Berita Nasional

BEM FISIP Unair dan Kampus Damai, Prof Bagong Suyanto: Kritik Pemerintah Boleh, Asal tak Kasar

Perseteruan antara BEM FISIP Unair dengan pihak kampus berakhir damai. Mahasiswa janji kalau demo tak lagi gunakan kata-kata kasar yang bikin telinga

Editor: Valentino Verry
istimewa
Dekan FISIP Unair Prof Bagong Suyanto menjelaskan soal sikapnya yang membekukan aktivitas BEM FISIP. Menurutnya, kritik pemerintah boleh, asal jangan kasar. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Beberapa hari terakhir ini terjadi perseteruan antara BEM FISIP Universitas Airlangga (Unair) dengan pihak kampus.

Perseteruan itu hingga memicu tindakan pembekuan BEM FISIP, dan viral di medsos.

Yang menarik sanksi pembekuan dari pihak kampus Unair terhadap BEM FISIP karena karya karangan bunga yang isinya mengritik keras dan kasar Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka.

Bahkan Mulyono, yang merupakan nama asli Joko Widodo (Jokowi) juga disebut. 

Melihat karangan bunga iru, tentu pihak kampus Unair tak nyaman, maka tindakan tegas diambil terhadap BEM FISIP.

Baca juga: Prof Satryo Soemantri Mendikti Saintek Batalkan Pembekuan BEM FISIP Unair Imbas Kritik Prabowo

Terkait hal itu, Dekan FISIP Unair Prof Bagong Suyanto coba klarifikasi . 

BEM FISIP Unair beberapa waktu lalu dibekukan karena membuat karangan bunga kepada Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. 

Pro kontra pembekuan ini, pada akhirnya membuat BEM FISIP Unair tak lagi dibekukan. 

Hasil dari audiensi ini menghasilkan kesepakatan bersama antara Dekanat dan BEM FISIP untuk menjaga marwah akademik melalui penyampaian kritik yang akademik dan santun. 

Baca juga: BEM Fisip Unair Bertemu Dekanat, Dani Achmad Bingung Disebut Melanggar Setelah Kritik Prabowo-Gibran

Prof Bagong menegaskan bahwa Unair tidak pernah membatasi hak mahasiswa untuk mengeluarkan aspirasi. 

Namun, pihak Dekanat FISIP juga selalu mengingatkan agar mahasiswa tidak keluar dari koridor akademik saat menyampaikan aspirasi. 

“Kami sudah bersepakat dengan Mbak Tuffa (Ketua BEM FISIP) dan teman-teman BEM bahwa fakultas tidak ingin mengembangkan kultur yang terbiasa menggunakan diksi-diksi kasar dalam kehidupan politik," ucap Prof Bagong, dilansir dari laman Unair setelah melakukan audiensi bersama anggota BEM FISIP, Senin (28/10/2024) di Ruang Dekanat, Gedung Soetandyo, UNAIR Kampus B. 

"Kami sepakat untuk memilih menggunakan diksi yang sesuai dengan kultur akademik,” imbuhnya.

Baca juga: BEM FISIP Unair Dibekukan Akibat Karangan Bunga Sindir Prabowo-Gibran, Ini Kronologinya

Prof Bagong juga menegaskan bahwa pembekuan kepengurusan BEM sepenuhnya karena penggunaan diksi yang tidak sesuai dengan kultur akademik di kampus. 

Guru Besar Sosiologi FISIP Unair itu menekankan bahwa mahasiswa tidak boleh lupa dengan marwah akademik. 

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved