Kebakaran

Alasan DKI Jakarta Tak Pakai Robot Senilai Rp 37,4 miliar untuk Padamkam Api di Kejagung

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mobil pemadam kebakaran di depan gedung Kejaksaan Agung yang terbakar Sabtu (22/8/2020) malam. Petugas pemadam kebakaran melakukan penyisiran di lokasi kebakara, Minggu (23/8/2020).

WARTAKOTALIVE.COM, GAMBIR - Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta tak memakai robot pemadam kebakaran saat kebakaran Kejaksaan Agung (Kejagung).

Robot Dong-Ing MVF-U3  tersebut bernilai Rp 37,4 miliar.

Alasannya, medan kebakaran yang dihadapi tidak memungkinkan untuk mengerahkan robot yang dibeli memakai dana anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) itu.

“Lokasi kebakaran itu kan terjadi di gedung bangunan tinggi antara 6-7 lantai, jadi secara operasional itu kami yang lebih paham untuk menanganinya,” kata Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta Satriadi Gunawan, Senin (24/8/2020).

Sebelum Selidiki Asal Api, Polri Cek Kelayakan Konstruksi Gedung Kejagung yang Terbakar

Kontroversi Gedung Kejagung Cagar Budaya atau Bukan, Begini Dasar Hukum dan Kriteria Cagar Budaya

Satriadi mengatakan, untuk medan kebakaran di lokasi tinggi, lebih tepat memakai bronto skylift atau armada yang dilengkapi dengan tangga tinggi.

Untuk ukurannya, bervariasi dari 55 meter sampai 90 meter.

Robot yang dibeli pada tahun 2019, lebih tepat digunakan untuk mengantisipasi kebakaran yang terjadi di trayek kereta Light Rail Transit (LRT) Jakarta atau Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta.

Robot itu, kata dia, juga cocok diaplikasikan di tempat-tempat yang sangat berbahaya dari kobaran api seperti kilang minyak yang mengalami kebakaran.

VIDEO: Kapuslabfor Polri Brigjen Haydar Sebut Pihaknya Periksa Seluruh Sudut Gedung Kejagung

Kejagung Kebakaran, Mahfud MD Pastikan Berkas Kasus Djoko Chandra, Jaksa Pinangki dan Jiwasraya Aman

“Karena robot kan memakai remote control dari jarak jauh. Jadi untuk keamanan petugas lebih bisa dipakai, karena di situ ada bahan material yang berbahaya seperti ledakan, zat kimia atau gas beracun," katanya.

Selain itu, daya jangkau penyemprotan dari robot tersebut juga tak sekuat bronto skylift.

Pasalnya, robot didesain untuk menghadapi bahaya jarak dekat.

“Untuk masuk bangunan itu juga nggak bisa, jadi bronto skylift paling efektif untuk di bangunan tinggi, karena bisa salah kami kalau memakai robot."

"Kecuali ada di MRT atau LRT yang ada di bawah tanah,” kata Satriadi Gunawan lagi.

Berita Terkini