugaskan dua pendeta terhormat dan berwibawa secara moral untuk menyampaikan dua refleksi kepada para Kardinal tentang tantangan Gereja saat ini dan pilihan Paus baru yang tercerahkan, dan menetapkan tanggal untuk refleksi ini;
- Menghancurkan Cincin Nelayan dan Segel Timbal, yang digunakan untuk mengotentikasi Surat-Surat Apostolik;
- Menetapkan tanggal dan waktu untuk dimulainya proses pemungutan suara.
Apa yang terjadi sesaat sebelum dimulainya pemilihan?
Pemilihan didahului oleh perayaan Ekaristi yang khidmat dengan Misa nazar Pro Eligendo Papa, yang dihadiri oleh para Kardinal elektor.
Pada sore hari, para Kardinal elektor melanjutkan prosesi khidmat menuju Kapel Sistina, tempat Konklaf dimulai untuk memilih Paus baru.
Pada akhir prosesi di dalam Kapel Sistina, setiap Kardinal elektor mengucapkan sumpah sebagaimana ditentukan dalam paragraf 53 Universi Dominici Gregis.
Melalui sumpah ini, mereka berkomitmen, jika terpilih, untuk dengan setia memenuhi Munus Petrinum sebagai Gembala Gereja Universal.
Mereka juga berjanji untuk menjaga kerahasiaan mutlak mengenai segala hal yang berkaitan dengan pemilihan Paus Roma dan untuk tidak mendukung segala upaya campur tangan eksternal dalam pemilihan.
Pada titik ini, Pemimpin Perayaan Liturgi Kepausan mengumumkan extra omnes, yang berarti bahwa semua individu yang bukan bagian dari Konklaf harus meninggalkan Kapel Sistina.
Hanya Pemimpin itu sendiri dan pendeta yang ditunjuk untuk menyampaikan meditasi kedua yang tersisa.
Meditasi ini berfokus pada tanggung jawab berat yang ada pada para pemilih dan perlunya bertindak dengan niat murni untuk kebaikan Gereja Universal, dengan hanya menempatkan Tuhan di depan mata mereka (paragraf 52).
Setelah meditasi disampaikan, baik pendeta maupun Pemimpin Perayaan Liturgi Kepausan pergi.
Para kardinal pemilih kemudian membaca doa sesuai dengan Ordo Sacrorum Rituum Conclavis dan mendengarkan Dekan Kardinal, yang menanyakan apakah mereka siap untuk melanjutkan pemungutan suara atau apakah ada klarifikasi mengenai aturan dan prosedur yang diuraikan dalam Universi Dominici Gregis yang diperlukan.
Langkah-langkah untuk memastikan kerahasiaan dan mencegah campur tangan eksternal
Semua prosedur pemilihan berlangsung secara eksklusif di Kapel Sistina di dalam Istana Apostolik Vatikan, yang tetap tertutup rapat hingga pemilihan berakhir.
Konstitusi Apostolik Paus St. Yohanes Paulus II menekankan perlunya memastikan kerahasiaan penuh mengenai segala sesuatu yang terjadi selama Konklaf dan segala sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung terkait dengan pemilihan Paus.
Dokumen tersebut merinci semua tindakan pencegahan untuk menjamin kerahasiaan dan mencegah campur tangan eksternal (paragraf 51-61).
Baca juga: Prabowo Utus Jokowi hingga Natalius Pigai Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus
Selama proses pemilihan, para kardinal pemilih harus menahan diri untuk tidak mengirim surat atau terlibat dalam percakapan, termasuk panggilan telepon, kecuali dalam keadaan yang sangat mendesak.
Mereka tidak diperbolehkan mengirim atau menerima pesan dalam bentuk apa pun, menerima surat kabar atau majalah dalam bentuk apa pun, atau mengikuti siaran radio atau televisi.
Jumlah suara yang dibutuhkan dan mayoritas yang dibutuhkan untuk pemilihan
Untuk memilih Paus baru secara sah, diperlukan mayoritas dua pertiga dari pemilih yang hadir. Jika jumlah total elektor tidak habis dibagian tiga, diperlukan suara tambahan (paragraf 62 dari Universi Dominici Gregis).
Jika pemungutan suara dimulai pada hari pertama, hanya akan ada satu pemungutan suara. Pada hari-hari berikutnya, dua pemungutan suara diadakan pada pagi hari dan dua pada sore hari.
Prosedur pemilihan suara diri di Universi Dominici Gregis, termasuk ketentuan bagi elektor yang tidak sehat dan perlu memberikan suara dari kamar mereka di Domus Sanctae Marthae. Setelah suara dihitung, semua surat suara dibakar.
Apa yang terjadi jika mayoritas yang dibutuhkan tidak tercapai?
Jika para elektor gagal mencapai kesepakatan mengenai seorang kandidat setelah tiga hari pemungutan suara yang tidak meyakinkan, jeda hingga satu hari diperbolehkan untuk berdoa, berdiskusi bebas di antara para pemilih, dan nasihat rohani singkat oleh Kardinal Proto-Diakon (Kardinal Dominique Mamberti).
Pemungutan suara kemudian dilanjutkan, dan jika tidak ada pemilihan yang terjadi setelah tujuh pemungutan suara tambahan, jeda lainnya diambil.
Proses ini diulang setelah tujuh pemungutan suara lainnya yang tidak berhasil.
Pada titik ini, Camerlengo akan berkonsultasi dengan para Kardinal tentang bagaimana cara melanjutkan.
Penting untuk dicatat bahwa pasal 75 Universi Dominici Gregis diubah oleh Motu Proprio yang dikeluarkan oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 26 Juni 2007, yang memulihkan aturan tradisional yang mengharuskan mayoritas dua pertiga elektor yang hadir untuk pemilihan Paus baru yang sah.
Aturan ini juga ditegaskan dalam Motu Proprio yang dikeluarkan oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 25 Februari 2013, yang menetapkan bahwa suara harus dihitung berdasarkan jumlah elektor yang hadir dan memberikan suara.
Apa yang terjadi segera setelah Paus baru terpilih?
Setelah pemilihan berlangsung, Kardinal Diakon terakhir memanggil Sekretaris Dewan Kardinal dan Pemimpin Perayaan Liturgi Kepausan ke Kapel Sistina.
Dekan Dewan, atas nama semua pemilih, meminta persetujuan kandidat terpilih dengan kata-kata berikut: "Apakah Anda menerima pemilihan kanonik Anda sebagai Paus Tertinggi?"
Setelah menerima persetujuan, ia kemudian bertanya: "Anda ingin dipanggil dengan nama apa?"
Fungsi notaris, dengan dua Pejabat Upacara sebagai saksi, dilakukan oleh Pemimpin Perayaan Liturgi Kepausan, yang menyusun dokumen penerimaan dan mencatat nama yang dipilih.
Sejak saat ini, kandidat terpilih memperoleh otoritas penuh dan tertinggi atas Gereja universal.
Konklaf berakhir segera pada titik ini.
Para kardinal elektor kemudian memberi penghormatan dan mengikrarkan ketaatan kepada Paus yang baru terpilih, dan ucapan syukur disampaikan kepada Tuhan.
Kardinal Proto-Diakon kemudian mengumumkan kepada umat beriman pemilihan dan nama Paus baru dengan kalimat yang terkenal: “Annuntio vobis gaudium magnum; Habemus Papam.” (Aku mewartakan kepadamu suka cita besar: Kita mempunyai Paus!")
Segera setelah itu, Paus baru memberikan Berkat Apostolik Urbi et Orbi dari Loggia Basilika Santo Petrus. (UDG hlm. 87-91)
Langkah terakhir yang diperlukan adalah, setelah upacara pelantikan kepausan yang khidmat dan dalam waktu yang tepat, Paus baru secara resmi mengambil alih Basilika Agung Patriarkat Santo Yohanes Lateran, sesuai dengan ritus yang ditentukan.
Ringkasan
Konklaf (Conclave) berasal dari kata Latin 'cum clave' yang artinya “dengan kunci”.
Yang berarti, para kardinal dikunci di dalam ruangan, terisolasi dari dunia, sampai mereka pilih Paus baru.
Konklaf diadakan di Kapel Sistina, di bawah lukisan Hari Kiamat karya Michelangelo.
Lukisan ini kayak pengingat: “Kalian lagi bikin keputusan suci, jangan sampai salah pilih!”
Maksimal 120 kardinal, semua di bawah usia 80 tahun.
Mereka mewakili umat Katolik dari seluruh dunia.
Mereka masuk tanpa preferensi.
Sebelum dikunci, ada Misa khusus yang disebut: “Misa Pro Eligendro Papa”.
(Misa untuk pemilihan Paus) Di sini, kardinal berdoa minta petunjuk Tuhan. Lalu, mereka bersumpah untuk bungkam total.
Suasana di dalam Konklaf tidak diperbolehkan pakai HP.
- Gak boleh kontak dunia luar.
- Kamar sederhana
- Semua pintu dan jendela dijaga ketat oleh Garda Swiss.
Proses Voting dalam sehari bisa ada 4 putaran voting.
Tiap kardinal tulis satu nama di kertas. Suara dihitung, dibaca keras, lalu kertasnya... dibakar.
Hasil bakaran ini yang bikin asap terkenal:
- Asap hitam: Belum ada Paus terpilih.
- Asap putih: papa Paus baru terpilih.
Konklaf resmi pertama diadakan tahun 1274. Sebelumnya, pemilihan Paus bisa memakan waktu sampai 3 tahun.
Intinya Konklaf itu sakral.
Paus baru bisa pilih nama apa saja.
Begitu nama dipilih, identitas lamanya “mati”, dan lahir sosok spiritual baru.
Ini kayak ritual kuno: kematian simbolis dan kelahiran suci.
Paus baru akan berganti baju di ruangan “Sala delle Lacrime” (Ruangan Air Mata), ruangan kecil khusus.
Banyak Paus mennangis di sini. Kenapa?
Karena mereka tahu hidup mereka gak akan sama lagi. Berat!
Paus baru muncul di balkon, dengan nama baru dan wajah yang berbeda, siap memimpin Gereja.
Asap putih mengumumkan kepada dunia bahwa seorang paus baru telah terpilih.
Dekan kardinal melangkah ke balkon utama Basilika Santo Petrus. Di lapangan akan berkumpul ribuan umat Katolik dan wisatawan.
Dekan Kardinal akan menyatakan: “Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus papam” – “Saya umumkan kepada Anda dengan penuh sukacita: Kita memiliki seorang paus.”
Sumber: vaticannews.va