Kisah Inspiratif

Penjual Cincau Ini Dulunya Manajer Bergaji Rp 100 Juta per Bulan, Gergelimang Harta, Begini Kisahnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penjual cincau bernama Hasunudin ini dulunya mengaku pernak menjadi seorang manajer bergahi Rp 100 juta per bulan. Namun bergelimang membuatnya lupa diri. Ia kini menjadi mualaf dan bersyukur meski hanya jadi penjual cincau

Saat itu konflik pun mulai muncul antara dirinya dengan hingga kemudian memutuskan untuk bercerai.

Hasanudin kemudian mencoba untuk membangun rumah tangganya kembali dengan menikahi seorang wanita.

Sambut New Normal, Bappenas Susun Protokol Wujudkan Masyarakat Produktif dan Aman COVID-19

Sayang, pernikahannya ini juga diwarnai konflik dan kembali kandas hingga kekayaan yang dimiliki Hasanudin habis.

Tak menyerah dengan nasib, Hasanudin kemudian bertemu dengan seorang muslimah yang ingin dinikahinya.

Kemudian calon istrinya itu mengajukan syarat agar dirinya menjadi harus memeluk Islam terlebih dahulu.

Penerapan New Normal di Indonesia, Begini Tanggapan Pemain Belakang Sriwijaya FC Derry Herlangga

Akhirnya Hasanudin resmi menjadi seorang mualaf di usia 43 tahun.

Ia kemudian merantau ke Sukabumi, Jawa Barat, dan memulai hidup baru dengan sang istri.

Di sana, ia bertekad meninggalkan masa lalunya yang pelik. Untuk menopang kebutuhan hidupnya sehari-hari, ia memilih berjualan es cincau dengan gerobak dorong.

Setiap hari, ia menyusuri jalanan menjajakan dagangannya tersebut.

Merasa Punya Pengalaman, Via Vallen Minta Publik Tak Kucilkan Penderita Virus Corona dan Keluarganya

Meski hasilnya tak sebanyak dulu saat dirinya menjadi seorang manajer, Hasanudin tetap bersyukur.

Pernah pada suatu ketika, ia dihadapkan kesulitan saat sang anak membeli sepatu dan diharuskan membayar uang sekolah sebanyak Rp 300 ribu.

Saat itu ia hanya pasrah sembari tetap berikhtiar mencari jalan keluar dengan tetap berjualan keliling. Karena tak kunjung mendapat pembeli, cincau yang ia jual mulai rusak. 

Beruntung, ada seseorang yang ingin membeli es cincaunya tersebut. Hasanudin pun menolak seraya menjelaskan bahwa barang dagangannya itu telah rusak dan tidak layak konsumsi.

Sang pembeli pun tetap membeli minuman lainnya yang juga dijual oleh Hasanudin yakni es nanas sebanyak dua bungkus seharga Rp 10 ribu.

Gunawan Dwi Cahyo Sebut Jika Kompetisi Dilanjutkan Kembali, Protokol Kesehatan Harus Ketat

Tak disangka, sang pembeli kembali memanggil Hasanudin dan memberinya Rp 300 ribu. Jumlah yang selama ini dicarinya untuk sang anak.

Halaman
123

Berita Terkini