Berita Jakarta

Warga Kampung Kolong Tol Angke Bersyukur Dapat Relokasi, Tapi Bingung Bayar Sewa Rusun

Warga Kampung Kolong Tol Angke Bersyukur Dapat Relokasi, Tapi Bingung Bayar Sewa ke Depannya

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota
Nur Komariah (33), warga kampung kolong Angke saat mengurus administrasi relokasi di Kantor Kelurahan Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Senin (25/11/2024). 

WARTAKOTALIVE.COM, GROGOL PETAMBURAN - Nur Komariah (33) adalah satu dari 550 orang warga kampung kolong Tol Angke, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, yang akan direlokasi pemerintah setempat ke rumah susun sewa sederhana (rusunawa).

Nur yang sehari-hari bekerja sebagai penjual kopi keliling, mengaku bersyukur dengan upaya pemerintah memberikan kehidupan yang layak untuknya dan warga kampung kolong lain. 

Akan tetapi di sisi lain, Nur sedikit cemas tak bisa memenuhi biaya sewa usai 6 bulan digratiskan.

Pasalnya, biaya sewa rusun yang nantinya dibebankan kepada warga berkisar Rp 500.000 per-bulan, di luar biaya air, listrik, dan kebersihan keamanan.

"Ya kami bersyukur (direlokasi), karena kan kami penghasilannya enggak menentu, apalagi kami punya anak kecil. Saya juga punya anak orok harus nyusu, kami harus bisa membagi, cuma kalau masalah harga kami agak berat juga ya," kata Nur saat ditemui di Kantor Kelurahan Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Senin (25/11/2024).

"Kamar itu Rp 500.000, belum lampu, air, kebersihan, keamanan, kami enggak tahu penghasilan kami berapa," imbuhnya.

Nur Komariah (33), warga kampung kolong Angke saat mengurus administrasi relokasi di Kantor Kelurahan Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Senin (25/11/2024).
Nur Komariah (33), warga kampung kolong Angke saat mengurus administrasi relokasi di Kantor Kelurahan Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Senin (25/11/2024). (Warta Kota)

Pasalnya, Nur bercerita jika dalam sehari ia hanya bisa mengumpulkan uang sekira Rp 15.000 sampai Rp 50.000 saja, dari hasil berjualan kopi.

Sementara suaminya yang seorang pemulung, memiliki penghasilan yang juga tidak menentu.

"Kami tinggal berempat. Jadi kalau harga kamarnya Rp 500.000, semoga ada keringanan lah, soalnya kalau Rp 500.000 belum lampu, belum air, nanti bisa bayar kamar, kami enggak bisa mandi, enggak bisa buang air," jelasnya.

Perempuan bertubuh gemuk itu berujar jika ia merupakan warga asli DKI Jakarta.

Dia sudah tinggal di area kolong tol sejak 2001. Sempat mengalami beberapa kali penggusuran hingga tahun 2016 menetap di kampung kolong tol Angke.

"Saya dari 2001, penggusuran 2007, terus pindah lagi, kemudian saya pindah lagi 2012, penggusuran lagi 2016, akhirnya bisa dibangun lagi (kampung kolong), terus penggusuran lagi sekarang (ke rusunawa)," jelasnya.

Meskipun demikian, Nur berterima kasih kepada pemerintah yang sudah berbesar hati memberikan fasilitas rusunawa itu.

Hanya saja, Nur berharap ada keringanan biaya untuk warga kampung kolong yang benar-benar tidak mampu.

"Kalau bisa mah kamarnya (harga) jangan segitulah, soalnya kan kami harus membagi keamanan, uang jajan anak. Bisa beli beras satu liter saja udah bersyukur," ungkap Nur.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved