WARTAKOTALIVE.COM, YOGYAKARTA-- Media sosial sedang ramai memperbincangkan soal adanya cahaya berwarna putih yang bergerak di atas kawah gunung Merapi.
Cahaya itu tertangkap kamera bergerak secara teratur mendekati puncak gunung, lalu menghilang.
Banyak spekulasi yang muncul.
Mulai dari penjelasan sesuai keilmuan hingga pandangan yang mengaitkan dengan dunia gaib.
Beberapa warganet menduga cahaya itu adalah meteor.
Namun, dugaan itu diperdebatkan lantaran cahaya bergerak menyamping mendekat ke puncak gunung, bukan dari atas langit.
Ada pula yang menyebut bahwa cahaya tersebut berkaitan dengan makhluk gaib yang memberikan respon atas erupsi yang terjadi di Merapi.
Baca juga: Kisah Haru Nenek Yuli, Ditemukan Tewas Merangkul Cucunya di Bawah Timbunan Tanah yang Longsor
Diketahui, ketika cahaya putih misterius itu mendekat ke puncak gunung, Merapi tengah melakukan aktifitas vulkanik memuntahkan lava pijar ke sisi Barat Laut ke arah cahaya putih itu melaju.
Dalam video yang tersebar, benda bercahaya itu menuju arah Barat Laut, searah dengan muntahan lava pijar.
Video yang diunggah oleh akun Instagram @merapi_uncover, Kamis (16/3/2023) memberikan informasi bahwa benda itu melintas di atas Gunung Merapi pada sekitar pukul 22.14 WIB.
"Ada yang lewat di atas Merapi pukul 22:14 WIB. Namun sampai informasi ini diunggah belum diketahui dengan pasti apa cahaya terang tersebut," tulis pengunggah.
Dilansir dari Kompas.com Jumat (17/3) ketika dikonfirmasi pengunggah menyebutkan bahwa rekaman itu diperoleh dari CCTV.
Baca juga: Gunung Merapi 19 Kali Keluarkan Lava Panas Hari Sabtu Ini 11 Maret 2023 Pukul 12.12 WIB
"Dari CCTC Freekon DIY," ucapnya.
Kemudian Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso mengatakan, pihaknya hingga kini belum bisa memastikan benda bercahaya yang melintas di Gunung Merapi, Kamis (16/3/2023) malam.
Pasalnya, dari penelusuran CCTV pemantauan Gunung Merapi milik BPPTKG, tidak terlihat adanya benda bercahaya yang melintas pada jam dan hari yang dimaksud.
Agus juga menyampaikan hasil pantauan kamera CCTV di Stasiun Pangukrejo hingga Jrakah hasilnya tak ada juga penampakan benda putih yang dimaksud.
"Tidak tampak," kata Agus.
Agus mengatakan bahwa rekaman benda bercahaya yang melintas di Gunung Merapi itu bukan diperoleh dari CCTV pemantauan BPPTKG.
Baca juga: Pamit Urus Studi Banding, Bu Guru Panik saat Digrebek Suami Sedang Check-in bareng Selingkuhan
Update kondisi Merapi, Jumat 17 Maret
Dikutip dari Tribun Jogja, Gunung Merapi mengeluarkan tiga kali guguran lava pijar dengan jarak luncur 1,5 km ke barat daya, Jumat (17/3/2023).
Hal tersebut terlihat dalam pengamatan selama enam jam oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mulai 00.00-06.00 WIB.
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, secara meteorologi, cuaca mendung.
Angin bertiup lemah ke arah barat.
Suhu udara 18.3-20 °C, kelembaban udara 70-99 persen, dan tekanan udara 916.9-973.4 mmHg.
“Secara visual, gunung jelas, hingga kabut 0-III. Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 50-100 m di atas puncak kawah,” jelasnya.
Gempa guguran teramati sebanyak 26 kali dengan amplitudo 3-55 mm berdurasi 13,3-141,56 detik.
Hybrid/fase banyak berjumlah 9 kali dengan amplitudo 3-11 mm, S-P 0,4-0,5 detik berdurasi 5,6-9,5 detik.
“Tingkat Aktivitas Gunung Merapi saat ini berada di level III atau siaga,” jelasnya.
Potensi bahaya saat ini, kata dia, berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya.
Sektor itu meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara, sektor meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
Masyarakat juga diimbau agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar gunung.
“Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” tukasnya
Sultan Hamengku Buwono merepon erupsi
Sultan Hamengku Buwono X (HB X) menyebut bahwa penyebab Gunung Merapi meletus ialah karena tambang pasir yang berada di sekitar gunung.
Menurut Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu, letusan tersebut merupakan cara Gunung Merapi memperbaiki lingkungannya yang dirusak tambang pasir ilegal.
Letusan kali ini disebutnya tidak akan seperti pada 2010.
"Merapi itu ya erupsi begitu saja enggak akan meletus seperti dulu yang penting ngebaki (memenuhi) sik (yang) dirusak karena ditambang gitu saja," ujar HB X, Sabtu (11/3/2023).
Sultan menambahkan jika lubang-lubang akibat tambang pasir di Gunung Merapi sudah tertutup material vulkanik, erupsi Gunung Merapi akan berhenti.
"Nanti kalau yang berlobang-lobang itu sudah tertutup kan berhenti sendiri. Memang itu perlu lama karena tidak hanya di atas dan di bawah juga berlobang," jelas dia.
Hal inilah yang membuat Sultan Yogyakarta itu akan menutup tambang-tambang warga.
Saat ini kata Sultan, baru sebagian tambang milik warga sudah dilakukan penutupan dengan cara ditutup dan ditanami rumput.
Agar warga tak kembali menambang di Merapi, Sultan berencana mengubah kawasan tambang menjadi kawasan pertanian dan peternakan. Hal ini agar mata pencarian warga sekitar Merapi juga tetap terjaga.
"Ada yang bikin keju ada yang ditanami kopi kan gitu, supaya mereka punya pendapatan dari produk di sektor pertanian supaya tidak nambang lagi," jelas Sultan.
Terkait luncuran sejauh 7 kilometer, menurut Sultan hal itu bukanlah masalah. Dia juga menjamin Gunung Merapi tidak akan meletus seperti erupsi pada 2010.
"Ndak papa, pokok e mung nggo ngebaki (pokonya cuma untuk memenuhi) hanya sampai di atas saja enggak akan meletus sudah berbeda kan sudah 10 tahun lebih," jelasnya.
Baca juga: Sosok Nurhali, PNS Terkaya di Indonesia, Sempat Punya Harta Rp1,6 Triliun tapi Nggak Suka Pamer
Menurut Sultan, bukti dari Gunung Merapi memperbaiki lingkungannya dengan letusan ialah lantaran letusan kali ini hanya sekitar satu hingga dua km.
Lokasi yang terkena awan panas tersebut memang lokasi tambang pasir.
"Biasanya kan empat tahun kalau meletus. Sekarang memang harus keluar ya memang nyembur tapi ya hanya satu kilo dua kilo karena yang ditambang kan sekitar situ," pungkas Sultan.