Ia pun menyarankan kepada pemimpin akan datang agar mampu meresapi ruh Pancasila dalam semangat berbangsa dan bernegara.
"Maka itu, siapapun pemimpin akan datang harus paham tentang Pancasila dan ruh yang menghidupinya. Tanpa pemahaman yang dalam dan tulus, negeri ini akan menjurus pada tata kelola yang salah yang kemudian berujung pada ketidakselaran antara visi dan realitas," imbuhnya.
Pemimpin ke depan juga kata dia, harus mampu menapasi Pancasila baik dalam bersikap ataupun dalam wujud laku perbuatan.
"Sehingga cita-cita persatuan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat dalam bingkai ke-Bhinekaan terus terpupuk-terjaga untuk kemaslahatan bersama," pungkasnya.
Seperti diketahui, KH M Abdul Ghufron Al Banteni mengklaim menguasai banyak bahasa, termasuk di antaranya bahasa Ajam/Non Arab, bahasa Suryani, bahasa Ibrani, bahasa qolbu/hati.
Ia memiliki keunikan dalam melakukan syiar agama maupun dalam menyalurkan niatnya untuk turut membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat Indonesia kususnya bagi kawula muda Indonesia.
Hari demi hari dilalui bersama ratusan santri yang tersebar di beberapa daerah karena memang Abah Ghufron--begitu panggilan akrabnya--tak hanya mengurus satu ponpes saja, tetapi ia telah memiliki ponpes yang cukup banyak dan tersebar di beberapa daerah.
Ponpes tersebut antara lain di Malang, Surabaya, Lamongan, Demak, Semarang, Indramayu, Jakarta, Bogor, Banten, Lembang, Bandung, Lampung, dan Lomando Kalimantan Tengah, yang seluruh santrinya tak ada satupun yang diwajibkan membayar.
Seluruhnya ia gratiskan.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp