Oleh karena itu, penulisannya digabung menjadi insyaallah, yang berarti 'jika Allah mengendaki'.
Dalam KBBI V (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V) ungkapan insya Allah sudah ditulis serangkai jadi insyaallah.
Cara penulisan seperti di dalam KBBI V itulah yang dianjurkan sekarang.
Tulisan Felix Siauw tentang Insya Allah
Ustaz Felix Siauw dalam web pribadinya menulis sebagai berikut.
Lebih dari ratusan kali saya ditanya tentang perkara ini, berkaitan dengan penulisan transliterasi bahasa Arab, mudah-mudahan status ini jadi penjelas sebagaimana seharusnya.
Pertama-tama, bahasa Arab dan bahasa Indonesia tentu berbeda, bila bahasa Indonesia disusun berdasar huruf alfabet A-B-C dan seterusnya, sama seperti bahasa Inggris, tidak dengan bahasa Arab.
Bahasa Arab tersusun dari huruf hijaiyah semisal ا (alif), ب (ba), ت (ta) dan seterusnya.
Perbedaan inilah akhirnya mengharuskan adanya transliterasi (penulisan bahasa asing kedalam bahasa Indonesia), misalnya, kata الله dalam bahasa Arab, bila di-transliterasikan ke bahasa Indonesia bisa jadi “Allah”, “Alloh”, “Awloh” atau apapun yang senada dengan bacaan asli Arabnya, tergantung kesepakatan transliterasi
Bila orang Indonesia sudah nyaman membaca tulisan الله dengan transliterasi “Allah” ya tidak perlu diganti dengan “Alloh” atau “Awloh”, toh bacanya juga sama walau tulisannya beda
By the way, bahkan kalau orang nulis Allah dengan huruf kecil juga nggak dosa, karena dalam bahasa Arab aslinya الله pun nggak ada huruf besar dan huruf kecil
Hanya kembali lagi, karena transliterasi dan penghormatan kepada Dzat Yang Maha Agung, ya sejatinya sudah kita tulis dengan “Allah”
Ok, sekarang, Insya Allah atau In Shaa Allah?
Yang benar إن شاء الله hehe..
Jadi kita bedah begini ceritanya