Dia pun memanggil salah seorang rekannya yang bernama Nebi untuk datang ke ruangannya guna membahas rencana renovasi.
"Dia panggil ke kantornya untuk merehab gedung ruangan dia, Beliau begitu di mana tempatkan baru minimal ruangannya tidak kumuh, bersih," kata Cyprus.
Di tengah perbincangan itu, Buddy mendadak mendapatkan telepon dari seseorang yang mengharuskan dia meninggalkan ruang kerjanya.
Cyprus menyebut bahwa Nebi tidak mengetahui siapa menelepon keponakannya itu.
Sebab, Buddy langsung bergegas berangkat dengan memesan taksi online.
"Nah berangkatnya anehnya dia naik Grab, katanya naik Grab. Padahal dia ada mobil pribadi. Kan bertanya juga keluarga kalau dia bela-belain naik Grab," kata Cyprus.
"Berarti yang telepon ini berarti tidak selevel atau di bawah dia. Karena dia harus cepat, kan kira-kira begitu. Berarti orang telepon itu minimal di atas daripada dia, kan kita menduga juga," kata dia.
Setelah keberangkatan itu, kata Cyprus, Buddy dikabarkan ditemukan tak bernyawa di pelintasan rel kereta kawasan Pasar Enjo, Jatinegara.
Baca juga: Pergi dengan Taksi Online, Keluarga Curiga Kematian AKBP Buddy Alfrits Towoliu Terkait Kasus Narkoba
Atas dasar itu, pihak keluarga meminta kepolisian untuk mendalami lebih lanjut informasi tersebut.
Keluarga pun menolak dugaan bunuh diri yang disampaikan oleh penyidik.
Pihak keluarga menduga, ada keterlibatan mafia narkoba dalam kasus tewasnya Buddy.
Cyprus mengatakan, dugaan itu muncul karena keponakannya baru saja dimutasi dari jabatan Kasubbid Paminal Polda Metro Jaya menjadi Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Timur.
Pihak keluarga pun menduga kematian Buddy berkait dengan tugas barunya untuk menyelidiki kasus narkoba dan berhadapan dengan pengedar hingga bandar.
"Kami menduga karena jabatan baru, mungkin diduga dia mau sidik. Kan Kasat Narkoba, kan di situ berhadapan dengan mafia, pelaku-pelaku mafia," ujar Cyprus.
Meski begitu, ia tetap memercayai pihak kepolisian untuk mengusut tuntas penyebab meninggalnya Buddy.