Perang Timur Tengah

Donald Trump Minta Gencatan Senjata saat Iran Terus Gempur Israel, tapi Acuh saat Gaza Dibombardir

Khalil Mosbeh berkata kepada media bahwa dirinya setiap hari masih melihat banyak pembantaian di Palestina selama tiga tahun

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Feryanto Hadi
Istimewa
PERANG TIMUR TENGAH- Potret saat Israel menyerang sebuah sekolah di jalur Gaza hingga menewaskan dan melukai tujuh orang dalam sehari. Peristiwa serangan ke sekolah di Gaza itu terjadi pada Sabtu (14/12/2024) saat fajar. 


Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Nuri Yatul Hikmah

WARTAKOTALIVE.COM, TEHERAN – Perang 12 hari yang saling diluncurkan Iran dan Israel sejak 13 Juni 2025, bermuara pada gencatan senjata yang ditengahi oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Selasa (24/6/2025).

Meski pada Rabu (25/6/2025) ini konflik nampak sudah mereda, namun Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan para pemimpin Iran sama-sama mengklaim bahwa jeda konflik terjadi sesuai dengan ketentuan mereka masing-masing.

Namun di tengah kondisi tersebut, warga Palestina di Gaza rupanya tetap mendapat serangan dari Israel.

Sejak awal Iran berperang dengan Israel, sebanyak 870 warga Palestina di Gaza tewas terbunuh—berdasarkan data otoritas kesehatan setempat, dikutip dari Al-jazeera.com.

Hal itu sontak menimbulkan reaksi beragam dari warga Palestina yang mempertanyakan nasib mereka kepada dunia. Siapa yang diuntungkan atas gencatan senjata tersebut?

Salah satu warga Palestina bernama Khalil Mosbeh berkata kepada media bahwa dirinya setiap hari masih melihat banyak pembantaian di negaranya selama tiga tahun.

Baca juga: Bersiap Hadapi Perang Dunia 3, Inggris Borong Jet Tempur Pembawa Nuklir, Jepang Uji Tembak Rudal

Namun, belum ada satupun yang bisa menghentikan penjajahan di Palestina.

Sementara perang 12 hari antara Israel dan Iran, sudah berjeda—mungkin selesai dengan gencatan senjata.

"Siapa pun yang berhasil menghentikan perang antara Iran dan Israel pasti mampu menghentikan perang yang sudah berlangsung hampir tiga tahun di Jalur Gaza,” kata Khalil kepada Al-jazeera.com, diunggah Rabu (25/6/2025).

“Pembantaian terjadi setiap hari, anak-anak dibunuh, orangtua dibunuh, infrastruktur dihancurkan, pendidikan dihancurkan, layanan kesehatan dihancurkan, segalanya yang kami miliki di Gaza dihancurka,” imbuhnya.

Sementara warga lain bernama Abu Sakman Al-Bureim meminta agar Qatar, Amerika, dan negara-negara Barat secara khusus memberlakukan gencatan senjata di Gaza dan mengikutsertakan mereka dalam gencatan senjata ini, agar kejahatan dan tragedi ini bisa diakhiri.

Pasalnya, kondisi di Gaza tiap hari kian ironis.

Pada hari Selasa (24/6/2025) setidaknya 51 orang tewas saat berusaha mendapatkan bantuan di Gaza.

Kondisi tersebut juga diungkap oleh salah seorang warga Palestina yang menjadi saksi mata di Nuseirat, Rabhi al-Qassas.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved