Pelecehan Seksual

MAHASISWI Jadi Korban Pelecehan di Kampusnya, Ini Pernyataan Rektor UI Prof Ari Kuncoro

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rektor UI Prof Ari Kuncoro, SE, MA, Ph.D saat ditemui di Makara Center, Universitas Indonesia, Depok, Rabu (25/9/2019).

Hasil survei tersebut, lanjut Rastra, memperlihatkan 35,80 persen dari 62.224 responden menyatakan pernah mendapat pelecehan seksual di bus.

Sebesar 29,49 persen di angkutan kota (angkot), 18,14 persen di kereta rel listrik (KRL), 4,79 persen di ojek online dan 4,27 persen responden mendapat pelecehan seksual di ojek konvensional.

Responden perempuan mendapat pelecehan seksual di bus sebesar 35,45 persen, di angkot (30,01 persen), dan di KRL (17,79 persen).

Sedangkan responden lelaki mengalami pelecehan seksual di bus sebanyak 42,89 persen, di KRL 24,86 persen), dan di angkot (19,65 persen).

Bentuk Pelecehan Seksual

Survei itu menunjukkan 19 bentuk pelecehan seksual yang responden alami di transportasi umum, yakni siulan atau suitan, suara kecupan komentar atas tubuh dan komentar seksual yang gamblang.

Selain itu komentar seksis, komentar rasis, main mata, difoto diam-diam, diintip, diklakson, gestur vulgar, dipertontonkan masturbasi publik, dihadang dan diperlihatkan alat kelamin.

Bentuk pelecehan lainnya seperti didekati dengan agresif terus menerus, dikuntit, hingga disentuh, diraba, dan digesek-gesek dengan alat kelamin pelaku.

Responden yang mengalami pelecehan seksual mengaku mayoritas saksi banyak yang mengabaikan (40,50 persen), bahkan memperparah keadaan dengan menertawai atau menyalahkan korban (14.80 persen).

Sedangkan hanya beberapa saksi yang menolong dan membela korban (36,50 persen).

Upaya Pencegahan

Upaya pencegahan pelecehan seksual diungkapkan Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta), Nadia Diposanjoyo telah dilakukan sejak tahun 2017.

Berbagai insiatif untuk mengamankan penumpang perempuan dari pelecehan seksual seperti mengoperasikan bus berwarna pink khusus untuk perempuan di semua koridor.

Untuk bus Transjakarta berukuran sedang dan besar, lanjutnya, sudah diambil kebijakan memisahkan tempat duduk penumpang.

Pria diminta untuk menempati sisi kabin belakang bus, sedangkan perempuan di sisi kabin depan bus.

"Ini memang upaya kami untuk menurunkan tingkat pelecehan yang sudah sering disebut-sebut tadi. CCTV ini kita pasang memang di bus dan halte. Tahun ini kita akan menyelesaikan pemasangan tambahan seribu unit (CCTV) untuk Mikrotrans," ujar Nadia.

Nadia menambahkan kasus pelecehan seksual yang terjadi di bus Transjakarta selama 2018-2019 mencapai 80 kasus, dan sudah ditangani.

PT Transjakarta sudah mensosialisasikan kepada para penggunanya prosedur 3M kalau melihat pelecehan seksual terjadi dalam bus Transjakarta.

Prosedur 3M itu antara lain menegur, memisahkan korban dan pelaku, serta melapor kepada petugas.

Menurutnya, PT Transjakarta akan menyiapkan pos-pos pengaduan di halte bus Transjakarta yang dihuni manajer khusus penangan kejadian, psikolog, dan petugas pendampingan hukum.

• Jessica Iskandar Pernah Terima Pelecehan Seksual Waktu Kecil

• Pernah Jadi Korban Pelecehan Seksual, Via Vallen Angkat Bicara Soal Hukuman Kebiri

Sementara, Manajer Hubungan Eksternal PT Kereta Commuterline Indonesia (KCI), Adli Hakim menyatakan hal serupa.

Dirinya mengatakan PT KCI bekerjasama dengan Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) menggelar kampanye bertajuk Komuter Pintar Peduli Sekitar sejak tahun 2018 hingga 2019.

Kampanye ini mengedukasi perempuan ketika melihat pelecehan seksual, apa saja yang bisa dilakukan ketika menjadi korban pelecehan.

"Kami sangat berterima kasih, banyak sekali komunitas terutama para pengguna KRL yang sangat peduli akan keamanan dan kenyamanan bersama dalam menggunakan transportasi publik sehingga mau berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan seperti ini," ujar Adli. (vin/dwi)

Berita Terkini