Demo Pati Ricuh

Polisi Ungkap 34 Orang Terluka Saat Demo Pati Berujung Bentrok, Pastikan Tak Ada Korban Tewas

Polisi Ungkap 34 Orang Terluka Saat Demo Pati Berujung Bentrok, Pastikan Tak Ada Korban Tewas

Restu/TribunJateng
KORBAN LUKA DEMO - Sebuah mobil dibakar massa akibat demo yang ricuh dan berujung bentrokan di Pati, Jawa Tengah, Rabu (13/8/2025). Ribuan massa melakukan demonstrasi menuntut Bupati Pati Sudewo mundur namun berujung ricuh dan 34 orang jadi korban luka, sementara korban jiwa dipastikan polisi nihil. 

WARTAKOTALIVE.COM -- Demo massa yang menuntut Bupati Pati Sudewo mundur dari jabatannya di depan Kantor Bupati Pati berujung ricuh dan sempat terjadi bentrokan, Rabu (13/8/2025).

Sejumlah pihak menyatakan ada korban tewas dalam insiden ini, mulai dari jurnalis hingga anak-anak.

Namun Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto memastikan tidak ada korban tewas dalam demo Pati, Rabu (13/8/2025), setelah pihaknya melakukan penelusuran.

Baca juga: Fakta Jurnalis Tuturpedia.com Lilik Yuliantoro yang Dikabarkan Tewas saat Liput Demo Pati

Yang ada, kata Artanto, diketahui sedikitnya ada 34 korban luka yang harus mendapat perawatan medis akibat demo yang ricuh tersebut.

Dari 34 korban luka, kata dia, 7 orang diantaranya adalah anggota kepolisian.

"Kami sudah mengonfirmasi terkait kabar adanya masyarakat yang meninggal akibat aksi. Namun sampai saat ini, dari hasil penelusuran, nihil. Tidak ada korban jiwa" kata Artanto dalam konferensi pers, dikutip dari Breaking News Kompas TV.

Demo Pati yang berlansung di kawasan alun-alun dan kompleks kantor bupati Pati memanas sejak pagi.

Massa menuntut Bupati Sudewo keluar dari kantornya dan menemui pendemo.

Namun, lantaran Sudewo tak kunjung menemui massa, mereka mulai melempari kantor bupati menggunakan benda-benda yang ada di sekitar mereka, semisal batu, air mineral, kayu.

Polisi terpaksa membubarkan massa menggunakan tembakan gas air mata dan semprotan air dari water canon.

Sementara, akibat kericuhan yang terjadi, Artanto mengakui, ada puluhan korban luka.

"Ada 34 orang yang dirawat di rumah sakit, baik dari warga maupun anggota Polri," kata dia.

Para korban luka kata dia mengalami luka lebam, kepala bocor dan robek, hingga sesak nafas karena gas air mata.

"Mereka mengalami luka lebam, bocor kepala, dan robek," imbuhnya.

Menurut Artanto, hingga Rabu sore, tindakan medis kepada sejumlah korban luka masih dilakukan.

"Korban (yang dirawat di rumah sakit) rata-raya mengalami sesak napas karena gas air mata yang kami lepaskan karena suasana chaos," katanya.

Baca juga: Demo Tuntut Bupati Pati Sudewo Mundur Imbas Kebijakan Kontroversi, Daerah Lain Harus Waspada

Artanto memastikan, demo Pati telah rampung.

Dia menyatakan, pukul 15.00 WIB, suasana di lokasi demo sudah kondusif.

Meski begitu, polisi masih melakukan penyisiran untuk memastikan keamanan dan ketertiban masyarakat.

Ricuh dan Bentrok

Suara dentuman dari tembakan gas air mata terdengar menghujam di langit Kabupaten Pati, saat demo massa digelar, Rabu.

Puluhan tembakan gas air mata akhirnya dilepaskan aparat keamanan, dalam rangka merespons tindakan anarkis massa yang tidak terkendali lagi.

Tercatat lebih dari tiga sesi gas air mata ditembakkan dari dalam Kantor Bupati Pati ke arah pengunjukrasa.

Tembakan keempat dilepaskan tanpa henti hingga berdampak di semua penjuru Alun-alun Pati, sampai ke rumah-rumah warga.

Bahkan, suara tangisan anak-anak terdengar di mana-mana lantaran tidak tahan dengan panas dan perihnya efek gas air mata di wajah dan mata.

Ribuan massa pun sempat dipukul mundur dari depan Kantor Bupati Pati pukul 13.00 WIB, kurang lebih lima jam setelah aksi pertama kali dimulai sejak pukul 08.00 WIB.

Massa pun berhamburan meninggalkan kawasan lokasi unjuk rasa, masuk ke gang-gang perkampungan.

Penembakan gas air mata yang tidak henti ini bukan tanpa sebab.

Jajaran aparat keamanan merespons tegas aksi pendemo yang bertindak anarkis.

Meski sempat diperingatkan beberapa kali dengan tembakan water cannon dan gas air mata, massa tetap maju hendak menjebol pintu gerbang kantor Bupati Pati.

Bahkan, massa juga melempari gedung Kantor Bupati Pati dengan batu.

Kaca-kaca gedung perkantoran yang menjadi amukan massa di lingkungan Kantor Bupati Pati pun rusak.

Kaca-kaca gedung pecah, genting-genting juga bolong setelah menjadi target brutal pendemo.

Mayoritas warga yang ikut serta dalam aksi unjuk rasa kali ini menyayangkan atas kejadian ini.

Di satu sisi, masih banyak warga Pati yang menginginkan aksi unjuk rasa berjalan damai. Demi terpenuhinya tuntutan-tuntutan masyarakat.

Di sisi lain, tak sedikit dari peserta unjuk rasa yang menyayangkan aksi demonstrasi yang dilakukan ricuh dan anarkis. Sehingga memicu kemarahan aparat penegak keamanan dengan mengusir massa secara paksa.

Peserta aksi, Herdian Yuda sangat menyayangkan aksi unjuk rasa kali ini berjalan ricuh.

Dia merasa kasihan banyak anak-anak yang menjadi korban efek gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan.

"Setelah waktu Duhur, sekitar jam 13.00-an massa banyak lari ke gang-gang rumah warga. Enggak kuat dengan efek gas air mata, perih dan panas," ujar dia ketika ikut berhamburan dari Alun-alun Pati.

Meski demikian, beberapa massa tetap nekat kembali ke Alun-alun Pati, guna melanjutkan kembali aksi unjuk rasa.

Hal senada juga disampaikan warga lain, Adi S yang juga mengalami langsung efek gas air mata.

Menurut dia, tidak sewajarnya masyarakat diserang dengan gas air mata yang menimbulkan efek tidak baik.

Dalam hal ini, pihaknya hanya ingin ikut serta menyuarakan usulan masyarakat, yang menilai bahwa Bupati Pati Sudewo sudah sepantasnya dilengserkan. Karena disebut memiliki sifat arogan.

"Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi kami, apakah ini dilarang. Sudah jelas-jelas tuntutan kami, bupati harus mundur atau kami paksa mundur," tegasnya.

Tuntut Sudewo Mundur

Dalam aksinya, massa dari berbagai kelompok ini menuntut Bupati Pati Sudewo lengser dari jabatannya karena sejumlah kebijakannya dinilai kontroversial dan sama sekali tidak berpihak pada rakyat.

Dalam tayangan video di akun YouTube Tribun Jateng, tampak massa mulai memadati depan Kantor Bupati Pati pukul 08.20 WIB.

Mereka meneriakkan agar Bupati Pati Sudewo mundur dari jabatannya.

Terlihat ada orasi dari perwakilan kelompok dan aliansi masyarakat dari atas truk tronton yang terparkir di depan kantor Bupati Pati.

Sebelumnya Bupati Pati, Sudewo, diprotes warga karena rencana menaikkan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) mencapai 250 persen. 

Baca juga: Meski Bupati Pati Sudewo Menyerah, Warga Tetap Akan Demo Besar-besaran

Setelah menimbulkan kegaduhan Sudewo secara resmi telah mencabut kembali kebijakannya tersebut.

Kebijakan penyesuaian Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tersebut sebelumnya menuai gelombang protes dari masyarakat.

Sudewo, yang dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto pada 20 Februari 2025 untuk periode jabatan 2025-2030, mendapat sorotan tajam akibat aturan kontroversial yang ia buat tersebut. 

Meskipun kebijakan kenaikan PBB telah dibatalkan, unjuk rasa besar yang direncanakan pada Rabu, 13 Agustus 2025 hari ini, dipastikan akan tetap berjalan. 

Sejumlah kelompok memang telah menyatakan mundur dari rencana aksi, di antaranya Gerakan Pati Bersatu (Gerpab) pimpinan Cahya Basuki dan Aliansi Santri untuk Demokrasi (Aspirasi).

Namun, Koordinator Penggalangan Donasi Aliansi, Teguh Istiyanto, menegaskan bahwa kelompoknya akan tetap turun ke jalan.

Menurutnya, demonstrasi ini merupakan jawaban atas pernyataan Sudewo yang sebelumnya pernah menantang 50.000 warga untuk berunjuk rasa.

Teguh juga menjelaskan bahwa tuntutan mereka kini tidak lagi sebatas soal PBB, melainkan mendesak agar Sudewo lengser dari jabatannya.

"Kami tidak mengubah tuntutan. Yang kami persoalkan sejak awal memang bukan cuma PBB. Hanya saja, dalam pembentukan Aliansi, isu utama yang kami angkat memang PBB. Karena memang itulah yang menyatukan kami. Korbannya semua warga Pati, menyeluruh," kata Teguh, dikutip dari TribunJateng.com.

Di antaranya kata Teguh kebijakan lima hari sekolah, kemudian regrouping sekolah yang berdampak banyaknya guru honorer tidak bekerja, hingga PHK ratusan eks karyawan honorer RSUD RAA Soewondo dengan dalih efisiensi.

"Terutama efek kebijakan Pak Sudewo itu seperti ada lima hari sekolah. Ada regrouping sekolah. Itu pasti ada dampaknya bagi guru honorer kalau ada dua sekolah menjadi satu pasti ada guru tidak bisa untuk mengabdi menjadi guru," ujarnya, Selasa (12/8).

"Kemudian ada keluhan efisiensi Rumah Sakit Soewondo, ternyata itu orang lama dikeluarkan tanpa pesangon, tanpa tali asih. Kemudian dia merekrut karyawan baru dengan alasan meningkatkan pelayanan," imbuh Teguh.

Karenanya kata Tegug, aksi hari ini digelar karena masyarakat terlanjur kecewa dengan kebijakan Bupati Sudewo.

Sementara Koordinator Aliansi Masyarakat Pati Bersatu, Husein, dalam orasinya meminta agar Bupati Pati, Sudewo, ikhlas dan legowo untuk turun dari jabatannya.

"Terima kasih masyarakat Pati dengan antusiasnya," terang Husein saat memberikan orasi di depan kantor Bupati Pati, Rabu (13/8).

"Hari ini Bupati Sudewo harus lengser. Bupati harus lengser," teriaknya.

Warga lain yang berorasi menyatakan bahwa massa yang datang merupakan masyarakat bawah.

Menurutnya kondisi ekonomi masyarakat sedang susah. Namun Bupati Pati, Sudewo memberikan kebijakan yang menindas rakyatnya.

"Pati cinta damai. Pati Bumi Minta Tani. Kami dari masyarakat bawah kita bukan terlahir orang kaya. Ekonomi sedang sulit. Mohon hari ini keikhlasan kerendahan hari untuk mengundurkan diri," kata dia dari atas truk.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp

 

 

 

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved