Berita Regional
Heboh, Mie Racing Bardi Gunakan Ganja, BNN Ingin Razia, Sang Pemilik: Mana Bisa Harga Rp 13.000?
Penggemar mie tentu penasaran dengan Mie Racing Bardi. Kabarnya mie Aceh itu enak banget, bikin konsumennya ketagihan. Kok bisa?
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Buat penggemar mie, tentu sangat penasaran dengan Mie Racing Bardi.
Sayang, untuk menjangkaunya buat masyarakat Jabodetabek atau di Jawa, Sulawesi dan Kalimantan, tak mudah.
Sebab, Warung Mie dan Nasi Goreng Bardi yang sedang viral itu ada di Lamlagang, Banda Aceh.
Baca juga: Warung Aceh Bang Ari di Palmerah, Jual Mie Bangladesh Enak di Tempat Estetik
Penggemar mie pun berharap sang pengusaha mau melebarkan sayap, membuka di tiap provinsi atau tiap kota di Indonesia, agar bisa menikmati kelezatan Mie Racing Bardi.
Berdasarkan ulasan Kompas.com, saking enaknya Mie Racing Bardi ini, sekarang Badan Narkotika Nasional (BNN) turut menyoroti.
Ada apa gerangan? BNN curiga, Mie Racing Bardi menggunakan bumbu yang mengandung ganja.
Petugas BNN pun berniat memeriksa kandungan makanan tersebut dalam waktu dekat.
Mie Racing Bardi diisukan menggunakan bahan ganja, sehingga konsumen yang makan merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Baca juga: Hidden Gem Mie Ayam Loky di Serpong Tangerang Selatan, Kuliner Lokal Banten Sehari Laku 800 Porsi
Namun, kabar itu dibantah sang pemilik restoran, Subardi.
Dia mengatakan, bakal merugi jika menjual makanan mengandung ganja hanya dengan harga Rp 13.000 per porsinya.
"Kalau menggunakan ganja, berapa yang harus kita jual sebungkus mie? Untuk mendapatkan ganja sulit dan mahal, tidak mungkin bisa kita jual mie seharga Rp 13.000 kalau pakai ganja," kata Subardi saat ditemui Kompas.com, Sabtu (2/6/2024).
Jika benar rumor restorannya menggunakan ganja sebagai penyedap, Subardi yakin usahanya tidak akan bertahan lama.
Baca juga: Cegah Penggunaan Ganja, Rumah Makan dan Warung di Aceh jadi Sasaran Utama Razia BNN
Polisi disebut bisa saja datang diam-diam untuk memeriksa kebenaran dari rumor itu.
Selain itu, menu mie racing racikan Subardi juga sering dipesan para tokoh dan pejabat dari luar kota yang datang ke restorannya.
Tokoh dan pejabat tentu tidak akan dibawa jika benar mie itu mengandung ganja.
"Kalau mie saya mengandung ganja, tidak mungkin hingga pejabat berani dibawa makan mie Bardi. Bahkan kemarin Pak Anies dan Cawapresnya makan mie di tempat saya," sebut Subardi.
Soal mie racingnya yang tersohor, Subardi mengaku punya racikan bumbu spesial.

Ada perpaduan rempah yang diimpor langsung dari India, Thailand, dan Timur Tengah.
Racikan rempah itu kemudian dicampur dengan rempah khas Aceh.
"Saya beri label mie racing awalnya agar orang penasaran. Kemudian setelah mencoba pasti akan ketagihan karena memang cita rasa sangat berbeda dengan mie Aceh yang dijual di tempat lain. Pasti setelah makan akan terasa nyaman dan ngantuk," jelas Subardi.
Munculnya anggapan di tengah masyarakat bahwa mie racikannya menggunakan ganja, Subardi merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya saja, dia memastikan anggapan itu tidak benar.
"Saya perlu klarifikasi karena branding mie racing Bardi di luar Aceh mendapat stigma ganja," ujarnya.
Subardi pun mendukung rencana Kepala BNN Aceh Brigjen Pol Marzuki Ali Basyah yang ingin menguji sejumlah makanan.
Menurutnya, stigma makanan dari Tanah Rencong mengandung ganja perlu dihilangkan.

Dia pun bersedia jika suatu saat BNN datang ke restorannya untuk memeriksa bumbu masakannya.
"Bumbu mie di warung saya boleh diteliti oleh BNN, apakah mengandung ganja atau tidak? Saya persilakan BNN untuk melakukan uji klinis," katanya.
Rencana BNN Provinsi Aceh merazia rumah makan dan warung yang menggunakan bumbu mengandung ganja, dinilai akan membuat stigma terhadap Aceh menguat.
“Uji klinis terhadap kuliner Aceh yang akan dilakukan BNN itu, saya nilai keliru. Justru dengan dilakukan razia, malah memperkuat stigma negatif terhadap lezatnya cita rasa kuliner khas Aceh,” Kata Iskandar Tungang, budayawan Aceh yang juga dosen Institut Seni Budaya Indonesia Aceh saat diwawancarai Kompas.com di Banda Aceh, Senin (20/5/2024).
Iskandar mengatakan, stigma kuliner di Aceh mengandung ganja memang sangat sulit dihilangkan.
Dia menyebut, dari sejarahnya, sejak dulu, masyarakat Aceh telah menggunakan ganja untuk bumbu masakan.
Namun, ganja digunakan hanya untuk bahan penyedap dan bukan untuk memabukkan.
“Dalam kitan Tajul Muluk, ganja disebut sebagai warisan Kesultanan Aceh abad ke-18 masehi. Kitab tersebut menjelaskan manfaan ganja sebagai bumbu masakan dan obat-obatan. Jika pun ada kuliner Aceh yang menggunakan bahan ganja, tentu dengan takaran yang tepat, sehingga aman untuk dikonsumsi,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, BNN Provinsi Aceh akan merazia rumah makan dan warung di Aceh.
Hal itu dilakukan untuk menghilangkan stigma bahwa makanan di Aceh mengandung ganja.
Tindakan ini juga diambil mengingat Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI akan digelar di Aceh pada September 2024.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09
Usulan Pemakzulan Dedi Mulyadi Akan Disampaikan ke DPRD Jabar, SP3JB Klaim Punya Argumen Kuat |
![]() |
---|
Fortinet Accelerate Asia 2025 Surabaya, Hypernet Technologies Perkuat Ekosisitem Keamanan Digital |
![]() |
---|
Tiga Bakteri Lolos Skrining Tim Gizi BGN, Jadi Penyebab Ratusan Siswa di Sleman Keracunan |
![]() |
---|
Kepala Desa Cianaga Ketahuan Bohong, Ibu Anak Tewas Karena Cacingan Bukan ODGJ |
![]() |
---|
Viral Guru di Lampung Ancam Cekik Siswa di Tengah Upacara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.