Ia pun sering mengunjungi sejumlah bangunan, lokasi atau kawasan yang punya sejarah panjang.
Latar belakang pria berkaos merah ini adalah lususan S1 dan S2 Pendidikan Ilmu Sejarah serta Arkeologi Universitas Indonesia.
"Bagaimana ilmu yang saya dapatkan ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengetahui sejarah dan budaya," tegasnya.
Baca juga: Enggan Dipolitisasi, Vihara Boen Tek Bio Tiadakan Pertunjukan Barongsai saat Tahun Baru Imlek
Menurut Kartum, setiap bulan dirinya selalu membuka perjalanan menjelajahi sejarah dan budaya berpindah-pindah lokasi di seluruh Indonesia.
Akhir Februari 2024 nanti atau tepatnya 15 hari setelah perayaan Imlek, Kartum dan komunitasnya bakal pergi ke Lasem, Rembang, Jawa Tengah.
Pria bertopi hitam ini menjelaskan, Lasem Tiongkok Kecil ada bangunan bersejarah yaitu Klenteng Cu An Kiong yang beediri di abad ke-13 masehi.
"Lasem ini dikenal sebagai Tiongkok kecil, di sana kami akan melihat banyak bangunan Tionghoa bersejarah dibandingkan di Jakarta," tuturnya.
Kartum berharap, Indonesia tetap bisa menjaga toleransi tinggi supaya budaya di Indonesia tetap terjaga.
Ia menceritakan, perayaan Imlek di Indonesia sempat dihentikan pada tahun 1970an atau saat era Presiden Soeharto.
Kemudian, jelas Kartum saat Abdurrahman Wahid alias GusDur menjadi Presiden tahun 2000an, perayaan Imlek kembali diperbolehkan demi menjaga toleransi persatuan dan kesatuan NKRI.
"Sebelumnya, banyak masyarakat yang takut-takut datang ke klenteng, kini sudah lebih terbuka dan ramai," terangnya.
"Harapannya, dengan adanya kegiatan ini supaya masyarakat bisa tahu bagaimana keberagam umat beragama di Indoneaia," tambahnya. (m26)