Dedi Mulyadi Siap Jadi Ayah Asuh Anak Korban Longsor Gunung Kuda: "Mereka Tidak Akan Sendirian"

Gubernur Jawa Barta Dedi Mulyadi Siap Jadi Ayah Asuh Anak Korban Longsor Gunung Kuda: "Mereka Tidak Akan Sendirian"

Editor: Joanita Ary
KOMPAS.com/Muhamad Syahri Romdhon
LONGSOR GUNUNG KUDA - Lokasi tanah longsor Cirebon, tepatnya di Gunung Kuda (Galian C), Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, pada Jumat (30/5/2025). 

"Saya tahu ini tidak akan mengembalikan orang tua mereka. Tapi jika saya bisa membantu mereka melanjutkan hidup, menuntaskan pendidikan, dan berdiri di atas kaki mereka sendiri kelak, maka saya akan lakukan itu sepenuh hati," kata Dedi dalam keterangan terpisah kepada media.

Langkah Dedi ini langsung mendapat respons positif dari masyarakat, termasuk netizen di media sosial.

Banyak yang memuji ketulusan dan keberanian Dedi dalam mengambil tanggung jawab yang tidak ringan.

Tidak sedikit yang berharap kebijakan ini diikuti oleh langkah konkret lain dari pemerintah, seperti peninjauan izin tambang rakyat, perlindungan pekerja informal, hingga mitigasi bencana yang lebih serius di wilayah rawan longsor.

Selain janji menjadi ayah asuh, Dedi juga meminta kepada jajaran dinas pendidikan dan dinas sosial di Pemprov Jawa Barat untuk segera mendata anak-anak korban serta menyusun skema pendampingan jangka panjang.

Bantuan psikososial, kata Dedi, akan sangat dibutuhkan agar anak-anak ini bisa melalui masa trauma dengan pendampingan yang memadai.

“Saya tidak ingin hanya memberi bantuan sesaat. Saya ingin memastikan bahwa dalam beberapa tahun ke depan, mereka bisa berdiri di podium kelulusan, membawa nama baik orang tuanya yang telah berjuang di tanah ini,” ujar Dedi dengan nada optimistis.

Di tengah kepiluan dan kehilangan, janji itu hadir sebagai secercah harapan.

Bagi anak-anak yang kini menatap masa depan tanpa ayah atau ibu di sisi mereka, sosok Dedi Mulyadi menawarkan tidak hanya jaminan pendidikan, tetapi juga kehadiran seorang figur pengganti seorang ayah asuh yang tak hanya peduli dari jauh, tapi hadir untuk menyertai.

Tragedi di Gunung Kuda telah membuka luka yang dalam.

Namun dari luka itu pula, muncul tekad dan kasih yang nyata  dari seorang gubernur kepada warganya yang tengah rapuh, dan dari negara kepada anak-anak yang tak boleh kehilangan masa depan hanya karena bencana telah merenggut masa lalu mereka.

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved