Ketika berada di Kenyam, Agus Rohman tiba-tiba saja bermimpi mendapat mimpi aneh.
"Ketika saya sedang melaksanakan patroli dengan berpakaian PDLT lengkap di sebuah rawa yang sulit dilewati, dengan berlumurkan lumpur saat itu karena kelelahan saya beristirahat sambil bersandar di antara batang pohon besar yang telah tumbang. Ketika itu saya didatangi oleh para Jenderal melewati batang pohon besar yang tumbang tadi," tulis Agus dalam buku itu.
Mendapati mimpi semacam itu, Agus Rohman pun penasaran dengan makna di balik mimpinya itu.
"Dari mimpi itu saya mencoba menanyakan keada Wadantim Sertu Tukiyo, agar menjabarkan apa kira-kira isi dari mimpi saya. Dia menyampaikan bahwa, penjabaran dia makna dari berlumuran lumpur menggambarkan makna tanah kuburan, pohon besar menggambarkan tepat pemakaman dan didatangi oleh para Jenderal menunjukkan suatu hal yang wajar apabila Perwira meninggal didatangi Pemimpin/ Komandannya," ungkap Agus Rohman.
Mendapati mimpi soal kematian itu, Agus Rohman pun mengaku mendekatkan diri pada Tuhan.
"Dengan adanya firasat melalui mimpi, maka pendekatan diri kepada Tuhan lebih besar dan khusyuk dengan selalu bertawakal dan berserah diri kepada-Nya seolah-olah kematian sudah dekat," tulis Agus Rohman.
Meski demikian, Agus Rohman tetap melanjutkan tugasnya dalam operasi pembebasan itu.
Akhirnya, pada tanggal 13 Mei 1996 Agus diperintahkan oleh Komandan Satgas memimpin tim yang berkekuatan 25 orang untuk menggempur KKB Papua dan membebaskan para sandera.
Mereka harus melewati medan yang berat, karena hutan di Papua saat itu masih lebat.
Kontak senjata baru terjadi pada tiga hari kemudian.
Saat itu, mereka menembus semak belukar pada pukul 17.30 WIT.
Meski terjadi kontak senjata, namun para prajurit TNI AD berhati-hati karena tugas utama mereka adalah membebaskan sandera.
KKB Papua berhasil didesak dan kabur, TNI AD pun berhasil membebaskan sembilan orang sandera.
Sedangkan, dua orang meninggal dunia.
Mereka adalah Navy Panekenan dan Yosiyas Mathias Lasamahu yang meninggal dunia setelah dibacok oleh KKB Papua.