Berita Bekasi

Pria yang Marah-marah Minta THR di Bekasi Bernama Suhada, Kapolsek: Dia Preman, bukan LSM

Setelah marah, kelompok ormas tersebut meminta petugas keamanan atau satpam perusahaan untuk mengarahkan menemui pimpinan.

Penulis: Rendy Rutama | Editor: Feryanto Hadi
ist
ORMAS MINTA THR - Tangkapan layar video Suhada selaku anggota sebuah organisasi masyarakat (Ormas) di kawasan Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi yang marah setelah minta Tunjangan Hari Raya (THR) ke perusahaan dikasih Rp 20 ribu pada Senin (17/3/2025). Kapolsek Bantargebang, Kompol Sukadi mengatakan setelah marah, kelompok ormas tersebut meminta petugas keamanan atau satpam perusahaan untuk mengarahkan menemui pimpinan. (Ist) 

Mang Ada mengakui, dirinya sempat marah dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas kepada sekuriti tersebut. 

"Dan untuk sekuriti yang tempo hari saya pernah maki-maki juga, saya minta maaf juga, saya minta maaf kepada sekuriti tersebut yang sebesar-besarnya atas peristiwa yang terjadi terhadap sekuriti tersebut," ungkap Mang Ada.

"Saya minta maaf ya yang sebesar-besarnya, mohon dimaafkan, dan saya akan jelaskan kronologi kejadian dan apa saja yang ada di dalam proposal yang saya ajukan ke perusahaan tersebut," jelasnya.

Alasan kemarahan diungkapkanya bermula ketika dirinya mengajukan sebuah proposal kepada perusahaan, yang isinya adalah permohonan bantuan untuk membagikan takjil di jalan. 

Di dalam proposal tersebut, tidak ada sama sekali permintaan THR. 

Proposal itu katanya masih dapat diperiksa dan dibaca di perusahaan terkait untuk memastikan bahwa dirinya hanya meminta bantuan untuk kegiatan sosial tersebut.

"Yang saya ajukan ke perusahaan tersebut, isi proposal tersebut adalah memohon bantuan untuk bagi-bagi takjil di jalan yang sudah dilakukan oleh rekan-rekan saya," ungkap Mang Ada.

"Jadi tidak ada bahasa saya minta THR itu, nggak ada, silahkan dicek aja, semua proposal itu masih ada di perusahaan itu, silahkan dicek, dan dibaca, dan dilihat isinya itu minta bantuan untuk bagi-bagi takjil, pada tanggal berapa nanti, yang akan kita bagiin, itupun kalau misalkan kita dapet ya (bantuan), lah kan kejadian seperti ini, nggak dapet gitu," bebernya.

Namun, dalam proses pengajuan proposal itu, dirinya merasa tidak mendapatkan ketidakadilan. 

Dari empat proposal yang diajukan, tiga di antaranya disetujui dan diteruskan ke perusahaan, sedangkan proposalnya yang berisi permohonan bantuan untuk membagikan takjil justru tidak diproses oleh sekuriti. 

"Ya saya akui arogan, ada sedikit arogan, cuma kearogan saya itu sebenernya kemarahan saya, ada sebabnya gitu loh, ya kan. Sebabnya, di situ ada empat proposal, proposal empat itu yang tiga dinaikkan ke perusahaan sama satpamnya," ungkap Mang Ada.

"Yang (proposal) punya saya, yang proposal isinya memohon bantuan untuk membagi takjil di lingkungan itu tidak dinaikkan sama sekuritinya, yang tiganya dinaikkan. Jelas-jelas yang tiganya itu proposal meminta THR-an gitulho, di situ saya marah," jelasnya.

"Makanya tergugah hati saya, bagaimana saya nggak marah? kenapa? makanya, tapi ya sudahlah, saya anggap, istilahnya sudah lewat," ungkap Mang Ada.

Meski demikian, dirinya menyadari kemarahannya tidak seharusnya diekspresikan dengan cara yang arogan.

Dirinya pun mengaku menyesal atas peristiwa yang terjadi.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved