Berita Jakarta

Perahu Cilung Berbahan Daur Ulang Jadi Penanda Banyaknya Sampah di Kali Jakarta

Jumlah botol air mineral bekas yang dipakai sebagai bahan pelapis rangka perahu berjumlah ribuan buah dengan variasi yang berbeda-beda.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Feryanto Hadi
Warta Kota
FESTIVAL CILUNG - Perahu rumah kebaya Betawi UPS Badan Air Kembangan, Jakarta Barat pada Senin (11/8/2025). Perahu yang identik dengan warna hijau oranye itu, terbuat dari botol-botol plastik bekas hasil kerukan petugas unit pengelola sampah (UPS) Badan Air Kembangan di sepanjang Kali Pesanggrahan.  

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Nuri Yatul Hikmah


WARTAKOTALIVE.COM, KEMBANGAN Festival Cinta Lingkungan (Cilung) yang bertujuan untuk menampilkan kreasi perahu apung dari bahan daur ulang, seakan menjadi penanda banyaknya sampah di sepanjang kali Jakarta.

Pasalnya, sejumlah Unit Pengelola Sampah (UPS) Badan Air yang ditugaskan dalam festival tersebut, memanfaatkan sampah botol air mineral bekas dari hasil mengeruk di kali untuk menghias perahu dalam berbagai bentuk.

Tak main-main, jumlah botol air mineral bekas yang dipakai sebagai bahan pelapis rangka perahu berjumlah ribuan buah dengan variasi yang berbeda-beda.

Seperti di UPS Kembangan misalnya, Masjidi selaku petugas yang bertanggungjawab membuat perahu Cilung, mengumpulkan lebih dari 3.000 buah botol air mineral bekas yang didaur ulang.

Bahkan, kursi dan meja yang diletakkan Masjidi di kabin perahu sebagai konsep rumah Betawi, didapatkannya dari hasil mengeruk di kali.

Sementara di UPS Cengkareng, tim menggunakan lebih dari 4.000 buah botol air mineral bekas. 

Kepada Warta Kota, Masjidi bercerita jika setiap harinya ia bisa mengangkut sampah hingga 6 kubik.

Selama lima tahun bekerja, berbagai sampah sudah pernah ia lihat. Mulai dari sampah besar seperti kayu, kawat, springbed, hingga mayat manusia.

Sehingga menurutnya, membuat perahu berbahan daur ulang tidaklah sulit lantaran hampir seluruh sampah mengapung di kali.

"Kalau untuk sampah, sangat banyak lah kalau untuk di kali ya, namanya kali. Di saat banjir apalagi, di saat air kiriman datang," kata Masjidi saat ditemui di Jalan Kembang Sakti, Kembangan, Jakarta Barat, Senin (11/8/2025).

Masjidi menyampaikan, sampah-sampah kali sebagian dibawa ke bank sampah untuk dipilah dan dibersihkan.

Sementara sisanya yang tidak layak, dibuang sebagai sampah.

"Yang masih layak, yang masih ada kotoran dicuci, karena itu kan lumpur kali," katanya.

"Sehari bisa 4 kubik, bisa 6 kubik gitu dan bervariasi sampahnya karena kan di sungai kita tidak menentukan sampah botol, sampah plastik, sampah rumput, sampah daun, sampah dahan-dahan kayu, ranting. Itu membaur semua namanya di sungai," imbuhnya. 

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved