Itu dari menit ke menit, minta menit ke berapapun, akan kami kasih gambarnya.
Jadi jangan khawatir, kalau bapak ibu sekalian menemukan kecurangan, di Situng maupun di kenyataan. Inilah yang disebut robot tidak ikhlas.
Kalau yang tadi, yang pertama robot ikhlas, kalau ini robot tidak ikhlas.
Saya tidak ikhlas kalau pak Prabowo dan Sandi, dicuri suaranya.
Saya tidak ikhlas!!!," ujar pria di atas podium.
• MUI Kota Bekasi Imbau Masyarakat Tolak People Power
• BPSJTK Bekasi Jual Ratusan Paket Sembako Setengah Harga
• Hindari Calo, Nonton Persib vs Persipura di Stadion Besok Tiketnya Hanya Dijual Online di PERSIBapp
• Bawalu Beberkan Sejumlah Kesalahan KPU di Pemilu 2019, BPN Berharap Tim Jokowi Didiskualifikasi
• MUI dan Sejumlah Tokoh Agama Kota Bekasi Tolak People Power
Sosok pria diatas podium tersebut dijelaskan oleh akun @MSApunya sebagai pembuat robot pemantau Situng KPU.
"Hairul Anas Suaidi adalah pemuda tamvan pembuat robot pemantau situng @KPU_ID yg berasal dari #Pamekasan #Madura
Hasil karyanya telah membukakan mata seluruh rakyat tentang kecurangan & menguatkan BPN doing a big step forward," tulis akun @MSApunya.
Sementara itu, dikutip dari Kompas, Komisi Pemilihan Umum menantang Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk adu data di rapat pleno terbuka rekapitulasi nasional.
Hal ini disampaikan Komisioner KPU Wahyu Setiawan menanggapi sikap BPN yang menolak hasil penghitungan suara oleh KPU.
• MUI Kota Bekasi Imbau Masyarakat Tolak People Power
• BPSJTK Bekasi Jual Ratusan Paket Sembako Setengah Harga
• Hindari Calo, Nonton Persib vs Persipura di Stadion Besok Tiketnya Hanya Dijual Online di PERSIBapp
• Bawalu Beberkan Sejumlah Kesalahan KPU di Pemilu 2019, BPN Berharap Tim Jokowi Didiskualifikasi
• MUI dan Sejumlah Tokoh Agama Kota Bekasi Tolak People Power
Wahyu menilai sikap BPN tersebut tidak sejalan dengan sikap saksi mereka yang ikut dalam rapat pleno rekapitulasi nasional di Kantor KPU.
Menurut dia, sejauh ini saksi dari Prabowo-Sandi belum pernah menyandingkan data hasil pilpres milik mereka di tiap provisi yang diklaim berbeda dengan hasil penghitungan KPU.
"Tidak bijak membangun narasi ada kecurangan, tetapi dalam rapat pleno rekapitulasi justru tidak menunjukkan data-data yang mereka miliki," kata Wahyu saat dihubungi Kompas.com, Rabu (15/5/2019).
Padahal, lanjut Wahyu, rapat itu harusnya menjadi ajang adu data bagi semua pihak yang berkepentingan dengan hasil pemilu.
Setiap saksi dari pasangan calon maupun partai politik bisa mengkroscek lagi hasil rekapitulasi KPU dengan data yang masing-masing telah mereka pegang.
• MUI Kota Bekasi Imbau Masyarakat Tolak People Power
• BPSJTK Bekasi Jual Ratusan Paket Sembako Setengah Harga
• Hindari Calo, Nonton Persib vs Persipura di Stadion Besok Tiketnya Hanya Dijual Online di PERSIBapp
• Bawalu Beberkan Sejumlah Kesalahan KPU di Pemilu 2019, BPN Berharap Tim Jokowi Didiskualifikasi
• MUI dan Sejumlah Tokoh Agama Kota Bekasi Tolak People Power
"Membangun narasi kecurangan di luar rapat pleno rekapitulasi justru dikhawatirkan akan memperkeruh nalar publik. Harusnya sampaikan saja di rapat pleno jika ada data yang berbeda," kata dia.
Hingga Selasa (14/5/2019) malam, hasil rekapitulasi 19 provinsi telah ditetapkan dalam rapat pleno rekapitulasi di Kantor KPU.
Hasilnya, pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul di 14 provinsi.
Sedangkan paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menang di 5 provinsi.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Hairul Anas ternyata Keponakan Mahfud MD, Pencipta Robot Pemantau Situng KPU untuk Prabowo.
Penulis: Muchsin