Honor dari kecamatan Rp 650 ribu dan intensif dari desa sebesar Rp 150 ribu per bulan.
Sehingga, jika ditotal per bulannya mendapatkan Rp 475 ribu.
Jika hanya mengadalkan honor Linmas, kata Zaelani tidak akan cukup untuk membiayai kuliah anaknya.
Maka itu, dirinya kerja serabutan disela-sela tugasnya sebagai Linmas.
Selain itu, kata Zaelni istrinya turut membantu menjual kue.
Baca juga: Hadiri Peringatan World Ocean Day 2024 di Universitas Indonesia, Ini Pesan Penting Menteri KKP
"Setelah itu (kerja Linmas) saya juga kuli di luar sama serabutan apa aja. Yang penting apa aja bisa kuliahkan anak," katanya.
Untuk diketahui, Univesitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang melakukan prosesi wisuda ke-8, dengan jumlah 387 lulusan dari 11 program studi.
Rektor UBP Karawang, Prof Dedi Mulyadi mengatakan, dari jumlah lulusan itu ada sebanyak sembilan lulusan terbaik.
Salah satunya, Nita yang orangtuanya bekerja sebagai Linmas.
"Sembilan lulusan terbaik ini IPK-nya rata-rata di atas 3,8 semua. Dan dari jumlah itu kita berbangga ada lulusan itu merupakan anak hansip yang bertugas di desa yang memang menjaga keamanan di lingkungan mereka," katanya.
Dirinya sangat mengapresiasi atas perjuangan orangtuanya dan termasuk Nita karena bisa memberikan hasil terbaik kepada kedua orangtuanya.
"Kita apresiasi dan menjadi contoh, karena kita tahu penghasilan sebagai hansip ini tidak sebaik yang lain ya. Tapi ternyata bisa menghasilkan putrinya menjadi lulusan terbaik di UBP. Ini bagi kita sesuatu yang luar biasa gitu ya," ungkapnya. (MAZ)
Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News
Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09