Saya memilih berjuang dalam keadaan apa pun. Kemudian waktu mendaftar ke Unhan, itu bukan hal yang mudah apalagi keadaan ekonomi juga masih sulit. Tapi saya percaya setiap orang punya jalannya masing-masing.
Kuncinya tidak memedulikan omongan orang lain. Alhamdulillah ketika pendaftaran, saya didukung saudara-saudara, pakde, bude dan adik.
Apa pesan yang ditanamkan orangtua sejak kecil?
Sebenarnya pesan dari kedua orangtua yang paling mengena di saya adalah tetap berbuat baik kepada semua orang.
Karena dengan berbuat baik, saya akan menemukan esensi kenapa harus berbuat baik.
Saya merasa karena doa-doa dari orang-orang itu yang membuat kita selalu mendapatkan jalan sukses.
Jadi misalnya hal kecil saat lewat di depan orang, kita menyapa, itu juga hal yang baik dan akan kembali doa-doa baik juga ke kita.
Bagaimana Anda mengelola waktu dan mengatur prioritas untuk tetap sukses dari sisi akademik maupun sosial?
Di sini sangat dituntut disiplin. Nah saya terbiasa menyelesaikan terlebih dahulu tugas utama baru dilanjutkan aktivitas yang lain.
Makanya saya susun skala prioritas, mana kegiatan yang mesti didahulukan.
Terkait metode belajar, saya dengar terlebih dahulu ketika dosen atau tenaga pendidikan mengajar, lalu saya catat. Selain itu, dengan saya mencatat saya juga bertanya kepada teman apabila kurang paham.
Kalau belum paham, tanya lagi ke dosen. Itu sering saya lakukan sebelum ujian atau ketika mendekati ujian. Saya juga mengulas kembali di pagi harinya dan saya lebih cocok dengan metode seperti itu.
Apa hambatan yang muncul selama proses Anda menuntut ilmu dan bagaimana mengatasinya?
Tantangan akademik di Unhan itu kami semua dituntut mempertahankan indeks prestasi, minimal 3,2. Kami bertanggung jawab terhadap beasiswa yang diberikan. Jadi kami wajib menjaga nilai akademik, nilai fisik, maupun sikap.
Kalau boleh saran ke teman-teman lain, lakukan yang terbaik dan jangan meremehkan hal-hal kecil. Karakter kami di sini dididik agar ketika lulus nanti bermanfaat untuk masyarakat.