Berita Bekasi

Tri Adhianto Bantah Pengakuan Ratih Raynada soal Malapraktik di RSUD Kota Bekasi 

Pernyataan tersebut merujuk hasil investigasi penanganan operasi caesar yang melibatkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Penulis: Rendy Rutama | Editor: Feryanto Hadi
warta kota/rendy rutama
MALAPRAKTIK - Seorang perempuan bernama Ratih Raynada (30) asal Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi yang diduga menjadi korban malapraktik saat operasi caesar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Chasbullah Abdulmadjid, Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi. 

Laporan jurnalis TribunBekasi.com, Rendy Rutama Putra


WARTAKOTALIVE.COM, MUSTIKAJAYA - Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto buka suara terkait dugaan perkara seorang perempuan bernama Ratih Raynada (30) yang mengaku menjadi korban malapraktik saat menjalani operasi caesar anak keempatnya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Chasbullah Abdulmadjid, Kecamatan Bekasi Selatan.

Orang nomor satu di Kota Bekasi itu justru membantah adanya dugaan malpraktik yang terjadi terhadal Ratih usai operasi di RSUD Kota Bekasi.

Pernyataan tersebut merujuk hasil investigasi penanganan operasi caesar yang melibatkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

"Jadi kalau dianggap malapraktik saya kira tidak terbukti kalau berdasarkan alasan medis dan tahapan yang dilakukan RSUD Kota Bekasi," singkat Tri, Rabu (2/6/2025). 

Sebagai informasi, Ratih mengatakan diduga akibat malpraktik operasi yang berlangsung pada September 2024, kini iq mengalami lumpuh total.

Baca juga: Diki Candra Sikapi Pertemuan Menag Nasaruddin dengan Muhammad Qasim Imam Mahdi Asal Pakistan

Baca juga: Diduga Korban Malapraktik, Ibu di Bekasi Terpaksa Tidak Sekolahkan Anak-anaknya karena Tak Ada Biaya

Bahkan ia menilai beratnya badannya menurun drastis.

"Sebelum ke rumah sakit beratnya 48 kilogram, sekarang 37 kilogram," kata Ratih, Rabu (2/7/2025).

Perempuan yang bertempat tinggal di kawasan Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi itu menjelaskan dugaan malpraktik tersebut bermulai ketika ia menjalani operasi pembedahan.

Kemudian efek obatbbius yang diberikan kepadanya diakui belum bekerja efektif.

Hal itu membuatnya berteriak sembari menahan sakit ketika dokter melakukan operasi caesar guna pengeluaran anaknya.

"Saya pokoknya sampak teriak 'Astaghfirullahaladzim, dokter sakit, dok' lalu saya nangis-nangis dan pikir setelah ngomong seperti itu, disetop dulu, tahunya tidak, justru dibelek lagi, saya teriak lagi," jelasnya.

Ratih menuturkan dokter kemudian menghentikan operasi usai mendengar teriakannya.

Kemudian seorang suster kembali menyuntikkan obat bius ke tubuhnya, yang disusul operasi caesar lanjutan.

Teriakan perempuan yang bekerja sebagai sales itu pun kembali terdengar lantaran obat bius kembali belum bekerja menyeluruh.

Saking sakitnya, Ratih mengaku pasrah jika ajal menjemput di tengah perjuangannya melahirkan sang buah hati.

"Belum semuanya (obat bius) merata ya, tapi udah dibelek lagi, alhasil saya pasrah aja, intinya kalau memang sudah harus mati istilahnya yaudah, setelah itu saya dengar suara anak saya nangis, kemudian saya pingsan," tuturnya.

Pasca operasi caesar rampung, Ratih menyampaikan dirinya menjalani rawat inap hingga tiga hari dengan kondisi tubuh tidak mampu bergerak normal.

Namun ia menduga hal itu akibat efek obat bius.

Meskipun kondisi tubuh dialaminya belum fit, ia tetap memaksakan diri pulang ke kediaman. 

Hanya saja kondisi tubuhnya justru semakin sulit digerakkan.

Seiring berjalannya bulan, ia kembali mendatangi RSUD guna mengecek kondisi kesehatannya.

Dokter kemudian mendiagnosis perempuan dengan anak empat itu mengalami tuberkulosis tulang dan diharuskan menjalani operasi pemasangan pen.

Selanjutnya ia menuruti saran dokter untuk selanjutnya operasi pemasangan pen pun dilakukan.

Setelah operasi pemasangan pen rampung, ia kemudian meminum sebuah obat pemberian dokter. 

"Bukannya membaik, tubuh itu justru jadi lemas setelah mengonsumsi obat tersebut, terus saya benar-benar lumpuh total pada April 2025," ucapnya.

Mengalami Lumpuh

Ratih menegaskan setelah kondisi kesehatannya menurun, ia dengan terpaksa kehilangan pekerjaan.

Tidak hanya itu, bahkan suaminya pun diduga kabur meninggalkannya.

Kini, Ratih hanya bisa berbaring meratapi nasibnya dari atas tempat tidur sembarj berharap ada pertanggung jawaban dari RSUD.

"Saya minta keadilan buat saya juga anak-anak saya, kemarin pihak rumah sakit tanggung jawab cuman buat kesehatan saya, tapi anak-anak saya tidak dilihat," harapnya. 

Anak putus sekolah

Ratih Raynada juga terpaksa tidak melanjutkan pendidikan dua dari empat anaknya karena tidak lagi mempunyai biaya.

Hal ini terjadi karena Ratih Raynada sudah tidak lagi bekerja akibat lumpuh total sesaat menjalani operasi caesar anak keempatnya di salah satu RSUD di Kota Bekasi pada September 2024.

Anak pertama bernama Claudra Mutiara (12) tidak meneruskan ke jenjang SMP, sedangkan anak keduanya, Reina Kinanti (10), terpaksa berhenti di bangku kelas dua sekolah dasar (SD).

Baca juga: Malapraktik, Bocah 4 Tahun Luka Usai Gagal Infus di RS Swasta, Orangtua Lapor ke Polres Karawang

Ratih bahkan terpaksa menunda anak ketiganya, Muhammad Rayzar (6), masuk ke PAUD.

"Anak saya harus berhenti sekolah, yang besar harusnya masuk SMP, yang kedua harusnya naik kelas tiga, yang kecil mau masuk PAUD, tapi tertunda," kata Ratih Raynada

Sementara itu, ibu Ratih, Erna Prilia (62) memohon pertolongan ke Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Wali Kota Bekasi Tri Adhianto.

Ia berharap kedua kepala daerah ini dapat membantu anak dan cucunya.

"Pak Dedi, saya sebagai orang tua Ratih mohon sekali minta tolong keadilan, untuk anak dan cucu saya, kita ini orang enggak mampu, tolong minta diperhatikan saja, minta tolong bantuannya," kata Erna.

Erna mengaku, tidak menuntut adanya bantuan dalam bentuk uang, melainkan pertolongan agar cucunya dapat melanjutkan pendidikannya.

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News dan WhatsApp

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved