Kesehatan
Kasus Kematian Akibat DBD di Kota Bandung Melenting, Marc Klok Ajak Warga Vaksin
Angka kumulatif kasus DBD di Indonesia sampai dengan minggu ke-33 tahun 2024 sebanyak 181.079 kasus dengan 1.079 kematian. Bandung tertinggi
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dr. R. Vini Adiani Dewi memaparkan, pihaknya terus menghadapi tantangan serius dalam mencegah dan mengendalikan DBD.
Setiap tahun, banyak warga terkena dampak DBD, terutama di daerah-daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi.
"Hingga awal September saja, kami mencatat 47.525 kasus DBD di Jawa Barat dengan 286 kematian. Kami berupaya maksimal melalui program pengendalian vektor dan peningkatan kesadaran masyarakat," ujarnya.
Menurut Vini, pencegahan DBD bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab seluruh stakeholder, termasuk pihak swasta.
Baca juga: Waspada Nyamuk Aedes Aegypti, Penyakit DBD Terus Mengintai Baik Musim Hujan atau Kemarau
Pada kesempatan yang sama dr. Anas Ma'ruf, MKM, Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Kementerian Kesehatan RI, mengakui Indonesia menghadapi beban yang signifikan yang disebabkan oleh DBD, dengan ribuan kasus yang dilaporkan setiap tahun.
Pemerintah telah menyusun strategi nasional yang komprehensif untuk memerangi penyakit ini, dengan fokus pada penguatan sistem surveilans, pengendalian vektor, dan pemberdayaan masyarakat.
"Melalui Strategi Nasional Pengelolaan Dengue 2021-2025, kami menetapkan target menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD secara berkelanjutan.
Perlindungan menyeluruh sangat penting, mengingat risiko DBD yang mengancam semua orang tanpa terkecuali," kata Anas.
Dokter spesialis anak dr. Buti A. Azhali, SpA, MKes, yang menjadi pembicara dalam talk show menyebut masih ada banyak miskonsepsi seputar DBD yang beredar di masyarakat.
Sebagian orang yang pernah terinfeksi DBD beranggapan bahwa mereka sudah kebal.
Tidak akan terinfeksi lagi. Padahal, karena adanya 4 serotipe virus dengue, infeksi DBD bisa berulang, bahkan berisiko lebih parah.
Oleh karena itu, memastikan perlindungan yang lebih baik melalui langkahlangkah pencegahan yang tepat sangatlah penting, salah satunya melalui metode vaksinasi.
Baca juga: Kasus DBD Meningkat di Kabupaten Bogor, 14 Orang Meninggal, Kecamatan Cibinong Paling Tinggi
Saat ini, vaksin DBD yang tersedia dapat diberikan kepada kelompok usia 6-45 tahun dan telah direkomendasikan penggunaannya oleh beberapa asosiasi medis, termasuk oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bagi anak usia 6-18 tahun, dan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bagi usia 19-45 tahun.
“Namun demikian, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan.
Namun demikian, untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan.
Bangun Jejaring Klinis Nasional, RS Medistra Gelar Edukasi dan Diskusi Ilmiah Tenaga Medis |
![]() |
---|
Optik Tunggal Buka Layanan Perawatan Mata Anak Pertama di Asia Tenggara |
![]() |
---|
Brawijaya Hospital Kenalkan Layanan Terbaru, Ada Brave Heart dan Regenerative Medicine |
![]() |
---|
Bantu Penderita Kecacatan, Ciputra Hospital CitraGarden City Buka Layanan Prosthetics dan Orthotics |
![]() |
---|
Kebocoran Ginjal Sering Tak Disadari, Orang Tua Perlu Rutin Cek Urine Anak Setiap Tahun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.