WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Hampir semua anak muda terutama di perkotaan memiliki media sosial.
Apalagi di periode pandemi Covid-19, di mana ada pembatasan interaksi secara tatap muka, media sosial jadi penawar rindu untuk berinteraksi dengan sahabat dan kerabat.
Namun sayangnya dampak media sosial tidak terbatas pada yang positif saja.
Ibarat dua sisi pisau yang punya manfaat baik dan buruk, bila salah penggunaan. Begitu pula media sosial.
Sehingga media sosial juga menjadi salah satu platform yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental.
Baca juga: Jangan Abaikan Kesehatan Mental di Masa Pandemi Covid-19, Ini Tandanya Bila ada Gangguan Mental
Baca juga: Sudahkah Mengucapkan Terima Kasih pada Diri Sendiri Hari ini?
Melissa Yunita S.Psi yang merupakan Expert Talent dari Ease mengatakan efek negatif yang bisa terbentuk lewat interaksi media sosial misalnya, membandingkan diri dengan orang lain, merasa gagal, tidak sempurna, dan akhirnya menyalahkan diri sendiri.
Salah satu cara untuk menjaga diri dan menjaga kesehatan mental dari efek-efek negatif seperti ini adalah dengan cara mencintai diri sendiri atau biasa di sebut “Self-Love”.
“Self-Love itu universal, dan self-love itu tidak bisa diukur antara, kamu atau dia tapi tergantung dari diri kita masing – masing," ujarnya Kamis (14/10/2021).
"Tapi pada dasarnya, Self-Love adalah tindakan menghargai dan mencintai diri kita sendiri," ujarnya.
Marcella FP penulis buku NKCTHI (Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini) mengatakan, bila tidak bisa berdamai dengan diri sendiri sama saja tidak bisa mencintai diri sendiri.
Belajar mencintai diri sendiri dimulai dengan memaafkan semua luka dan keburukan di masa lalu, bukan hanya kepada manusia, tapi bisa bentuk apapun, semakin kita membenci apapun yang ada diluar sana dan tidak bisa berdamai dengan itu, maka kamu tidak akan bisa mencintai diri kamu sendiri ,” ucap Marcella yang buku dan film NKCTHI sangat disukai masyarakat.
"Menyenangkan hati semua orang itu bukan bagian dari tugas kita, yang menjadi tugas kita adalah bisa berdamai dengan kekurangan diri sendiri dan tetap tumbuh menjadi versi terbaikmu," imbuhnya.
Tindakan menghargai dan mencintai diri sendiri, menghindari perasaan insecure, dan overthingking jadi salah satu tanda kesehatan mental.
Baca juga: Selama Pandemi Covid-19, KPAD Kabupaten Bogor Minta Orangtua Perhatikan Kesehatan Mental Anak
Baca juga: Yenny Wahid: Radikalisme Bukan Soal Ajaran Agama, tapi Kesehatan Mental
Insecure (merasa tidak aman) adalah perasaan tidak mampu atau tidak cukup baik yang sering kali membuat seseorang berada pada situasi ketidakpastian.
Sedangkan overthinking (berpikir berlebihan) terlalu banyak waktu untuk memikirkan suatu hal secara berlebihan sehingga menimbulkan kecemasan.
Melissa mengatakan, pandemi yang masih terus berlangsung sampai saat ini, membuat banyak orang harus bisa menjaga kesehatannya.
Bukan hanya kesehatan fisik, tapi juga termasuk kesehatan mental.
Sayangnya tingkat kesadaran untuk menjaga kesehatan mental di tengah masyarakat saat ini masih sangat kurang terutama di generasi muda saat ini.
Sebagai bentuk kepedulian BonCabe, BonCabe berkolaborasi dengan Ease, sebuah komunitas peduli kesehatan mental, untuk mengkampanyekan pentingnya menjaga Kesehatan mental, terutama bagi anak muda.
Dipa Agung Utomo, Direktur Utama PT Kobe Boga Utama yang merupakan pemilik dari merek BonCabe menyampaikan situasi pandemi pasti semakin meningkatkan kesulitan yang dihadapi anak muda saat ini.
"Kami bisa membantu meningkatkan awareness mengenai pentingnya self care & self love bagi anak muda," ujarnya.
Pada Kolaborasi ini BonCabe dengan Ease memberikan pemahaman kepada anak muda agar bisa menghilangkan pola pikir negatif yang yang dapat berdampak pada kesehatan mental, dan belajar untuk lebih mencintai diri sendiri. (*)