Sunartolah yang memasang mikfrofon tersebut di Pegangsaan Timur Nomor 56.
“Standar (kaki atau dudukan) didirikannya di ruang muka terbuka, dan versterker diletakkan di dalam kamar muka sebelah kiri dari ruang terbuka itu,” kata Sudiro.
Sosok Gunawan
Dituturkan oleh Sudiro mengenai sosok Gunawan dalam ceramahnya di Lembaga Pembinaan Jiwa ‘45 Jakarta.
Gunawan merupakan pemilik Radio Satriya, yang bertempat tinggal di Jalan Salemba Tengah 24 Jakarta (sekarang menjadi rumah sakit MH Thamrin Salemba).
Mikrofon itu, menurut Sudiro adalah buatan Gunawan sendiri.
Sudiro yakin bahwa Gunawan lah yang merancang corong maupun dudukannya.
Selain itu, Gunawan juga merancang verstekker atau amplifier (penguat suara).
“Mulai dari corong maupun standarnya (kakinya). Begitu pula verstekker serta band-nya yang dibuat dari zilverpapiar, selubung rokok. "Semuanya itu adalah hasil kecerdasan otak dan ketrampilan tangan seorang Indonesia yang bernama Gunawan itu”, kata Sudiro.
Dalam buku karya Hendri F. Isnaeni berjudul '17-8-1945, Fakta, Drama, Misteri', terbitan Change (2015), juga menuliskan mengenai kesaksian Gunawan.
Gunawan mengakui bahwa mikrofon yang digunakan saat Proklamasi Kemerdekaan itu buatannya sendiri.
Mikrofon, kata Gunawan dibuat ala kadarnya.
Saat itu kondisi memang serba sulit.
“Magnetnya saya buat dari dua buah dynamo sepeda, sementara band-nya hanya dari grenjeng (kertas perak pembungkus rokok),” kata Gunawan.
Keluarga Gunawan berbisnis menyewakan mikrofon dan amplifier serta perlengkapannya.
Ke Mana Nasib Mikrofon Setelah Pembacaan Proklamasi?
Setelah upacara proklamasi selesai, mikrofon dikembalikan kepada Gunawan.