Berita Nasional

Pengamat Nilai Pertemuan Megawati dan Prabowo Tak Bermanfaat Secara Politik, Kecuali Ini Terjadi

Pengamat Nilai Pertemuan Megawati dan Prabowo Tidak Bermanfaat Secara Politik, Kecuali Ini Terjadi

Facebook
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri makan siang bersama pada 2019 lalu. Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri dikabarkan bakal bertemu dengan presiden terpilih Prabowo Subianto, sebelum pelantikan. Menanggapi hal ini pengamat yang merupakan Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi menilai pertemuan Megawati dan Prabowo tidak bermanfaat secara politik. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri dikabarkan bakal bertemu dengan presiden terpilih Prabowo Subianto, sebelum pelantikan.

Menanggapi hal ini pengamat yang merupakan Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi menilai pertemuan Megawati dan Prabowo tidak bermanfaat secara politik.

Apalagi kata Haidar Alwi, jika nantinya setelah pertemuan, membuat PDI Perjuangan bergabung ke dalam pemerintahan Prabowo-Gibran.

"Bahkan mudaratnya lebih besar daripada manfaatnya karena tidak ada lagi partai politik yang menjadi kontrol kekuasaan jika PDIP bergabung ke dalam pemerintahan Prabowo-Gibran," kata R Haidar Alwi yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Ikatan Alumni ITB. Minggu (15/9/2024).

Menurut Alwi, jika pertemuan terjadi tentu tidak mudah dan tidak gratis.

Sebab, kata dia, da harga yang harus dibayar misalkan sejumlah kursi menteri untuk PDI Perjuangan.

Baca juga: Terungkap, Modus Kader PDIP yang Berani Gugat Megawati ke PTUN, Ini Klarifikasi Mereka

Terlebih, menurutnya PDI Perjuangan merupakan partai dengan jumlah kursi terbanyak di DPR dan satu-satunya partai yang belum bergabung ke dalam koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran.

"Dengan kondisi demikian, PDIP berada pada posisi tawar yang lebih tinggi. Apalagi PDIP tahu bahwa Prabowo tidak menginginkan adanya oposisi. Karena itu, PDIP pastinya akan jual mahal," jelas R Haidar Alwi.

Selain itu, meskipun Prabowo dan Megawati memiliki hubungan yang sangat baik, ada beberapa faktor yang membuat PDI Perjuangan sulit bergabung ke dalam pemerintahan Prabowo-Gibran.

"Pertama, faktor sejarah. Orde lama versus orde baru. Soekarno versus Soeharto. Dan kita tahu, ada Titiek Soeharto bersama Prabowo," ungkap R Haidar Alwi.

Haidar Alwi meyakini, orde baru merupakan mimpi buruk dan memori kelam yang sangat membekas dalam ingatan Megawati.

Baik pada masa awalnya ketika Soeharto menduduki tampuk kekuasaan menggantikan Soekarno maupun pada akhirnya saat Megawati berperan dalam reformasi tumbangnya orde baru.

"Ke-dua, faktor SBY," lanjut R Haidar Alwi.

Ia melihat, hingga saat ini Megawati belum bisa menerima kekalahannya dari SBY dalam Pilpres 2004.

Kala itu, SBY yang menjabat Menko Polhukam Kabinet Gotong Royong Megawati dengan Partai Demokrat yang baru didirikannya berhasil mengalahkan Megawati dengan perolehan suara 60,62 persen berbanding 39,38 persen.

Dua dekade berlalu, pertemuan antara Megawati dan SBY bisa dihitung jari.

Baca juga: PDIP Berpeluang Kuat Gabung KIM, Gerindra Kirim Sinyal Pertemuan Prabowo-Megawati

Mereka hanya bertemu di acara-acara resmi dan itu pun hanya sebatas basa-basi. 

"Faktor Jokowi," sambung R Haidar Alwi.

Dalam pengamatannya, PDI Perjuangan mungkin menganggap Jokowi sebagai penghianat partai.

Mulai dari dukungan terhadap Prabowo, pencalonan Gibran sebagai Cawapres Prabowo, hingga pemecatan Bobby Nasution sebagai kader PDI Perjuangan karena terang-terangan mendukung Prabowo-Gibran.

"Bagi Megawati dan PDIP, semua itu mungkin berbau penghianatan. Tapi menurut saya, Jokowi justru berusaha memenuhi salah satu isi perjanjian batu tulis antara Megawati dengan Prabowo," pungkas Haidar Alwi.
 
Seperti diketahui Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri direncanakan bakal bertemu dengan presiden terpilih Prabowo Subianto. 

Ketua DPP PDIP, Said Abdullah membenarkan ihwal rencana pertemuan tersebut.

Said mengatakan, pertemuan antara sekondan pada Pilpres 2009 lalu, merupakan agenda silaturahim antardua tokoh bangsa.

Ia menepis jika pertemuan dilakukan untuk membahas kemungkinan partai banteng bergabung ke pemerintahan Prabowo.

"Bukan soal dukung mendukung. Kepentingannya untuk bangsa, makanya ada rencana pertemuan," kata Said.

Menurut dia, meskipun terjadi pembahasan politik, pertemuan antara Megawati dan Prabowo dilakukan untuk membahas ihwal dinamika, persoalan bangsa dan diskusi untuk menentukan solusi pemecah persoalan.

"Jadi jangan ditarik ke arah bergabung atau tidak. Yang terpenting kan tujuannya adalah untuk kepentingan bangsa," ujar Ketua Badan Anggaran DPR ini.

Ketua DPP PDIP lainnya, Puan Maharani mengatakan rencana pertemua Megawati dan Prabowo bakal terlaksana.

Namun, putri Megawati tersebut tak berkenan menyebutkan secara rinci kapan waktu pertemuan akan dilakukan.

"Akan ada pertemuan, Insyaallah iya. Silaturahmi kan penting," ujar Puan.

Puan juga tak berkenan menjelaskan agenda rinci dari pertemuan antara dua ketua umum partai ini nantinya.

Ia mengatakan, pertemuan hanya sebatas silaturahmi.

Baca juga: Keponakan Megawati Soekarnoputri Diperiksa Penyidik KPK, Tersandung Kasus Korupsi?

"Bahwa akan ada pembicaraan ke situ (agenda politik) kita tunggu saja. Tetapi, pada intinya sekadar silaturahmi," ucap Puan.

Senin lalu, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani mengatakan pertemuan antara Megawati dan Prabowo bakal terlaksana Sebelum Prabowo dilantik menjadi Presiden terpilih pada 20, Oktober mendatang.

Muzani menyebut, kemungkinan dalam pertemuan keduanya akan terjadi pembicaraan politik, termasuk membahas kemungkinan PDIP bergabung dengan kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran.

"Ditunggu saja," kata Muzani.

Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09

Baca berita WartaKotalive.com lainnya di Google News 

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved