PALMERAH, WARTAKOTALIVE.COM -- Seorang komandan kompi TNI AD sempat bermimpi aneh sebelum ia dan pasukannya ditugaskan menggempur kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua
Dilansir dari buku 328 Para Battalion, The Untold Stories Of Indonesian Legendary Paratroopers terbitan Elex Media Komputindo, komandan kompi TNI AD yang bermimpi aneh sebelum menggempur KKB Papua ini bernama Agus Rohman yang merupakan Komandan Kompi C Yonif L-330
Saat itu Agus Rohman beserta 125 prajurit Batalyon Infanteri Lintas Udara (Linud) 328 ditugaskan dalam operasi pembebasan para peneliti Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera oleh KKB Papua di tahun 1996 silam
Terkait penyanderaan Tim Lorentz ’96 dan bagaimana mereka diselamatkan, kisah ini juga pernah diulas secara khusus oleh majalah Intisari.
• Ramalan Zodiak Cinta Selasa 30 Juli 2019 Scorpio Cemburuan, Cancer Krisis Cinta, Leo Penuh Romantis
• Guru Honorer dan Siswi SMA Jalin Cinta Terlarang Hingga Foto Syurnya Tersebar, Ini Penjelasan Polisi
• Dulu Minta Jatah ke Suami Delapan Kali Sehari, Kini Barbie Kumalasari Sebut Pegangan Tangan Cukup
Penelitian tim Ekspedisi Lorentz 95 dilakukan antara bulan November 1995 dan Januari 1996.
Tidak ada gangguan berarti yang dialami tim selama menjalankan misinya.
Tim ekpedisi ini juga sudah tahu jika di sana terdapat KKB Papua yang didalangi oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik
Tanggal 8 Januari menjelang hari-hari kepulangan ke Jakarta, mereka berkumpul di rumah kayu milik Pendeta Adriaan van der Bijl asal Belanda yang sudah menetap di sana sejak tahun 1963.
Hari itu sang pemilik rumah sedang pergi, berkeliling ke daerah Mbua dan ALama untuk menyusun kegiatan misionaris bersama istrinya.
Tiba-tiba, datanglah sekelompok suku setempat berjumlah puluhan orang berpakaian perang, lengkap dengan tombak.
Tak hanya itu, salah satu dari mereka, diduga sebagai komandan, membawa senapan laras panjang M-16 yang diacung-acungkan dan sesekali ditembakkan ke udara.
Mereka lalu mendobrak mendobrak pintu yang dikunci, memaksa masuk, menyerang, menyandera tim, dan akhirnya membawa seluruh tim peneliti ke hutan pedalaman.
Berita penyanderaan Tim Lorentz mulai beredar di media massa dan menjadi berita besar hingga ke Jakarta bahkan dunia.
Pemerintah Indonesia segera meminta ABRI (TNI) melakukan penyelamatan.
Saat itulah Agus Rohman beserta 125 prajurit Batalyon Infanteri Lintas Udara (Linud) 328 juga ikut dalam misi penyelamatan